Memahami Jenis Penyakit Non-Infectius pada Ternak

Memahami Jenis Penyakit Non-Infectius pada Ternak akan membahas hal-hal berikut ini, menjelaskan jenis penyakit tidak menular, membedakan penyakit menular dengan tidak menular, menentukan jenis penyakit berdasarkan hasil diagnosis, melaksanakan prosedur penanganan ternak sakit akibat penyakit tidak menular.

MEMAHAMI JENIS PENYAKIT NON-INFECTIUS (RUMINANSIA, UNGGAS, DAN ANEKA TERNAK)

Adapun pengetahun yang akan diperoleh setelah mempelajari Memahami Jenis Penyakit Non-Infectius pada Ternak, antara lain:
  1. Setelah mempelajari materi tentang memahami jenis penyakit noninfectious (ruminansia, unggas, dan aneka ternak), peserta diklat mampu menjelaskan ciri-ciri penyakit tidak menular dengan baik.
  2. Setelah mempelajari materi tentang memahami jenis penyakit noninfectious (ruminansia, unggas, dan aneka ternak), peserta diklat mampu menentukan jenis penyakit non-infectious dengan tepat.
  3. Setelah mempelajari materi mengidentifikasi penyakit non-infectious, peserta diklat mampu melaksanakan prosedur penanganan ternak sakit akibat penyakit tidak menular.

MEMAHAMI JENIS PENYAKIT NON-INFECTIUS (RUMINANSIA, UNGGAS, DAN ANEKA TERNAK)

A. Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular adalah penyakit yang biasanya hanya terbatas pada satu kelompok tertentu atau bersifat individual.

Penyakit tidak menular, menurut penyebabnya dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut.
  1. Kelompok penyakit defisiensi zat pakan/malnutrisi, yaitu penyakitpenyakit yang disebabkan defisiensi/ kekurangan salah satu atau beberapa zat pakan. Misalnya defisiensi vitamin A, defisiensi mineral kalsium, phosphor, dan lain-lain.
  2. Kelompok penyakit intoksikasi, yaitu penyakit-penyakit akibat keracunan. Misalnya keracunan pestisida atau bahan-bahan kimia.
  3. Kelompok penyakit metobolik, yaitu penyakit-penyakit akibat gangguan metabolisme dalam tubuh ternak. Misalnya penyakit kembung perut (bloat).
1. Penyakit yang Disebabkan Karena Keracunan pada Ternak Ruminansia

Terjadinya keracunan pada ternak sebagian besar karena keracunan pestisida. Pestisida merupakan obat pembasmi hama. Pestisida mencakup racun serangga (insektisida), racun tungau dan caplak (akarisida), racun nematoda (Nematisida), racun tikus (Rodentisida), obat antijamur (fungisida), dan obat anti tumbuhan pengganggu (herbisida).

Keracunan pestisida dapat terjadi jika ternak mengkonsumsi rumput yang tercemar pestisida dalam jumlah yang cukup banyak untuk menyebabkan keracunan. Keracunan juga dapat terjadi pada waktu melakukan pemberantasan ektoparasit pada ternak dengan cara dipping. Larutan pestisida tanpa sengaja terminum oleh ternak sehingga ternak mengalami keracunan.

Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan khlorhidrokarbon antara lain gangguan pada sistem saraf pusat disertai dengan muntah, diare, badan lemah, gemetar, dan kejang-kejang. Pestisida kelompok ini antara lain DDT, dieldrin, aldrin, endrin.

Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan organofosfat antara lain celah atau iris mata menyempit, penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut berbusa, detak jantung lebih cepat, muntah, kejang perut, diare, sulit bernapas, lumpuh, dan pingsan. Pestisida kelompok ini antara lain baygon dan diasinon.

Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan dipiridil antara lain rusaknya jaringan epitel kulit, kuku, dan saluran pernapasan, dan terjadi peradangan. Pestisida kelompok ini antara lain gramaxon (herbisida).

Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan karbamat antara lain sakit perut, mual, muntah dan diare, kerusakan ginjal, dan kerusakan paru. Pestisida kelompok ini antara lain baygon EC, servin, dan furadan.

Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan arsen antara lain nyeri pada perut, muntah dan diare serta banyak mengeluarkan air liur. Pestisida kelompok ini antara lain kemirin 72P.

Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan anticoagulan antara lain nyeri lambung, usus, muntah, peradangan hidung dan gusi, timbul bintik merah pada kulit, terdapat darah dalam urine dan feses, serta kerusakan ginjal. Pestisida kelompok ini antara lain klerat (racun tikus).

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan pada ternak ruminansia adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Penyebab Keracunan pada Ternak Ruminansia
MEMAHAMI JENIS PENYAKIT NON-INFECTIUS (RUMINANSIA, UNGGAS, DAN ANEKA TERNAK)

2. Penyakit Tidak Menular pada Ternak Ruminansia

Ada beberapa penyakit yang tidak menular yang terjadi pada ternak rumiansia, penyakit yang paling sering menyerang antara lain adalah:
  1. Foot root (Pododermatritis Necrotica)
  2. Bronchitis
  3. Kembung
  4. Acidosis
  5. Ketosis
  6. Tetani rumput
  7. Pneumonia
  8. Endometritis
  9. Kalibasilosis
  10. Milk fever
  11. Tymphanigondok
  12. Icterus
  13. Anemia
  14. Avitaminosis
  15. Rachitis
Adapun penyakit yang sering muncul pada ternak adalah:

a. Foot Rot

Penyebab penyakit: bakteri Sphaeroporoces necroporus. Bakteri masuk dalam jaringan kaki pada waktu terjadi luka. Penyakit ini terjadi pada ternak sapi, domba, atau kambing yang tinggal terus menerus di kandang yang lembab atau basah.
MEMAHAMI JENIS PENYAKIT NON-INFECTIUS (RUMINANSIA, UNGGAS, DAN ANEKA TERNAK)
Gejala penyakit:

Penyakit ini ditandai dengan gejala:
  1. Celah kuku tampak merah dan sedikit bengkak serta di sekitar tumit tampak bengkak seperti mengeluarkan cairan putih dan kotor.
  2. Selaput kulit kuku mengelupas
  3. Benjol-benjol yang tampak kemerahan dan gatal
  4. Ternak jalannya pincang
  5. Nafsu makan hilang
Pencegahan dan pengobatan foot rot:
  1. Ternak ditempatkan di kandang yang kering dan bersihkan kaki yang terinfeksi.
  2. Luka dibalut dengan kain kassa yang telah diberi obat misalnya salep ichtyol, larutan sulfat, tembaga 5%.
  3. Diberikan suntikan antibiotik spectrum luas
  4. Menjaga lantai kandang tetap bersih dan kering. Jika memungkinkan kandang didesinfeksi sekali atau dua kali sehari.
b. Kejang tetanus

Penyebab: penyebab penyakit ini adalah bakteri tetanus Dostridium tetani yang merupakan bakteri tetanus yang masuk tubuh melalui luka.

Gejala penyakit yang timbul adalah:
  1. Ternak gelisah
  2. Demam tinggi
  3. Cuping hidung mengembang
  4. Mata terbuka lebar
MEMAHAMI JENIS PENYAKIT NON-INFECTIUS (RUMINANSIA, UNGGAS, DAN ANEKA TERNAK)
ternak terserang tetanus
Gejala akan timbul setelah 7—14 hari terinfeksi, penyakit ini biasanya menyerang otot sekitar rahang dan leher atas.

Pencegahan dan pengobatan:

Pencegahan
Pencegahan terbaik dengan cara melakukan pembersihan kandang, penyeleksian ternak, pemotongan dan perawatan kuku dan rambut, memberantas serangga-serangga pa-rasite, dan melakukan vaksinasi.

Pengobatan
Untuk pengobatan sampai saat ini belum ada yang bisa mengatasinya.

c. Ketosis

Penyebab penyakit: disebabkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat atau karena tidak efisiensinya kelenjar adrenalin. Ketosis terjadi pada sapi dan domba yang memiliki produksi susu yang tinggi. Hal ini terjadi karena meningkatnya kadar keton di dalam darah dan kadar glukosanya rendah.

Gejala yang timbul pada ternak yang terkena ketosis adalah:
  1. Tidak ada nafsu makan
  2. Ternak kelihatan lesu
  3. Produksi susu menurun
  4. Terjadi kelumpuhan
  5. Tercium bau aceton dalam susu, urine, dan napas sapi
Pencegahan dan pengobatan ternak

Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberi pakan konsentrat yang melebihi kebutuhan pada dua minggu terakhir masa kering dua minngu pertama masa permulaan laktasi.

Pengobatan:
1) Penyuntikan hormone adrenokortikotropik (ACTH)
2) Penyuntikan hormone kortikosteroid
3) Penyuntikan glukosa 50% untuk meningkatkan kadar gula dalam darah.
ternak yang terserang ketosis
d. Kembung/Timpani

Kembung/timpani adalah keadaan rumen yang penuh dengan gas metan hasil fermentasi dari ternak dan ternak tidak dapat mengeluarkannya.

Penyebab kembung/timpani:
  1. Pakan hijauan yang berwarna hijau muda dan segar, banyak mengandung air dan berprotein tinggi. Hijauan leguminosa mudah terfermentasi dan menghasilkan gas.
  2. Pemberian pakan penguat yang terlalu banyak
  3. pemberian rumput yang basah atau berembun.
Gejala yang timbul pada penyakit kembung/timpani:
  1. Ternak tampak gelisah disertai dengan menendang-nendang perutnya
  2. Sesak napas, bernapas dengan mulut terbuka
  3. Pemeriksaan dengan cara perkusi terdengar adanya timbunan udara
  4. Perut sebelah kiri atas membesar (di daerah legok lapar) Jika tidak segera diobati dapat menyebabkan kematian karena kekurangan oksigen.
Cara Pencegahan dan Pengobatan:

Pencegahan
Upaya Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
1) Pemberian pakan leguminose tidak lebih dari 50% total pakan hijauan
2) Tidak menggembalakan ternak ketika rumput masih basah karena embun atau air hujan.

Cara Pengobatan
  1. Pemberian minyak tumbuhtumbuhan misalnya minyak kedelai, minyak kacang tanah dan minyak jagung denga dosis 120—240 mL, diberikan peroral
  2. Dilakukan penusukan rumen dengan trokar untuk mengeluarkan gas yang ada dalam rumen
  3. Pemberian obat antikembung cresol dengan dosis 10—30 mL, terpentine dengan dosis 30—60 mL atau larutan formaldehid 30—50 mL.
ternak terkena timpani
e. Bronchitis

Bronchitis adalah penyakit yang disebabkan peradangan pada bronchus karena beberapa faktor:
  1. Faktor kimiawi: bahan kimia atau gas yang merangsang
  2. Faktor fisik: debu, perubahan suhu udara yang mendadak
  3. Infeksi bakterial
Gejala-gejala klinis yang tampak:
  1. Batuk-batuk (waktu dingin batuk lebih sering)
  2. Batuk diikuti lendir banyak
  3. Stadium akut berlangsung 2—3 hari
  4. Pada sakit yang sudah berat, sulit dibedakan dengan pneumonia
Cara pencegahan dan pengobatan

Pencegahan:
Ternak hendaknya ditempatkan di kandang yang hangat dan bersih

Pengobatan:
Diberi obat expectoransia (berfungsi mengeluarkan lendir)

f. Tetani Rumput

Tetani rumput adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya hypomagnesaemia

Penyebab Penyakit:
Rendahnya kadar Mg (Magnesium) dalam darah

Gejala:
  1. Ternak tampak kurang sehat
  2. Berjalan dengan kaku
  3. Peka terhadap sentuhan dan bunyi
  4. Ternak mengalami polyuria
  5. Ternak terlihat merumput secara normal, tapi tiba-tiba kepala digerakkan ke atas menguak, berjalan atau berlari seperti dalam kebutaan
  6. Jatuh dan kejang-kejang
Cara Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan:
Pencegahan dilakukan dengan cara penambahan mineral magnesium dalam ransum.

Pengobatan:
Pemberian suntikan magnesium sulfat secara subcutan

g. Gondok/Struma

Gondok sering terjadi pada anak sapi dan anak domba yang lahir dari induk yang kekurangan yodium.

Gejala sakit yang timbul:
  1. Badan lemah
  2. Kulit menebal dan bulu rontok
  3. Bengkak di daerah leher
Cara pencegahan:
Pencegahan dilakukan dengan cara pemberian garam yodium.

h. Indigesti

Gangguan pencernaan lambung bagian depan pada ternak ruminansia

Penyebab indigesti:
Ternak mengkonsumsi pakan penguat yang banyak mengandung karbohidrat secara berlebihan.

Gejala sakit:
Ternak yang menderita indigesti menunjukkan gejala-gejala klinis sebagai berikut.
  1. Adanya rasa sakit di daerah perut
  2. Ternak tampak lesu dan malas bergerak
  3. Ternak mengalami dehidrasi yang hebat ditandai dengan keringnya cungur, kulit, bulu, serta mata yang tampak cekung
  4. Berjalan sempoyongan, kadang menabrak benda yang ada di sekelilingnya
  5. Dalam waktu 2—3 hari, ternak tidak lagi mampu berdiri
Cara pencegahan dan pengobatan

Pencegahan:
Ternak dicegah tidak mengkonsumsi pakan penguat (konsentrat yang berlebihan)

Pengobatan:
Untuk mengurangi asidosis rumen, ternak diberi soda kue sebanyak 250 gram diberikan peroral 2 kali sehari.

B. Membedakan Penyakit Menular dengan yang Tidak Menular

1. Penyakit yang Disebabkan karena

Keracunan pada Ternak Unggas Unggas juga dapat terkena racun karena pestisida. Pestisida meliputi racun serangga (insektisida), racun tungau dan c a p l a k ( a k a r i s i d a ) , r a c u n c a c i n g (nematisida), racun tikus (rodentisida), racun jamur (fungisida), dan racun tumbuh–tumbuhan pengganggu (herbisida).

Keracunan pestisida terjadi jika air minum atau pakan yang tercemar pestisida termakan oleh unggas yang dosisnya telah cukup untuk menimbulkan keracunan. Kejadian ini sering dijumpai pada ternak itik yang digembalakan di sawah.

Keracunan pestisida mengakibatkan gangguan dalam penerusan rangsangan saraf yang dapat menyebabkan kematian. Keracunan pestisida dapat dicegah dengan cara pemeliharaan itik secara intensif, tidak digembalakan di tempat yang tercemar pestisida.

Tabel 5.2 Penyebab Keracunan pada Ternak Unggas

2. Penyakit Tidak Menular karena Infeksi pada Unggas

Pada ternak unggas bukan hanya penyakit menular yang sering menyerang pada ayam, ada beberapa penyakit yang menyerang yang disebabkan oleh penyakit tidak menular yang disebabkan karena infeksi, di antaranya adalah:
  1. omphalitis
  2. botulisme
Penyakit yang disebabkan oleh gagguan metabolisme tubuh:
  1. defisiensi vitamin A
  2. defisiensi vitamin D
  3. defisiensi vitamin E
  4. defisiensi vitamin K
  5. defisuensi vitamin B
  6. defisiensi biotin
  7. defisiensi asam panthothenat
  8. defisiensi Mn
Dari banyaknya penyakit yang menyerang, berikut adalah beberapa penyakit yang sering timbul pada ternak, yaitu:

a. Omphalitis/radang pusar

Penyebab penyakit:
O m p h a l i t i s a t a u r a d a n g p u s a r disebabkan infeksi dari kuman, sebagai contoh adalah bakteri coli, S t a p h y l o co cc u s , P s e u d o m o n a s . Omphalitis terjadi pada anak ayam, anak kalkun, dan unggas lainnya .

Gejala penyakit:
Geala yang timbul pada ayam yang terkena omphalitis adalah sebagai berikut:
  1. Anak ayam lesu
  2. Kepala terkulai
  3. Menggerombol di sekitar pemanas
  4. Pusar membengkak dan terdapat keropeng
  5. Terjadi kematian di hari ke 30—10 setelah anak ayam menetas.
Cara Pencegahan:
Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara:

Tindakan pengobatan belum ada yang efektif, yang penting dilakukan adalah tindakan pencegahan sebagai berikut.
  1. Selalu memeriksa suhu dan kelembapan mesin tetas secara teratur
  2. Melakukan disinfeksi pada mesin tetas secara teratur sebelum digunakan
  3. Melakukan seleksi telur tetas dengan baik. Telur tetas harus bersih.

b. Botulisme

Penyebab penyakit:
Penyebab penyakit botulisme adalah toksin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum. Biasanya terdapat dalam pakan yang sudah busuk atau bangkai binatang. Keracunan ini menimbulkan gejala yang khas, yaitu kelemahan leher.

Gejala penyakit:
Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh botulisme adalah:
  1. Unggas menjadi lemah dan lesu dengan tiba tiba
  2. Terjadi kelumpuhan yang khas pada leher, sayap, dan kaki sehingga leher terkulai lemas dan sayap menggantung sampai di lantai dan unggas tidak mampu berlari
  3. Bulu mudah rontok bila dicabut
  4. Diare encer berwarna putih kehijauan
  5. Kematian mendadak setelah timbulnya gejala
Cara pencegahan dan pengobatan penyakit

Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara:
  1. tidak memberikan pakan yang sudah busuk/rusak;
  2. menjaga kebersihan kandang; dan
  3. jika terdapat bangkai segera dikubur.
Cara Pengobatan Ternak
Pengobatan dilakukan dengan cara pemberian antitoksin
ayam kena botulisme
c. Defisiensi Biotin

Penyebab penyakit karena ayam kekurangn biotin. Kekurangan biotin dapat menyebabkan perosis dan dermatitis (radang kulit).

Gejala sakit
Gejala yang ditimbulkan karena kekurangan biotin adalah:
  1. Telapak kaki menebal, kasar, dan terjadi retak-retak berdarah
  2. Peradangan terjadi pada sudut mulut dan meluas ke sekitar paruh dan mata
  3. Bulu patah-patah
  4. Pada ayam dewasa menyebabkan daya tetas turun
Cara pencegahan dan pengobatan ternak

Pencegahan dan pengobatan dilakukan dengan cara pemberian pakan yang sebagian tersusun atas bahan pakan sumber biotin seperti pakan butiran, tetes, dan feed suplemen biotin.

d. Defisiensi Cholin

Penyebab penyakit
Cholin disebut juga choline chloride, defisiensi berarti unggas mengalami kekurangan choline chloride.

Gejala
Gejala penyakit yang tampak adalah:
  1. Terjadi gangguan pertumbuhan tubuh ternak
  2. Perosis pada ternak muda
  3. Pada unggas dewasa menurunkan produksi telur.
Cara Pencegahan dan pengobatan:

Pencegahan dan pengobatan dilakukan dengan cara pemberian pakan yang tersusun dari bahan choline chloride atau penggunaan feed suplemen choline chloride.

C. Menentukan Jenis Penyakit Berdasarkan

Hasil Diagnosis

1. Penyakit yang Disebabkan Karena Defisiensi Nutrisi pada Ternak Ruminansia

Milk Fever adalah salah satu penyakit pada sapi karena defisiensi nutrisi. Penyebab penyakit milk fever disebabkan kekurangan zat kapur dalam darah (Hypocalcemia). Penyakit ini terjadi apabila persediaan Ca dalam jaringan tidak mencukupi kebutuhan Ca yang diperlukan untuk produksi susu. Penyakit ini pada umumnya terjadi pada sapi setelah 72 jam melahirkan anak dan dapat terjadi pada sapi muda yang baru melahirkan pertama maupun sapi yang sudah dewasa (beberapa kali melahirkan).

Biasanya terjadi pada sapi berumur 5–9 tahun, kadang-kadang terjadi juga pada domba. Penyakit ini dapat terjadi sebelum melahirkan, pada saat melahirkan, atau beberapa bulan setelah melahirkan.

Penyakit ini menunjukkan gejala–gejala sebagai berikut.
  1. Sapi terlihat jalannya goyang kanan dan kiri (sempoyongan)
  2. Sapi akan sering berbaring dengan tumpuan dada dan kepala akan menghadap ke daerah lipat paha
  3. Karena kelumpuhan kaki belakang, sapi tidak mampu berdiri lagi
  4. Mata tampak melotot dan tidak bersinar lagi (sayu)
  5. Nafsu makan menurun/hilang
  6. Hidung kering dan kaki dingin.
Diagnosis penyakit sering dikacaukan dengan gejala sakit ketosis. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan terhadap darah dan urine dan pengamatan gejalagejala klinis lebih teliti.

Cara pencegahan dan pengobatan
Sapi yang sakit dapat diobati dengan kalsium glukonate 20% dengan cara intravena sebanyak 250—500 cc.

Pemberian kalsium glukonate dapat diulang 2—3 kali jika selam 8—12 jam belum sembuh. Sebagai upaya pencegahan, sapi yang sedang bunting perlu diberi tambahan mineral Ca.

Tabel 5.3 Beberapa Penyakit Lain karena Defisiensi Nutrisi

D. Melaksanakan Prosedur Penanganan Ternak-Ternak Sakit Akibat Penyakit Tidak Menular

1. Penyakit yang Disebabkan Karena Defisiensi Nutrisi pada Ternak Unggas

Daftar 5.4 Penyakit Defisiensi pada Unggas
1. Defisieni Vitamin A
Pada anak unggas, terjadi ataksia dan peradangan pada mata.
Pada ayam dewasa mata mengalami luka, penurunan daya tetas
Cara pengobatan dengan Pemberian jagung kuning dan sayursayuran

2. Defisiensi Vitamin D
Kejang, sukar berjalan, dan kaku, gangguan persendian dan tulang tidak sempurna.
Cara pengobatan dengan Pemberian vitamin D

3. Defisiensi Vitamin E
Anak ayam gerakannya tidak terkontrol, penimbunan cairan dalam tubuh, hiperaemia, otot mengkerut, dan gangguan reproduksi
Cara pengobatan dengan Pemberian kecambah, sayuran, rumput, jagung, atau penggunaan feed suplemen vitamin E.

4. Defisiensi vitamin K
Perdarahan sukar berhenti dan terjadi perdarahan di seluruh tubuh.
Cara pengobatan dengan Pemberian sayuran hijau, tepung ikan dan tepung daging atau penggunaan feed suplemen vitamin K.

5. Defisiensi Vitamin B1
Polineuritis, peradangan saraf dan selaput saraf diberbagai bagian tubuh, terutama saraf dikaki dan sayap. Akhirnya terjadi kekejangan pada kepala, kaki lemah dan lumpuh, ayam tidak dapat berdiri atau duduk tegak.
Cara pengobatan dengan Bahan pakan sumber vitamin B1 atau penggunaan feed suplemen B1.

6. Defisiensi vitamin B2 (Riboflavin)
Mula-mula anak ayam kelihatan lemas, enggan berjalan, lebih suka berbaring, pertumbuhan lambat, akhirnya terjadi kelumpuhan. Daya tetas telur menurun.
Cara pengobatan dengan Bahan pakan sumber vitamin B2 atau penggunaan feed suplemen B2.

7.Defisiensi Vitamin B6 (Pyridoxin)
Pada anak unggas, akivitasnya tidak normal seperti lari–lari ke sana–ke mari, berputar–putar, kepalanya diletakkan di bawah, jatuh dan berdiri sendiri, nafsu makan berkurang, terjadi kejang–kejang dan sukar mematuk. Pada ungas dewasa menyebabkan produksi telur menurun, daya tetas telur menurun, nafsu akan berkurang, berat badan menurun, dapat terjadi kematian karena kelaparan.
Cara pengobatan dengan Bahan pakan sumber vitamin B6, atau penggunaan feed suplemen vitamin B6

8. Defisiensi Vitamin B12 (Cyanocobalamine)
Pada anak ayam beberapa saraf mengalami degenerasi atau kerusakan; perlemakan pada hati, jantung dan ginjal; terjadi perosis, bila disertai kekurangan cholin. Pada ayam dewasa daya tetas telur menurun; pertumbuhan embrio tidak normal, terjadi perdarahan dan perosis pada embrio, penderita tampak pucat; terjadi erosi pada empedal.
Cara pengobatan dengan Bahan pakan yang banyak mengandung vitamin B12 atau penggunaan feed suplemen Vitamin B12.

2. Penyakit karena Cuaca

Kesehatan hewan dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim melalui empat cara, yaitu penyakit-penyakit dan stres yang berkaitan dengan cuaca panas, kejadian-kejadian cuaca yang ekstrem, adaptasi sistem p roduksi ternak terhadap lingkungan baru, dan penyakit hewan yang baru muncul dan yang muncul kembali.

Perubahan iklim yang ekstrem akan mengakibatkan ternak mudah stres, perubahan konsumsi pakan dan minum, sehingga produksi akan menurun dan perubahan tingkah laku ternak.

Beberapa penyakit yang biasa ditimbulkan karena perubahan cuaca di antaranya adalah:

a. Anthrax

Anthrax adalah suatu penyakit menular akut yang menyerang kebanyakan hewan-hewan berdarah panas maupun manusia dengan penyebaran seluruh dunia. Organisme penyebab adalah bakteri Bacillus anthracis, mampu membentuk spora yang tetap infektif selama 10—20 tahun di padang rumput. 

Temperatur dan kelembaban relatif serta kelembaban tanah semuanya mempengaruhi spora anthrax, bahkan curah hujan yang tinggi dapat membongkar spora anthrax yang sedang tidur (dormant). Wabah anthrax seringkali berkaitan bergantian antara curah hujan tinggi dan kekeringan, serta suhu tinggi.

b. Blackleg

Blackleg adalah suatu penyakit clostridial menular akut yang kebanyakan menyerang sapi muda dan juga mampu membentuk spora. Wabah penyakit selalu dikaitkan dengan area dengan kelembaban tinggi dan terjadi selama musim hujan.

c. Avian Influenza

Kesinambungan penularan AI hanya terjadi pada populasi spesies unggas domestik yang padat misalnya seperti pasar becek, perusahaan komersial besar, dan flok itik yang bebas berkeliaran. Kondisi ini dapat menjadi b e r l e b i h a n s e b a g a i d a m p a k perubahan lingkungan termasuk perubahan iklim jangka panjang, berkaitan dengan pola curah hujan dan perubahan suhu yang mempengaruhi persistensi virus AI di lingkungan, ekologi induk semang, dan lain sebagainya.

d. Pasteurellosis

Pasteurella multocida sebagai penyebab harmorrhagic septicaemia (pasteurellosis) pada sapi, dapat bertahan di luar tubuh induk semang dalam lingkungan yang lembap. Penyakit ini juga berhubungan dengan area yang kelembapannya tinggi yang terjadi selama musim hujan

CAKRAWALA
Penyakit bloat meskipun sepele, tetapi bila tidak dilakukan penanganan dengan baik, bisa menyebabkan kematian, berikut cara sederhana untuk mengobati kembung perut.
  1. Pengobatan melalui rectal, dengan cara memasukkan batang papaya yang telah diolesi minyak ke anus ternak
  2. Obat luar
    • Bawang merah: parut bawang merah secukupnya, kemudian campur dengan sedikit minyak tanah, oleskan pada perut ternak.
    • Minyak kayu putih
    • Penggunaannya minyak kayu putih dengan cara dioleskan di bagian perut ternak.
    • Minyak goreng. Memberikan minyak goreng untuk diminumkan pada ternak yang sakit. Untuk ternak kambing, dosis pemberian sebanyak 60 ml, minyak yang diberikan bisa berupa minyak kedelai, minyak sawit, atau VICO untuk ternak sapi, dosisnya 250 ml.
    • Ramuan asam jawa, gula merah, dan kunyit Semua bahan dihaluskan, dicampur dengan air hangat yang sudah ditambahakan asam jawa.
    • Obat herbal masuk angin manusia. Satu saset obat herbal manusia ditambahkan dengan air hangat kemudian diberikan pada ternak
    • Minuman berkarbonasi. Dosis untuk ternak kambing sebanyak 225 ml, sedangkan sapi sebanyak 1,5 ml
PRAKTIK

Judul : Mengidentifikasi jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia
Waktu :3 x 45 menit

Tujuan : Siswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis penyakit tidak menular pada ternak

Alat dan bahan:

Alat : Stetoskop, mikroskop, kaca pembesar
Bahan : Ternak ruminansia, Ternak unggas, Lembar Pengamatan, Alat Tulis
K3:Gunakan APD, Hati-hati mendekati ternakLangkah kerja:
  1. Buat kelompok kerja kecil yang beranggotakan siswa 4—5 siswa.
  2. Setiap kelompok dipilih seorang ketua dan seorang sekretaris.
  3. Lakukan dan biasakan untuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Lakukan kegiatan ini dengan cermat, teliti, sungguh-sungguh, hati-hati, jujur, dan penuh tanggung jawab.
  4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
  5. Pastikan alat dan bahan yang akan digunakan lengkap dan dapat digunakan dengan baik.
  6. Amati dan pelajari serta catat dengan teliti informasi yang diperoleh dari gambar –gambar atau video tentang jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak r u m i n a n s i a , p e n y e b a b , d a n g e j a l a –gejalanya.
  7. Lakukan praktik pengamatan terhadap kondisi ternak ruminansia yang ada di dalam kandang tentang ada atau tidaknya gejala–gejala yang berkaitan dengan penyakit tidak menular pada ternak tersebut.
  8. Gunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan.
  9. Lengkapi hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan wawancara terhadap pengelolaan budi daya ternak tersebut atau sumber lain yang relevan.
  10. Bandingkan hasil pengamatan yang Anda lakukan dengan gambar atau video yang telah anda pelajari dengan teliti.
  11. Adakah penyakit tidak menular yang diderita ternak ruminansia yang ada di dalam kandang?
  12. Lakukan diskusi kelompok tentang hasil pengamatan dan wawancara serta pengamatan terhadap gambar atau video yang telah dilakukan.
  13. Setelah selesai melakukan kegiatan praktik, bersihkan kembali tempat kegiatan praktik dan peralatan yang digunakan seperti sediakala.
  14. Kembalikan alat dan bahan sisa ke tempat semula.

RANGKUMAN

Terjadinya keracunan pada ternak sebagian besar karena keracunan pestisida. Pestisida merupakan obat pembasmi hama. Pestisida mencakup racun serangga (insektisida), racun tungau dan caplak (akarisida), racun nematoda (Nematisida), racun tikus (Rodentisida), obat antijamur (fungisida), dan obat anti tumbuhan pengganggu (herbisida).

Unggas juga dapat terkena racun karena pestisida. Pestisida meliputi racun serangga (insektisida), racun tungau dan caplak (akarisida), racun cacing (nematisida), racun tikus (rodentisida), racun jamur (fungisida), dan racun tumbuh–tumbuhan pengganggu (herbisida). Keracunan pestisida terjadi jika air minum atau pakan yang tercemar pestisida termakan oleh unggas yang dosisnya telah cukup untuk menimbulkan keracunan.

Penyakit yang Disebabkan Karena Defisiensi Nutrisi pada Ternak Ruminansia.Beberapa penyakit lain karena defisiensi nutrisi adalah:
  1. Milk fever
  2. Tetani rumput
  3. Gondok
  4. Anemia
  5. Avitaminosis
  6. Rachitis
Penyakit Defisiensi pada Unggas:

Defisiensi vitamin A, D, E, K, B1, B6, dan B12 Beberapa penyakit yang biasa ditimbulkan karena perubahan cuaca di antaranya adalah:
  1. Anthrax. Anthrax adalah suatu penyakit menular akut yang menyerang kebanyakan hewanhewan berdarah panas maupun manusia dengan penyebaran seluruh dunia. Wabah anthrax seringkali berkaitan bergantian antara curah hujan tinggi dan kekeringan, serta suhu tinggi.
  2. Blackleg. Blackleg adalah suatu penyakit clostridial menular akut yang kebanyakan menyerang sapi muda dan juga mampu membentuk spora. Wabah penyakit selalu dikaitkan dengan area dengan kelembaban tinggi dan terjadi selama musim hujan.
  3. Avian influenza
  4. Pasteurellosis. Pasteurella multocida sebagai penyebab harmorrhagic septicaemia (pasteurellosis) pada sapi. Penyakit ini juga berhubungan dengan area yang kelembapannya tinggi dan terjadi selama musim hujan

Demikian materi memahami jenis penyakit non-infectius pada ternak yang membahas hal-hal berikut ini, menjelaskan jenis penyakit tidak menular, membedakan penyakit menular dengan tidak menular, menentukan jenis penyakit berdasarkan hasil diagnosis, melaksanakan prosedur penanganan ternak sakit akibat penyakit tidak menular. Semoga bermanfaat.