Menganalisis Perbedaan Ternak Sehat dan Ternak Sakit

Menganalisis Perbedaan Ternak Sehat dan Ternak Sakit akan membahas Ciri-Ciri Ternak Sehat dan Ternak Sakit, Prosedur Diagnosis Kesehatan Ternak Pengertian Sakit, Diagnosis Kesehatan Ternak, Memilih Ternak sehat. Dengan demikian pelajar semua akan mendapat pengetahuan dan keterampilan seperti dibawah ini.

MENGANALISIS PERBEDAAN TERNAK SEHAT DAN TERNAK SAKIT (RUMINANSIA, UNGGAS, DAN ANEKA TERNAK)

  1. Setelah mempelajari materi tentang analisis perbedaan ternak sehat dan ternak sakit, peserta diklat mampu menjelaskan ciri-ciri ternak sehat dan ternak sakit dengan baik.
  2. Setelah mempelajari materi tentang analisis perbedaan ternak sehat dan ternak sakit, peserta diklat mampu menjelaskan prosedur diagnosis kesehatan ternak dengan cermat.
  3. Setelah mengidentifikasi ternak sehat dan ternak sakit, peserta diklat mampu mendiagnosis kesehatan ternak dengan tepat.
  4. Setelah melakukan identifikasi ternak sehat dan ternak sakit, peserta diklat mampu memilah antara ternak sehat dan ternak sakit dengan baik.
Menganalisis Perbedaan Ternak Sehat dan Ternak Sakit

A. Ciri-Ciri Ternak Sehat dan Ternak Sakit

Keberhasilan setiap usaha peternakan tidak hanya bergantung atas faktor-faktor bibit, pakan, dan manajemen, akan tetapi bergantung pula terhadap faktor penyakit.

Usaha yang telah dirintis dengan susah payah akan jadi sia-sia bila peternak tidak memperhatikan kesehatan ternak. Oleh karena itu, pengendalian penyakit menjadi lebih utama dibandingkan pengobatan terhadap penyakit yang telah berjangkit di suatu peternakan.

Berdasarkan penyebabnya, penyakit dikelompokka ke dalam enam kelompok, yaitu sebagai berikut.
  1. Penyakit yang diakibatkan oleh parasit.
  2. Penyakit yang diakibatkan oleh virus.
  3. Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri.
  4. Penyakit yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme
  5. Penyakit yang diakibatkan oleh faktor keturunan (genetik).
  6. Penyakit yang diakibatkan oleh kesalahan nutrisi, penata laksanaan atau lingkungan.
Selain berdasarkan penyebabnya, penyakit dapat pula dikelompokkan berdasarkan sistem tertentu di dalam tubuh ternak, antara lain sebagai berikut.
  1. Penyakit pada sistem pencernaan.
  2. Penyakit yang menyerang hati.
  3. Penyakit pada sistem cardiovaskuler.
  4. Penyakit pada darah dan organ-organ pembentuk darah.
  5. Penyakit pada sistem urinary (saluran kencing).
  6. Penyakit pada sistem saraf.
  7. Penyakit pada perototan dan pertulangan
  8. Penyakit pada kulit.
  9. Penyakit pada sistem reproduksi.
Sakit merupakan perubahan fisiologis pada individu yang merupakan akibat dari penyebab penyakit (kausal). Dalam kegiatan agribisnis di bidang peternakan, penyakit merupakan hambatan utama dalam usaha meningkatkan produksi ternak.

Oleh karena itu, pengendalian yang berupa pencegahan atau pengobatan perlu dilakukan secara baik dan efisien. Pencegahan penyakit dilakukan untuk menghindari agar ternak tidak terserang penyakit. 

Adapun pengobatan terhadap suatu penyakit dilakukan apabila ternak sapi sudah terserang penyakit. Telah diketahui bersama bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Hal ini karena dengan pengobatan, biaya produksi menjadi lebih besar daripada biaya untuk pencegahan.

Harga jual ternak yang terserang penyakit juga menjadi lebih murah dari ternak yang sehat, bahkan mungkin bisa tidak laku di pasar.

Secara umum, ternak yang sakit mempunyai gejala-gejala umum seperti berikut ini:
  • tidak ada atau kurangnya nafsu makan;
  • depresi;
  • lesu;
  • mata tidak bersinar;
  • kulit pucat;
  • bulu kusut/kusam atau tidak mengkilat;
  • perubahan suhu tubuh; dan
  • kadang-kadang disertai peradangan.

Adapun ternak yang sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
  • keadaan badannya cukup berisi (tidak kurus);
  • bulu mengkilat (tidak kusam) dan lemas atau tidak kaku;
  • lincah, aktif, berjalan dengan langkah yang mudah dan teratur;
  • mata bersinar, terbuka, dan bersih. Selaput lendir mata tidak pucat dan tidak merah atau kuning;
  • kulit halus dan mengkilap;
  • nafsu makan baik, memamah biak dengan tenang; dan
  • panas tubuh normal.

C. Prosedur Diagnosis Kesehatan Ternak

Pengertian Sakit

Sakit adalah keadaan organ tubuh atau fungsinya mengalami kelainan dari keadaan normal atau mengalami suatu perubahan fisiologis, yang merupakan akibat dari penyebab penyakit (kausal). Penentuan bahwa suatu ternak dalam keadaan sakit atau tidak dapat diketahui melalui pemeriksaan dengan alat indra baik secara langsung maupun dengan bantuan suatu alat tertentu.

Menurut Soeharsono (2005), apabila keadaan atau status dari t u b u h d a n a l a t - a l a t t u b u h h e w a n mengalami perubahan dan kelainan, maka hal tersebut akan mengakibatkan gangguan fungsi fatal dari tubuh atau alat tubuh tersebut yang akan berakibat adanya suatu kelainan atau penyimpangan. Penampakan atau penyimpangan ini disebut gejala sakit.

Gejala Penyakit

Suatu penyakit dapat diidentifikasi jenisnya apabila diketahui rangkaian gejalanya dan perubahan cairan tubuh atau cairan sel. Untuk dapat mengetahui ternak dalam keadaan sehat atau sakit, terlebih dahulu harus diketahui ciri-ciri atau penampilan secara umum ternak yang sehat maupun gejala-gejala ternak yang sakit.

Gejala sakit yang ditemukan pada ternak yang masih hidup disebut gejala klinis. Gejala klinis dibedakan menjadi dua macam, yaitu gejala klinis yang bersifat umum dan gejala klinis yang bersifat khusus.

Gejala Klinis Khusus

Gejala klinis khusus timbul sebagai reaksi dari kelainan suatu sistem organ tubuh ternak. Setiap kelainan dari sistem organ tubuh akan menunjukkan gejala yang yang khas. Dengan mengamati gejala-gejala khusus yang timbul, maka pemeriksaan lebih lanjut dapat lebih diarahkan.

Banyak perubahan-perubahan secara fisiologis yang dapat diamati, di antaranya ialah sebagai berikut.
  • Perubahan suhu tubuh mengalami perubahan apabila individu tersebut dalam keadaan sakit, terutama akan terjadi kenaikan suhu tubuhnya.
  • Peradangan terjadi karena adanya i n fe k s i d a l a m t u b u h n y a . A d a n y a peradangan dalam tubuh ternak biasanya ditandai dengan adanya kesakitan (rasa sakit), panas, kemerahan, dan kebengkakan.
  • Tidak ada atau kurangnya nafsu makan.
  • Depresi.
Tanda-tanda umum pada ternak yang sedang sakit biasanya sangat berhubungan dengan tingkah laku dan kondisi umum tubuh ternak.

1. Pengamatan

Pengamatan terhadap sikap dan kondisi umum merupakan pemeriksaan awal untuk memastikan gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit. Biasanya, ternak yang sakit mempunyai kelainan sikap seperti pada saat ternak berdiri, duduk, berbaring, dan berjalan.

2. Nafsu Makan

Pada ternak yang sehat, nafsu makan pada umumnya normal, sehingga apabila ada ternak yang nafsu makannya kurang, maka kemungkinan ada gangguangangguan pada pencernaan atau organ lainnya.

3. Keadaan Kulit

Keadaan kulit ternak perlu mendapat perhatian pada waktu pemeriksaan k e s e h a t a n k a r e n a k e a d a a n k u l i t memperlihatkan status kesehatan dari ternak tersebut. Pemeriksaan kulit secara fisik dilakukan melalui inspeksi dan palpasi ataupun dilanjutkan melalui pemeriksaan laboratorium.

4. Keadaan Bulu

Ternak yang sehat keadaan bulunya normal yaitu tampak berkilap, lemas, dan tidak rontok. Akan tetapi, ternak sakit akan menunjukkan kelainan keadaan bulu, dapat berupa kerontokan, bulu tampak suram, kering, kasar, dan berdiri.

5. Keadaan Moncong

Moncong atau cungur ternak yang sehat yakni selalu basah, sehingga apabila d i l a k u ka n p eme r i k s a a n mo n co n g nampak tering, maka ada kemungkinan ternak menderita demam. Perhatikan pula lubang hidung bila ada leleran hidung dan bau yang tidak wajar. Apabila ada perdarahan maka perlu diteliti keadaan selaput lendir hidung. Apabila cuping hidung tampak kembang kempis, maka dapat diduga ternak menderita sesak napas.

6. Suhu Badan

Ternak termasuk homoiterm yaitu hewan yang berdarah panas. Suhu badan hewan tersebut tidak bergantung kepada suhu lingkungannya. Ternak yang sehat suhu badannya normal dan tidak dipengaruhi oleh suhu sekitarnya.

7. Kenaikan Suhu Badan

Kenaikan suhu badan lebih dari suhu normal disebut demam. Demam yang disebabkan adanya infeksi bakteri, virus, jamur, dan protozoa disebut demam patologis.

8. Denyut Nadi

Pemeriksaan denyut nadi (pulsus) dilakukan dengan cara palpasi pada arteria atau nadi. Pada masing-masing ternak, frekuensi denyut nadi dapat ditentukan dengan memeriksa beberapa arteria. Kenaikan frekuensi denyut nadi menunjukkan adanya gangguan fungsi jantung, paru-paru, hewan demam, dan anemia yang terjadi pada hewan-hewan yang sedang merasa kesakitan atau dalam keadaan tenang.

9. Frekuensi Pernapasan

Pernapasan adalah proses pengambilan oksigen dari udara dan mengeluarkan karbon dioksida dari jaringan-jaringan tubuh lewat paru-paru. Pada waktu p e m e r i k s a a n p e r n a p a s a n , p e r l u diperhatikan frekuensi pernafasan.

10. Pemeriksaan Mata

Pemeriksaan mata dilakukan dengan cara melihat bola mata, bulu mata, dan kelopak mata. Pada ternak yang keadaan matanya memperlihatkan kelainan,, maka perlu diperiksa kemampuan melihatnya yaitu dengan cara menggerakkan tangan di depan matanya atau dengan cara mengamati refleks dari pupil mata.

11. Feses/Kotoran

Keadaan feses yang tidak normal ada hubungannya dengan penyakit dan gangguan pencernaan. Pada feses dapat juga dibuktikan adanya investasi parasit dalam. Oleh karena itu, pemeriksaan feses perlu dilakukan, terutama jika ternak menunjukkan gejala-gejala atau keadaan feses yang mencurigakan. Bentuk fisik kotoran yang tidak normal dapat berupa mencret atau diare.

12. Urine

Pemeriksaan fisik urine meliputi jumlah urine per hari, warna, bau, berat jenis, dan sedimen. Warna urine yang normal berwarna kuning muda hingga kuning kecokelatan. Urine yang normal berbau amoniak.

13. Vulva

Pemeriksaan vulva dilakukan secara inspeksi yaitu dengan memperhatikan labia vulva dan cairan yang keluar.

14. Keadaan Air Susu

Keadaan fisik air susu perlu dicurigai apabila menampakkan gejala-gejala s e p e r t i a i r s u s u m e n j a d i k u n i n g kemerah-merahan, berbau tidak segar, atau terasa asin dan terlihat gumpalangumpalan yang halus. Air susu yang berlendir atau mengandung darah dan nanah atau air susu yang terasa asam dapat dijumpai bila kambing menderita mastitis.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis sering dilakukan untuk mendapatkan gambaran klinis jika suatu penyakit sulit untuk dikenali. Hal ini bisa disebabkan keadaan secara umum yang tidak baik atau sulit ditentukan, pertumbuhan badan yang jelek atau menurun berat badannya. Pada keadaan demikian, penentuan diagnosis secara pasti hanya mungkin setelah dilakukan uji laboratorium secara tuntas.

Beberapa hal yang dilakukan dalam pemeriksaan klinis di antaranya ialah sebagai berikut.

1. Menelusuri Riwayat Penyakit

Pada penelusuran riwayat penyakit, harus juga ditelusuri mengenai penyakit yang terdahulu, tipe kandangnya, pakannya, air, dan sebagainya. Demikian juga riwayat tentang vaksinasi dan pengobatan yang telah diberikan. Pertanyaan–pertanyaan ini harus disusun secara kronologis agar parogenesis dari penyakit yang diperiksa dapat diusahakan untuk dipelajari.

Informasi yang perlu dicatat dan dilaporkan adalah:
  • kondisi ternak atau status tiap kelompok;
  • kejadian kematian; dan
  • tanggal waktu pemberian vaksin.
2. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum merupakan pemeriksaan terhadap keadaan lingkungan yang meliputi tingkat sanitasi lingkungan, konsistensi tinja dan urine dalam kandang, tingkat pencemaran dan kualitas pakan dan air, pemeriksaan terhadap tanaman beracun maupun bahan kimia yang mencurigakan, serta kelakuan hewan baik dalam keadaan berdiri maupun tiduran, seperti:
  • adanya kelainan dalam mastikasi yaitu cara mengunyah makanan;
  • prehensi (mengambil makanan) atau kemampuan lidah dan bibir untuk hal tersebut.
Pemeriksaan umum hewan sakit dimulai dari suatu jarak yang tidak mengganggu ketenangan dan sikap penderita. Oleh sebab itu, pemeriksaan umum dilaksanakan dari jarak agak jauh dan dilakukan dari berbagai arah yaitu depan, belakang, dan kedua sisi hewan.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara palpasi, inspeksi visual, dan penciuman serta pendengaran. Palpasi dan inspeksi visual ini digunakan untuk:
  • mengenal kelainan-kelainan kecil atas susunan anatomi;
  • menilai kepekaan terhadap rasa sakit;
  • tanda peradangan dan tumor;
  • kelainan konsistensi seperti busung; dan
  • pengapuran yang patologik.

4. Pemeriksaan Bagian-Bagian atau Wilayah Tubuh

Pada ternak besar, pemeriksaan akan lebih mudah apabila didasarkan pada w i l a y a h - w i l a y a h t u b u h , mi s a l n y a wilayah kepala dan leher, dada dan perut sebelah kiri, wilayah belakang, dan wilayah dada dan perut sebelah kanan.

Pada pemeriksaan terhadap semua wilayah, maka kulit dan bulu perlu diperiksa terhadap adanya lesi dan parasit luar. Kulit yang longgar pada saat mencubit kulit leher, mewujudkan nilai tingkat hidrasi yang meningkat dari tubuh.

5. Penentuan Gejala Ternak Sakit

Penentuan gejala penyakit perlu pemeriksaan secara teliti dan sistematik.

Pemeriksaan ini dimulai dari:

1. Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan cara melihat, mengamati, dan memeriksa semua permukaan tubuh mulai dari lubang hidung, telinga, lesi pada kulit, anus, dan semua bagian tubuh secara saksama. Inspeksi ini dapat dibantu dengan menggunakan alat-alat seperti stetoskop, vaginoskop, atau dengan menggunakan alat rontgen.

2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan hewan dengan cara meraba semua permukaan tubuh. Cara palpasi ini digunakan untuk menilai kepekaan terhadap rasa sakit, proses peradangan, tumor, oedema, dan emfisema.

3. Perkusi
Perkusi yaitu memeriksa lebar daerah paru-paru dengan cara mengetukngetuk atau memukul-mukul dengan menggunakan alat yang terdiri atas perkusi hamer dan pleksimeter yang dipukul dan diletakkan langsung pada kulit.

4. Auskultasi
Auskultasi yaitu memeriksa jantung dan paru-paru dengan cara mendengarkan suaranya. Alat yang digunakan adalah stetoskop.

5. Pemeriksaan Bau
Melakukan pemeriksaan adanya baubauan yang bermacam-macam yang menunjukkan adanya kelainan.

6. Penentuan Denyut Nadi
Melakukan perhitungan denyut nadi dengan cara memegang pembuluh nadi dan menghitung detak nadi dalam satuan waktu.

7. Pengambilan Contoh
Mengadakan punctie yaitu membikin tusukan pada bagian badan yang sakit untuk mendapatkan cairan-cairan dengan menggunakan trokar atau kanul.

8. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini dilakukan secara:
  • fisik : bau, rasa, dan warna
  • kemia : pemeriksaan secara biokimia seperti mengukur gula darah, ureum dalam darah, protein dalam urine, dan lain-lain.
  • Histopatologik: Pemeriksaan seperti perubahan patologi, anatomis, kelainan jaringan, dan lain-lain.
  • Mikroskopis : Pemeriksaan yang d i l a k u k a n d e n g a n menggunakan mikroskop
  • Pembiakan : Pemeriksaan dilakukan dengan cara m e m b i a k k a n a t a u dengan melakukan perkembangbiakan terlebih dahulu.
  • Penyuntikan hewan percobaan
  • Haemotologik, yaitu pemeriksaan y a n g d i l a k u k a n d e n g a n c a r a mengamati sel darah.
  • Serologik yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengamati serum atau cairan darah.

C. Diagnosis Kesehatan Ternak

Diagnosis adalah suatu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melalui tandatanda atau gejala yang terlihat sehingga suatu penyakit dapat diketahui penyebabnya. 

Untuk, menghasilkan diagnosis yang baik, diperlukan pengetahuan teknis peternakan, anatomi, dan fisiologi yang baik.

Ketepatan diagnosis tergantung pada:
  1. Sejauh mana anamnese dilakukan secara baik
  2. Gejala klinis yang tampak
  3. Pemeriksaan nekropsi
  4. Kecepatan pemeriksaan laboratorium
Diagnosis penyakit memerlukan pengamatan spesimen di laboratorium agar penyebab penyakit dapat diketahui secara tepat. Spesimen adalah segala sesuatu (benda, organ, feses, darah, atau lainya) yang diduga mengandung kuman penyebab penyakit. Prinsip dasar pengumpulan spesimen:
  1. Jenis spesimen yang dikirim tergantung pada perubahan klinis ternak sakit
  2. Spesimen dikirimkan dalam keadaan aseptik
  3. Harus segera dikirim ke laboratorium
  4. Botol tempat spesimen harus diberi identitas yang jelas
  5. Harus disimpan secara baik
  6. Selama proses pengambilan spesimen harus hati-hati terhadap kemungkinan pencemaran.
Pengiriman bahan spesimen membutuhkan teknik pengawetan spesimen yang baik agar sel-sel jaringan tetap utuh atau tidak rusak, misalnya dengan cara pendinginan, penggunaan bahan kimia (larutan pengawet dan buffer seperti formalin salin 10%, glisein buffer 50%, alkohol 70%, dan lainlain).

Berdasarkan penyebabnya, penyakit dapat merupakan akibat adanya infeksi mikroorganisme yang merupakan bibit penyakit, dapat pula oleh gangguan fisik atau nonfisik yang bukan termasuk bibit penyakit.

Bibit penyakit terdiri atas berbagai jasad renik seperti virus, ricketsia, jamur, bakteri, protozoa, dan parasit. Selain itu, ada pula parasit yang sudah sempurna bentuk tubuhnya, baik yang tergolong dalam endoparasit maupun ektoparasit. Penyebab penyakit yang bersifat fisik misalnya panas atau dingin, sedangkan penyebab penyakit yang bersifat nonfisik misalnya gangguan kejiwaan karena stres atau perubahan lingkungan.

Penyakit dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit menular yang dapat menyebar dari ternak satu ke ternak lainnya, dan penyakit tidak menular yaitu penyakit yang biasanya hanya terbatas pada satu kelompok tertentu atau bersifat individual.

Berdasarkan agen penyebabnya, kelompok penyakit menular dibagi menjadi:
  1. Kelompok penyakit viral, yaitu penyakit yang disebabkan virus, misalnya PMK.
  2. Kelompok penyakit bakterial, yaitu penyakit yang disebabkan bakteri, misalnya Brucellosis.
  3. Kelompok penyakit parasiter, yaitu penyakit yang disebabkan parasit, misalnya cacingan.
  4. Ke l omp o k p e n y a k i t f u n g a l , y a i t u penyakit yang disebabkan fungi/jamur.
Adapun kelompok penyakit tidak menular, berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi:
  1. Kelompok penyakit defisiensi, yaitu penyakit yang disebabkan karena kekurangan unsur dalam zat pakannya, misalnya defisiensi vitamin.
  2. kelompok penyakit intoksikasi, penyakit karena keracunan, misalnya intoksikasi insektisida.
  3. Kelompok penyakit metabolik, yang disebabkan karena adanya gangguan metabolisme, misalnya bloat.
  4. Kelompok penyakit genesis, yang disebabkan oleh faktor gen/keturunan, misalnya osteodystropia.
  5. Kelompok penyakit mekanis, yang disebabkan karena terkena bendabenda keras, misalnya fraktur, terjepit, dan lain-lain.
Diagnosis Kesehatan Ternak
Diagnosis adalah langkah yang penting dalam pemeriksaan kesehatan hewan. Langkah untuk mendiagnosis didahului dengan beberapa langkah pemeriksaan pada hewan. Selain itu, juga diperlukan cara t e r t e n t u d a l a m m e n a n g a n i ( m e n g - handle/handling) hewan agar dapat diperiksa dengan baik, agar didapat diagnosis yang tepat.

Diagnosis yang tepat adalah bagian yang sangat penting dalam melakukan pengobatan (pelayanan kesehatan hewan). Namun, pengobatan memerlukan biaya mahal, oleh karena itu prinsip mencegah lebih baik daripada mengobati di dunia peternakan/pemeliharaan hewan harus selalu diutamakan, karena keberhasilan suatu peternakan sangat dipengaruhi oleh status kesehatan hewan-hewan ternaknya.

Namun, apabila hewan/ternak sudah terkena penyakit, yang diperlukan adalah penanganan secepatnya terhadap hewan/ ternak tersebut agar tidak menjadi lebih p a r a h a t a u p u n a g a r p e n y a k i t t i d a k menyebar (apabila ini adalah penyakit menular) dan agar kerugian dalam suatu peternakan tidak berkelanjutan.

Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu diagnosis yang cepat dan tepat agar pengobatan yang dilakukan efektif pada sasaran. Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit yang dihasilkan dari pengumpulan data informasi kesehatan hewan dengan proses dan teknik pemeriksaan/dan atau dengan alat tertentu. Untuk mendiagnosis diperlukan penguasaan terhadap ilmu anatomi, fisiologi, patologi, dan tingkah laku hewan.

Proses (urutan) dalam mendiagnosis harus dengan metode yang benar (metodik) dan dalam melakukan pemeriksaan hendaknya dilakukan dengan pendekatan yang benar dan hati-hati terhadap hewan sehingga tidak mengubah data kesehatan individu hewan yang sebenarnya (lakukan pemeriksaan secara sistematis).

Teknik mendiagnosis kesehatan ternak terdiri atas:
  1. Anamnesa
  2. Pemeriksaan Fisik (Pemeriksaan Status Praesen dan Pemeriksaan Klinis)
  3. Pemeriksaan Laboratorik
1. ANAMNESA

Anamnesa adalah upaya mencari tahu dengan bertanya kepada klien/pemilik hewan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh pasien/hewan yang diperiksa (sejarah hewan sebelum sakit dan keadaan hewan pada saat sakit, dll).

2. PEMERIKSAAN FISIK

Teknik/cara melakukan pemeriksaan fisik hewan meliputi:
  1. Inspeksi, memeriksa dengan cara mengamati atau melihat;
  2. Palpasi, memeriksa pasien dengan cara meraba untuk mengetahui adanya benjolan-benjolan ataupun kebengkakan abnormal dari suatu organ (kelenjar lymfe) bisa juga untuk memperkirakan suhu pasien;
  3. Pe r k u s i , p e m e r i k s a a n d e n g a n memukul baik dengan jari maupun dengan alat perkusi hummer. Ini d i l a k u k a n u n t u k m e n g e t a h u i kepekaan/kenyaringan suara yang dihasilkan dari hasil pukulan yang kita lakukan terhadap organ mengenai ketebalan ataupun isi dari suatu organ yang kita maksud dalam pemeriksaan (ada perbedaan suara yang ditimbulkan).
  4. Auskultasi, memeriksa dengan alat pendengaran (stetoskop) untuk mendengarkan normal atau tidaknya suara yang ditimbulkan oleh aktivitas fisiologis organ (suara napas, detak jantung, peristaltik usus, gerak rumen, dll)
  5. Membau, memeriksa dengan membau/ penciuman. Bau merupakan hal penting dalam pemeriksaan karena ada beberapa penyakit yang dapat diketahui dari baunya yang khas seperti distemper ataupun parvo. Ada pula beberapa penyakit lain karena baunya, seperti: otitis ekstera, nekrose mulut, karies gigi, radang saluran pernapasan, dll.
a. Pemeriksaan Status Praesen
Pemeriksaan status praesen adalah pemeriksaan fisik dengan ruang lingkup pemeriksaan terhadap keadaan umum hewan: sikap berdiri, turgor kulit, selaput lendir mata, cermin hidung, kondisi bulu dan kulit, suhu tubuh berapa derajat celcius, frekuensi napas setiap menit, frekuensi pulsus setiap menit dan jumlah gerak rumen setiap 5 menit.

Pengukuran suhu tubuh ternak menggunakan termometer air raksa, dengan ukuran derajat panas biasanya menggunakan derajat celcius. Pengukuran suhu tubuh ternak dilakukan per rectal, artinya memasukkan termometer (bagian air raksa) ke dalam rectum kira-kira 2 menit kemudian diambil dan dibaca hasilnya.

DASAR-DASAR KESEHATAN TERNAK
Termometer untuk mengukur suhu tubuh

Pengukuran Temperatur Rectal Ternak Domba
Dengan pengukuran suhu tubuh diketahui bahwa suhu tubuh ternak bervariasi sepanjang hari. Suhu tubuh terendah terjadi pada pagi hari, semakin siang semakin tinggi dan mencapai puncaknya pada sore hari. Kenaikan suhu tubuh dari suhu tubuh normal dinamakan demam.

Selain demam fisiologis, dikenal pula demam patologis, yaitu demam yang ada kaitannya dengan p e n y a k i t . D e m a m p a t o l o g i s disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, virus, jamur, protozoa. G e j a l a k l i n i s d e m a m a d a l a h menggigil, ada kenaikan denyut nadi, ada kenaikan angka pernapasan, lesu, suhu badan bagian luar tidak teratur, feses mengeras, urine mengental.

Pemeriksaan denyut nadi dilakukan dengan cara palpasi pada arteria atau nadi. Dengan merasakan atau menghitung berapa kali denyutan nadi per menit akan diperoleh angka denyut nadi. Cara pemeriksaan denyut nadi pada beberapa ternak adalah sebagai berikut.

  1. Kuda, bagian pembuluh darah arteria maxillaries externa atau arteria mandibularis (letaknya di bagian medial rahang bawah)
  2. Sapi/kerbau, dengan meraba pada bagian pembuluh darah arteria fascialis (bagian lateral rahang bawah) atau arteria coccygea (bagian ventral ekor kira kira 10 cm dari pangkalnya) atau arteria mediana (kaki depan di bagian bawah ketiak)
  3. Domba/kambing, bagian arteria femoralis (bagian medial paha) Gambar mengukur denyut nadi domba (bagian arteria femoralis)
Pemeriksaan Denyut Nadi
Pada saat memeriksa denyut nadi, perlu dilakukan juga pemeriksaan terhadap ritme dan intensitas denyut nadi. Ritme denyut nadi dapat diperiksa dengan cara auskultasi jantung menggunakan stetoskop. Ritme yang normal adalah yang beraturan sesuai dengan sinkron detak jantungnya.

Kenaikan frekuensi denyut nadi menunjukkan adanya gangguan fungsi jantung, paru-paru, ternak mengalami demam, anemia atau ternak mengalami kesakitan atau dalam keadaan tidak tenang.

Cara penghitungan frekuensi pernapasan ternak:
  1. Melihat gerakan inspirasi dan ekspirasi berupa gerakan kembang kempisnya rongga dada atau perut dalam satu menit.
  2. Menempatkan punggung telapak tangan di depan lubang hidung
  3. Dilakukan dengan stetoskop
Mengukur frekuensi pernapasan ternak
Frekuensi ruminasi perlu dilakukan khusus pada ternak ruminansia, frekuensi ruminasi erat kaitannya d e n g a n p r o s e s p e n c e r n a a n . Ruminasi pada ternak sapi dilakukan 30—90 menit setelah makan. Setiap periode rumiansi 40—60 kali.

Tabel 3.1 Frekuensi Ruminasi Normal Ternak ruminansia
No Jenis Ternak Frekuensi /menit
1 Sapi 5 - 8 kali
2 Domba 6 - 12 kali
3 Kambing 7 - 14 kali

Data Fisiologi Hewan (Frekuensi Napas, Pulsus, Suhu, Gerak Rumen) Tabel 3.2 Data Fisiologi Hewan (Frekuensi Napas, Pulsus, Suhu, Gerak Rumen)

b. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan fisik dengan ruang lingkup pemeriksaan terhadap keadaan khusus hewan (kelainan organ) meliputi: Selaput Lendir (hidung, mulut, dll), Alat Gerak, Saluran Pernapasan, Saluran Pencernaan, Saluran Genital/Perkencingan. Contoh Bentuk Kartu Pemeriksaan Kesehatan Hewan

3. PEMERIKSAAN LABORATORIK

Pemeriksaan laboratorik adalah upaya untuk membantu menegakkan diagnosis dengan cara melakukan pemeriksaan laboratorium berdasarkan tes agen penyebab penyakit (bakteri, virus, jamur, parasit) dan/atau berdasarkan perubahan pada tubuh hewan yang ditimbulkan oleh agen penyebab penyakit (seperti pemeriksaan darah lengkap, foto rongent, dll.).

4. BAHAN UJI (CEPAT) LABORATORIUM

Bahan uji (Reagen) Cepat/Rapid Test Uji Laboratorium Produksi Perusahaan (tersedia di Pasaran):
  1. Antigen Brucella Rose Bengal: sediaan suspensi, merupakan suspensi kuman brucella strain 1119 yang diwarnai dengan pewarna rose bengal, konsentrasi kuman 8% pada buffer dengan pH 3,65. Untuk uji aglutinasi cepat terhadap serum maupun plasma dan merupakan screening test untuk mendiagnosis Brucella (RBT= Rose Bengal Test). Kemasan vial 9 ml. Produksi Pusat Veterinaria Farma.
  2. Antigen Brucella SAT: Sediaan suspensi, merupakan suspensi Brucella strain 99 dalam larutan phenol saline, untuk uji aglutinasi tabung (SAT= Serum Aglutination Test) sebagai lanjutan dari screening test terhadap Brucella dengan RBT. Kemasan 100 ml. Produksi Pusat Veterinaria Farma.
  3. Antigen Brucella Milk Ring Test (MRT), suspensi kuman Brucella abortus strain 99 yang telah diinaktifasi dengan garam faali dan diformulasi dengan larutan cat haemotoxylin. Untuk diagnosa Brucella dengan uji cincin presipitasi pada air susu. Kemasan botol 9 ml. Produksi Pusat Veterinaria Farma.
  4. Antigen fasciola: Suspensi cacing hati d a l a m l a r u t a n g a r a m f a a l i d a n merthiolate. Untuk mendiagnosis adanya cacing hati pada sapi maupun kerbau. Sediaan dalam vial 5 ml. Produksi Pusat Veterinaria farma.
  5. A n t i g e n M yco p l a s m a : S u s p e n s i Mycoplasma Gallisepticum strain S6 yang diwarnai dengan kristal violet, untuk screening test/mendiagnosis penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD). Kemasan 10 ml. Produksi Pusat Veterinaria Farma.
  6. Antigen ND: Bentuk kering beku. Untuk mengukur titer antibodi terhadap penyakit ND dengan cara uji hambatan aglutinasi (HI test). Kemasan vial 2 ml. Produksi Pusat Veterinaria Farma.
  7. A n t i ge n P u l l o r um ( Po l y v a l e n t ) : Suspensi kuman Salmonella pullorum yang diwarnai dengan kristal violet, u n t u k m e n d i a g n o s i s p e n y a k i t pullorum. Kemasan botol 10 ml. Produksi Veterinaria Farma. h. Nobilis MG Antigen: Bentuk Cair mengandung suspensi antigen inaktif Mycoplasma Gallisepticum strain S6 2%, pelarut mengandung formalin 0,1%, Neomycin sulphate 1 gr/100 ml, u n t u k m e n d e t e k s i m yco p l a s m a gallisepticum pada ayam dan kalkun. Kemasan vial 10 ml. Produksi Intervet International B. V. Belanda/Intervet Indonesia.
  8. Nobilis MS Antigen: Bentuk Cair mengandung suspensi antigen inaktif Mycoplasma synoviae strain WVU- 1853 (A.T.C.C.), pelarut mengandung formalin 0,1%, Neomycin sulphate 1 g r / 1 0 0 m l , u n t u k m e n d e t e k s i mycoplasma synoviae pada ayam dan kalkun. Kemasan vial 10 ml. Produksi Intervet International B. V. Belanda/ Intervet Indonesia.

D. Memilih Ternak sehat

Ternak bisa dikatakan sehat apabila sistem kerja (organ) tidak mengalami gejala atau kelainan. Ternak sehat apabila status kondisi dari organ atau sistem organ dapat bekerja dengan baik. Kesehatan ternak merupakan faktor keberhasilan dalam usaha peternakan.

Apabila ternak sakit, maka produksinya tidak optimal, sehingga tidak memberikan keuntungan, tapi malah memberikan kerugian. Kesehatan ternak dapat dijadikan sebagai faktor produksi di dalam peternakan. Untuk itu, ada baiknya sebelum terjun membuka usaha peternakan kita harus menghitung sisi untung rugi berkaitan dengan risiko kesehatan ternak secara lebih detail dan terperinci. Banyak peternak yang gagal karena mengabaikan masalah kesehatan ternak ini.

Ternak yang sehat diharapkan akan mampu berproduksi dengan baik sehingga memberikan keuntungan secara ekonomis bagi peternak. Secara teknis memang diperlukan keahlian khusus untuk penanganan penyakit pada ternak.

Namun, untuk me-ngetahui apakah ternak kita sehat atau sakit dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan dapat dipraktikkan. Mengenal tipe ternak yang sehat dapat dilakukan secara visual atau dengan mengamati tingkah laku ternak tersebut.

Ternak yang sehat diharapkan akan mampu berproduksi dengan baik sehingga memberikan keuntungan secara ekonomis bagi peternak. Secara teknis memang diperlukan keahlian khusus untuk penanganan penyakit pada ternak. Namun, untuk mengetahui apakah ternak kita sehat atau sakit dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan dapat dipraktikkan.

Mengenal tipe ternak yang sehat dapat dilakukan secara visual atau dengan mengamati tingkah laku ternak tersebut. Misalnya saja beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain dengan malihat mata, rambut/ bulu, kulit, pergerakan dan nafsu makan ternak.
Ternak sehat
Cara mengenal ciri ternak sehat dengan mengamati aspek-aspek sebagai berikut:

1. Mata

Ternak sehat memiliki mata yang bersinar, kondisi bola mata tampak baik, bersih, dan tidak terdapat bercak (darah) pada bagian puith/kornea mata serta bersih dari kotoran di sudut-sudut mata. Posisi bola mata benar-benar berada di tengah, dan mata selalu berekasi cepat dengan pupil jika ada pergerakan di depannya. Mata akan bereaksi menyempit jika mendapat sinar atau cahaya yang kuat.

2. Rambut, Bulu/Kulit

Ternak yang sehat cenderung memiliki bulu yang halus, bersih, mengkilap dengan panjang bulu yang sesuai dengan bangsa dan kondisi iklim setempat. Kualitas bulu/kulit sangat dipengaruhi oleh penyakit kulit yang berakibat pada rontok bulu, luka pada bagian tubuh akibat infeksi yang merusak kulit, serta munculnya bercak-bercak karena adanya peradangan di sekitar luka.

Perubahan warna kulit yang terjadi secara abnormal juga merupakan indikator ternak yang kurang sehat. Umumnya, kerusakan pada kulit banyak disebabkan o l e h ke k u ra n g a n v i t a m i n A y a n g menyebabkan terjadinya proses penandukan pada kulit.

Kondisi ini umumnya terjadi karena kebersihan ternak yang tidak terjaga, iritasi yang disebabkan oleh luka, infeksi, dan peradangan pada kulit yang tidak kunjung sembuh. Pada ungags, biasanya terjadi rontok bulu (molting), yakni peristiwa rontoknya bulu setelah unggas memproduksi telur untuk periode waktu tertentu yang kemudian diikuti tumbuhnya bulu baru sebagai pengganti bulu yang sudah rontok. 

Pada saat rontok, unggas secara a l a m i a k a n m e m p e r b a i k i ko n d i s i tubuhnya dan memberi kesempatan pada organ reproduksi untuk beristirahat dan mempersiapkan periode produksi telur berikutnya. Kejadian ini merupakan peristiwa alami yang tidak dapat dihindarkan pada unggas seperti ayam dan itik petelur. Jadi pengertian rontok bulu di sini bukan merupakan pertanda penyakit.

A d a k a l a n y a t e r n a k m e n g a l a m i pertumbuhan bulu yang berlebihan (hypertrichocis), keadaan ini disebabkan adanya rangsangan yang terus menerus oleh proses peradangan atau tekanan dalam jangka waktu panjang.

3. Jaringan di Bawah Kulit

Jaringan di bawah kulit bersifat elastis dan bergerak, yang dimaksud ialah pergerakan elastisitas jaringan kulit berfungsi untuk menjaga kesehatan kulit ternak. Hal ini memberi pengertian bahwa ketika disentuh, kulit ternak sangat kenyal, sehinga sekalipun diremas, posisi kulit akan kembali ke keadaan yang semula (normal). Tingkat elastisitas kulit ternak dipengaruhi oleh berbagai hal di antaranya yakni perubahan jaringan membran oedema.

Penyakit kulit yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah di bawah kulit karena parasit dan larva lalat adalah salah satu contoh kerusakan jaringan di bawah kulit.
Turgor kulit atau elastisitas kulit yang buruk dapat pula disebabkan oleh penyakit diare yang kronis, perdarahan yang hebat, tubercolusis, leptospirosis, Penyakit kulit yang terjadi secara lokal seperti eksim, scabies, dermatitis juga menyebabkan elastisitas kulit setempat berkurang.

4. Membran Mukosa

Mukosa dari hidung, rongga atas mulut/ lidah dan palatum keras mata dan conjunctiva vestibulum, vagina dan repustuni yang menampakkan ternak sehat harus kelihatan spesifik, tidak berbau, halus, mengkilap, dan tidak pucat.

5. Sikap Berdiri

Sikap berdiri menggambarkan keseimbangan dan posisi tubuh yang simetris. Dari berbagai sisi, sikap berdiri ternak yang sehat harus seimbang dengan posisi tubuh yang harmonis. Keserasian bentuk tubuh tampak dari posisi tubuh yang tegak, kuat dan semua bagian tubuh didukung dengan baik oleh kaki yang lurus, kuat, serta simetris baik kaki depan maupun kaki belakang. Sikap berdiri ini dengan jelas menunjukkan keadaan tubuh ternak yang simetris, harmonis, padat, dan berdiri sesuai dengan posisi yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

6. Gerak

Gerakan menunjukkan performansi seekor ternak, karena ternak yang cenderung diam dan kurang agresif merupakan ciri ternak yang kurang sehat. Secara umum, ciri-ciri ternak yang sehat dapat dilihat dari penampilannya yang selalu lincah, riang, kuat, dan agresif serta menampakkan kepekaan terhadap rangsang atau gerakan asing yang mengganggu ternak. Ternak yang kurang tanggap atau memberikan reaksi yang l a m b a t t e r h a d a p r a n g s a n g a t a u pergerakan asing lainnya mengindikasikan ciri-ciri ternak yang kurang sehat.

7. Nafsu Makan

Ternak yang memiliki nafsu makan yang baik dan cepat beradaptasi dengan pakan yang diberikan adalah salah satu indikator ternak yang sehat. Kondisi ini sangat baik, karena dengan kemampuan makan yang baik diharapkan akan memberikan kontribusi yang baik juga untuk pertumbuhan ternak yang bersangkutan.

Kemampuan beradaptasi dengan jenis pakan yang bervariasi juga merupakan aspek positif bagi ternak untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang optimal. Hal ini cukup beralasan, karena pada periode tertentu, jika ada jenis pakan yang ketersediaannya terbatas, ternak akan dengan dengan mudah menyesuaikan dengan pakan lain yang ketersediaannya cukup.

Stetoskop ditemukan pada tahun 1816 oleh seorang dokter dari Prancis bernama Rene Theophile Hyacinthe Laennec. Awalnya alat ini dinamakan Le cylinder yang kemudian berubah menjadi stetoskop yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'saya lihat' dan 'dada'. Stetoskop terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
  1. Stetoskop akustik
  2. Stetoskop elektronik.
Stetoskop yang biasa digunakan sekarang adalah stetoskop akustik. Stetoskop ini mempunyai kekurangan yaitu ampitudo serta frekuensi suara yang dihasilkan sangatlah rendah sehingga sangat sulit ketika membuat diagnosis dan persamaan getaran atau pola suara.

TUGAS MANDIRI

Setelah Anda mempelajari materi tentang menganalisis perbedaan ternak sehat dan sakit, maka untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang materi tersebut, laksanakan tugas secara individu dengan memilih salah satu tugas yang tertera di bawah ini.
  1. Buat makalah tentang tentang cara pemeriksaan fisik dan recording kesehatan sapi potong.
  2. Buatlah langkah kerja pengukuran suhu tubuh ternak
  3. B u a t l a h l a n g k a h ke r j a p e n g u k u r a n frekuensi pernapasan ternak sapi
  4. Buatlah langkah kerja pengukuran denyut nadi

LEMBAR KERJA SISWA

Materi :Mendiagnosis penyakit ternak
Tujuan pembelajaran:
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi ternak sehat dan ternak sakit.
2. Peserta diklat mampu melakukan perawatan kesehatan dasar pada ternak.

Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

Alat :
a. Alat Tulis
b. Termometer Rectal
c. Stetoskop

Bahan :
Ternak domba, kambing, dan sapi

Instruksi kerja:
  1. Gunakan peralatan K3 dengan benar.
  2. Lakukan pengamatan pada ternak domba, sapi, dan kambing yang tersedia.
  3. Lakukan pengukuran suhu tubuh ternak menggunakan termometer rectal.
  4. Hitunglah denyut nadi, frekuensi napas ternak.
  5. Amati penampilan ternak meliputi:
    • Sorot mata
    • Keadaan bulu
    • Hidung
    • Bentuk kotoran
    • Isikan hasil pengamatan dalam tabel

RANGKUMAN

Berdasarkan penyebabnya, penyakit dikelompokkan ke dalam enam kelompok, yaitu:
  1. Penyakit yang diakibatkan oleh parasit.
  2. Penyakit yang diakibatkan oleh virus.
  3. Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri.
  4. Penyakit yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme
  5. Penyakit yang diakibatkan oleh faktor keturunan (genetik).
  6. Penyakit yang diakibatkan oleh kesalahan nutrisi, penata laksanaan, atau lingkungan.
Secara umum, ciri-ciri ternak yang sakit mempunyai gejala-gejala umum seperti berikut ini:
  • tidak ada atau kurangnya nafsu makan
  • depresi
  • lesu
  • mata tidak bersinar
  • kulit pucat
  • bulu kusut/kusam atau tidak mengkilat
  • perubahan suhu tubuh
  • kadang-kadang disertai dengan peradangan

Sedangkan ternak yang sehat, memiliki ciri ciri sebagai berikut:
  • keadaan badannya cukup berisi (tidak kurus)
  • bulu mengkilap (tidak kusam) dan lemas atau tidak kaku
  • lincah, aktif, berjalan dengan langkah yang mudah dan teratur
  • mata bersinar, terbuka, dan bersih. Selaput lendir mata tidak pucat dan tidak merah atau kuning
  • kulit halus dan mengkilap
  • nafsu makan baik, memamah biak dengan tenang
  • panas tubuh normal
Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit yang dihasilkan dari pengumpulan data informasi kesehatan hewan dengan proses dan teknik pemeriksaan dan/atau dengan alat tertentu. Untuk mendiagnosis diperlukan penguasaan terhadap ilmu anatomi, fisiologi, patologi, dan tingkah laku hewan. Proses (urutan) dalam mendiagnosis harus dengan metode yang benar (metodik) dan dalam melakukan pemeriksaan hendaknya dilakukan dengan pendekatan yang benar dan hati-hati terhadap hewan sehingga tidak mengubah data kesehatan individu hewan yang sebenarnya (lakukan pemeriksaan secara sistematis).
Teknik mendiagnosis ternak sehat terdiri atas:
  • Anamnesa
  • Pemeriksaan Fisik (Pemeriksaan Status Praesen dan Pemeriksaan Klinis)
  • Pemeriksaan Laborator
Demikian pembahasan cara menganalisis perbedaan ternak sehat dan ternak sakit, sekaligus juga kami paparkan ciri-ciri ternak sehat dan ternak sakit, prosedur mendiagnosis kesehatan ternak, pengertian sakit, diagnosis kesehatan ternak, cara memilih memilih ternak sehat. Semoga bisa membantu.