PEMBUATAN SEDIAAN OBAT DALAM BENTUK LARUTAN

Pembuatan Sediaan Obat ddalam bentuk larutan - Setelah mempelajari tentang pembuatan sediaan obat dalam bentuk larutan, peserta didik mampu mengidentifikasi, membedakan dan melakukan pembuatan larutan sediaan obat sesuai prosedur dengan baik.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sudah sering mendengar istilah larutan. Larutan atau yang sering disebut cairan sangat mudah ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik yang dapat dikonsumsi maupun tidak dapat dikonsumsi. Oleh karena banyak keunggulan dari sifat larutan, maka salah satu sediaan obat yang banyak beredar di kalangan masyarakat adalah dalam bentuk cair.
pembahasan pembuatan sediaan obat dalam bentuk larutan, Definisi, Macam Macam Sediaan Larutan Obat, Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Kelarutan, Prosedur pembuatan Sediaan Larutan. Semoga bisa membantu
Gambar 1.1 Larutan Garam
Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Larutan

Gambar 1.2 Cairan pembersih
Sumber : https://www.motherandbaby.co.id/article/2015/10/5/4974/Dampak-Cairan-Pembersih-Bagi-Ibu-Hamil

A. Definisi

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, solutio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Komponen di dalam suatu larutan antara lain zat terlarut (solute), dan zat pelarut (solvent). Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah larutan, seperti larutan gula. Maka dapat diartikan sebagai zat terlarut (solute) adalah gula, dan sebagai pelarut (solvent) adalah air / aqua.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang sesuai. Pelarut yang umum digunakan dalam sediaan obat adalah aquadest, akan tetapi karena beragamnya sifat fisika dan kimia zat terlarut, maka pelarut yang digunakan sebagai alternatif lain adalah etanol, gliserin, propilen glikol, minyak, paraffin liquidum, dan lain-lain.

Penggunaan sediaan obat dalam bentuk larutan memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
  1. Merupakan bentuk sediaan yang lebih disukai oleh anak-anak
  2. Menjamin adanya keseragaman dosis dalam pemberian
  3. Cocok diberikan kepada pasien yang sukar menelan obat dalam bentuk padat
  4. Lebih cepat terabsorpsi di dalam tubuh jika dibandingkan dengan sediaan tablet atau kapsul

Tipe larutan berdasarkan jumlah zat terlarutnya dapat dibedakan sebagai berikut :
  1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
  2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
  3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
  4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.

B. Macam Macam Sediaan Larutan Obat

Menurut cara pemakaiannya, sediaan larutan dapat dibedakan menjadi :

1. Larutan oral

Larutan oral adalah sediaan cair yang ditujukan untuk pemberian oral (masuk ke dalam saluran cerna), mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran air dan pelarut lainnya.

a. Potio (obat minum)

Potio adalah larutan yang penggunaannya dengan cara diminum. Potio ini dapat berbentuk larutan jernih, emulsi ataupun suspensi.

Berdasarkan reaksi asam dan basa, potio dapat dibedakan menjadi :
1) Netralisasi, merupakan solutio yang diperoleh dengan cara mencampurkan bagian asam dan basa hingga bereaksi sempurna dan selesai, sehingga bersifat netral.

2) Saturasi, merupakan solutio yang diperoleh dengan cara mencampurkan bagian asam dan basa, tetapi gas CO2 yang terbentuk ditahan sebagian, sehingga larutan tersebut menjadi jenuh dengan gas CO2.
3) Effervescent, merupakan solutio yang diperoleh dengan cara mencampurkan larutan asam dan larutan basa, tetapi gas CO2 yang terbentuk ditahan seluruhnya, sehingga larutan tersebut mengandung CO2 yang lewat jenuh.

Dalam hal ini basa yang digunakan adalah NaHCO3, dan asam yang digunakan adalah asam lemah, contohnya asam sitrat. Konsep potio dengan meraksikan Natrium bicarbonat dengan asam lemah adalah agar menghasilkan CO2 yang berperan dalam stabilitas obat dan memberikan nuansa segar pada minuman seperti minuman berkarbonasi yang beredar di masyarakat.

Dalam pembuatan sediaan potio saturasi maupun effervescent, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Larutan dikemas dalam botol khusus yang kuat dan memiliki tutup
yang rapat, jika perlu tutupnya diberi ikatan atau pengait khusus seperti sampagne knop.
2) Tidak boleh dikocok, karena akan mengeluarkan gas di dalam botol.

Hal ini akan mengakibatkan botol sediaan akan pecah karena tekanan yang sangat tinggi.
3) Tidak boleh mengandung bahan atau zat yang tidak larut
Gambar 1.3 Tablet Effervescent
Sumber : https://www.e-pharma.com/en/effervescent
b. Elixir

Elixir merupakan larutan yang mengandung bahan obat sebagai solute dan campuran air-etanol sebagai solvent, sehingga memiliki sensasi bau dan rasa yang sedap dan segar. Dalam hal ini, etanol juga dapat berfungsi untuk menaikkan kelarutan obat. Selain etanol, dapat pula ditambahkan zat lain yaitu gliserol, sorbitol atau propilenglikol.

c. Sirup

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, sirup adalah lautan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang memilikikadar yang tinggi.

Berdasarkan kandungannya, sirup dapat dibagi menjadi :
  1. sirup simplex, merupakan sirup yang mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v
  2. sirup obat, merupakan sirup yang mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan yang ditujukan untuk tujuan pengobatan
  3. sirup pewangi, merupakan sirup yang tidak mengandung bahan obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup pewangi pada suatu sediaan bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang kurang menyenangkan.
Gambar 1.4 Sirup Obat Batuk
Sumber : https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/batuk-dan-pilek/efek-samping-obat-batuk-berdahak

d. Guttae (drop)

Guttae atau sediaan tetes yang dimaksud jika tidak dinyatakan lain merupakan obat yang pemakaiannya per oral (masuk kedalam saluran cerna) dengan cara diteteskan. Obat ini dapat digunakan dengan alat bantu berupa pipet tetes untuk langsung digunakan pada mulut maupun dicampur dengan makanan dan minuman.

Sediaan ini biasanya digunakan untuk bayi yang belum bisa menelan cairan sendiri dalam jumlah banyak. Disamping itu, sediaan ini sangat cocok untuk bayi karena ketepatan dosis yang lebih akurat karena menggunakan alat pipet tetes yang memiliki skala ukur tertentu.
Gambar 1.5 Tempra Drop ®
Sumber : Taufik, 2019 (Dokumen Pribadi)

2. Larutan Topikal

Larutan topikal merupakan solutio yang digunakan diluar saluran cerna, biasanya pemakaiannya pada kulit atau bagian mukosa lainnya. Berbeda dengan larutan oral, larutan topikal ini tidak membutuhkan zat tambahan yang begitu banyak atau tidak membutuhkan corigen.

a. Collyrium

Menurut Formularium Nasional, Collyrium adalah sediaan larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonus, ditugunakan untuk membersihkan mata. Oleh karena itu sediaan ini disebut juga dengan obat cuci mata. Untuk mendukung fungsinya dalam membersihkan mata, sediaan ini dapat ditambahkan zat dapar untuk mempertahankan pH dan zat pengawet untuk menjaga larutan agar tetap steril.

Kejernihan dan sterilitas sediaan ini memenuhi syarat sediaan injeksi yang tertera pada Farmakope Indonesia. Penyimpanan sediaan ini sebaiknya dalam wadah yang terbuat dari kaca atau plastik tertutup kedap.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada sediaan collyrium ini antara lain :
1) Pada etiket bagian luar harus tertera masa penggunaan setelah tutup dibuka, dan pada bagian luar produk harus tertulis “Obat cuci mata” agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian obat
2) Larutan cuci mata yang tidak mengandung bahan pengawet hanya dapat bertahan selama 24 jam setelah botol dibuka, sedangkan sediaan yang mengandung bahan pengawet hanya dapat bertahan paling lama selama 7 hari. Hal ini dimaksudkan agar sterilitas dan kejernihan sediaan tetap terjaga.
Gambar 1.6 Obat Cuci Mata
Sumber : https://perawatankesehatan.com/y-rins-larutan-pembersih-mata

b. Guttae ophtalmicae

Guttae ophtalmicae atau disebut juga dengan obat tetes mata adalah sediaan berupa larutan steril atau suspensi steril yang digunakan dengan cara meneteskan pada bagian selaput lendir mata. Secara umum persyaratan obat tetes mata dan obat cuci mata hampir sama, karena penggunaannya pada mata yang sangat sensitif. Akan tetapi karena sediaan obat tetes mata penggunaannya dalam volume kecil pada mata, maka obat tetes mata diperbolehkan mengandung sedikit serbuk termikronisasi yang terdispersi sangat halus dalam cairan pembawanya agar tidak menyebabkan iritasi atau goresan pada kornea.

Komposisi sediaan obat tetes mata antara lain adalah :
  1. Zat aktif / bahan obat, yaitu zat berkhasiat yang terkandung di dalam sediaan obat
  2. Zat pengisotonis, yaitu zat yang ditambahakan agar larutan obat tetes mata memiliki tekanan osmosis yang sama dengan cairan mata. Tekanan osmosis cairan mata menurut Farmakope Edisi IV adalah setara dengan NaCl 0,9% b/v. Pada kenyataannya mata manusia masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah hingga 0,6% b/v dan tertinggi hingga setara dengan larutan NaCl 2,0% b/v.
  3. Zat dapar, yaitu zat atau larutan yang dapat mempertahankan pH sehingga larutan obat tetes mata dapat memiliki pH yang sama atau mendekati pH cairan mata (sekitar 7,4).
  4. Zat pengawet, yaitu zat atau larutan yang ditambahkan dengan tujuan untuk mematikan atau mencegah pertumbuhan mikroba yang dapat masuk pada saat tutup kemasan dibuka. Contoh zat pengawet yang sering digunakan pada sediaan tetes mata adalah Benzalkonium klorida.
  5. Zat pengental, yaitu zat atau larutan yang dapat menaikkan viskositas (kekentalan) cairan, sehingga dapat memperpanjang kontak antara larutan obat tetes mata dengan selaput mata. Bahan yang sering digunakan sebagai pengental adalah metil selulosa.
Gambar 1.7 Obat Tetes Mata
Sumber : https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/gangguan-mata-dan-penglihatan/ cara-pakai-obat-tetes-mata
c. Gargarisma

Gargarisma atau obat kumur adalah sediaan berupa larutan yang digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Tujuan utama penggunaan obat kumur adalah dimaksudkan agar obat yang terkandung di dalamnya dapat langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan dan tidak dimaksudkan agar obat itu menjadi pelindung selaput lendir.

Pada sediaan gargarisma atau obat kumur, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1) Jika merupakan larutan pekat, maka harus ada petunjuk cara pengenceran yang tepat
2) Harus ada penandaan “Hanya untuk kumur, tidak untuk ditelan”
Gambar 1.8 Obat Kumur
Sumber : https://www.alodokter.com/obat-kumur-tidak-hanya-untuk-bau-mulut

d. Litus Oris

Litus oris adalah cairan kental yang pemakaiannya ditujukan dengan cara mengoleskan pada bibir. Contoh obat yang dapat digunakan sebagai oles bibir adalah Borax Glycerin 10%, larutan Gentian Violet.
Gambar 1.9 Obat Oles Bibir
Sumber : https://www.alodokter.com/obat-bibir-kering-yang-perlu-anda-coba

e. Guttae nasales

Guttae nasales adalah cairan yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam rongga hidung. Pada sediaan ini dapat ditambahkan bahan pensuspensi, zat dapar, pengisotonis, dan zat pengawet.
Gambar 1.10 Obat Tetes Hidung
Sumber : https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/cara-menggunakan-obat-tetes-hidung

f. Guttae auriculares

Guttae auriculares adalah cairan yang digunakan dengan meneteskan atau memasukkan obat ke dalam rongga telinga. Larutan ini sedapat mungkin tidak menggunakan zat pembawa atau pelarut air, biasanya yang dipakai adalah gliserol, propilenglikol, dan minyak nabati. Hal ini dimaksudkan agar konsistensi tetes telinga lebih kental, sehingga dapat memperpanjang kontak obat dengan rongga telinga.
Gambar 1.11 Obat Tetes Telinga
Sumber : https://hellosehat.com/hidup-sehat/perawatan-diricara-menggunakan-obat-tetes-telinga

g. Inhalasi

Inhalasi adalah sediaan berupa serbuk obat, larutan, atau suspensi yang cara pemakaiannya disedot melalui saluran nafas hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan. Sediaan inhalasi dapat diberikan untuk efek lokal maupun sistemik. Inhalasi yang berisi cairan atau larutan disebut juga dengan aerosol atau inhalasi dosis terukur.
Gambar 1.12 Inhaler
Sumber : https://www.gettyimages.com/photos/asthma-inhaler

h. Injeksi

Injeksi merupakan sediaan yang bersifat steril berupa larutan, emulsi, suspensi yang cara pemakaiannya adalah dengan cara disuntikkan atau merusak jaringan sehingga dapat masuk ke dalam kulit atau selaput lendir.
Gambar 1.13 Injeksi
Sumber : https://www.dictio.id/bagaimana-cara-melakukan-injeksi-yang-baik-pada-pasien12070

i. Lavement

Lavement atau clysma atau disebut juga dengan enema adalah cairan yang pemakaiannya melalui rektal (anus). Sediaan ini dapat berupa larutan maupun semipadat atau gel. Sediaan enema memiliki tujuan penggunaan sebagai berikut :
  1. Membersihkan rektum dari kotoran atau feaces sebelum dilakukan operasi
  2. Sebagai obat , misalnya adstringen, karminativa, sedatif, emolien, dan anthelmintika
  3. Untuk membantu penegakan diagnosa penyakit
j. Douche

Douche adalah larutan yang digunakan untuk pengobatan atau untuk membersihkan vagina. Sediaan ini sering dikenal dengan istilah vaginal douche, dan mengandung zat antiseptik. Contoh sediaan yang beredar di pasaran adalah Betadine Vaginal Douche yang mengandung Povidon Iodida 10%.
Gambar 1.14 Vaginal Douche
Sumber : https://www.calliepharma.com/product/betadine-feminine-douche-w-kit

k. Epithema

Epithema adalah larutan yang digunakan pada kulit yang sakit atau panas karena radang dan dapat menimbulkan efek dingin atau sejuk. Epithema sering disebut juga dengan obat kompres. Dalam hal lain dapat juga sebagai antiseptik dan mengeringkan nanah. Contoh obat kompres adalah liquor Burowi, Solutio Rivanol 0,1%.
pembahasan pembuatan sediaan obat dalam bentuk larutan, Definisi, Macam Macam Sediaan Larutan Obat, Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Kelarutan, Prosedur pembuatan Sediaan Larutan. Semoga bisa membantu
Gambar 1.15 Larutan Rivanol
Sumber : Taufik, 2019 (Dokumen Pribadi)

C. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Kelarutan

1. Sifat Solute dan Solvent

Solute (zat terlarut) yang bersifat polar akan larut dalam solvent (pelarut) yang polar, begitu juga sebaliknya solute yang bersifat non polar akan larut dalam solvent yang non polar pula. Peristiwa ini disebut juga dengan istilah like-disolve-like. Contohnya garam yang dapat larut dalam air, sedangkan kamfer larut dalam eter.

2. Cosolvensi

Cosolvensi adalah teknik modifikasi pelarut atau kombinasi pelarut yang dapat menaikkan kelarutan suatu zat terlarut (solute). Contohnya senyawa obat phenobarbital tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air-gliserin-etanol (solutio petit).

3. Derajat Kelarutan

Larut atau tidaknya solute terhadap solvent tergantung tingkat atau derajat kelarutan dari solute tersebut. Bahan yang derajatnya “larut” membutuhkan solvent yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan yang derajatnya “sukar larut” untuk dapat melarutkan suatu solute dengan sempurna. Istilah kelarutan dinyatakan dalam 1 bagian zat terlarut (solute) dalam sejumlah bagian volume tertentu pelarut (solvent).



Tabel 1.1 Istilah Kelarutan
Sumber : Moh. Anief, 2000 (Gadjah Mada University Press)

4. Temperatur

Sebagian besar zat terlarut akan bertambah kelarutannya pada temperatur tinggi. Dengan kata lain maka kelarutan berbanding lurus dengan temperatur, jika ingin meningkatkan kelarutan suatu zat, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menaikkan suhunya.

5. Salting in

Salting in adalah peristiwa meningkatnya kelarutan suatu zat utama di dalam solvent yang disebabkan oleh penambahan zat lain yang memiliki derajat kelarutan lebih besar. Contohnya adalah Riboflavin (vitamin B2) tidak larut dalam air, akan tetapi jika ditambahkan nikotinamida maka riboflavin tersebut dapat larut dalam air.

6. Salting out

Salting out adalah peristiwa kelarutan suatu zat utama menjadi turun di dalam solvent yang disebabkan oleh penambahan zat lain yang memiliki derajat kelarutan lebih besar. Contohnya adalah kelarutan minyak atsiri akan menurun di dalam air jika ditambahkan NaCl jenuh pada air tersebut.

7. Pembentukan Garam kompleks

Pembentukan kompleks merupakan peristiwa terjadinya interaksi antara zat utama dan zat tertentu sehingga membentuk senyawa yang lebih kompleks dan dapat mengakibatkan perubahan sifat kelarutannya. Contohnya adalah senyawa Iodium (I2) tidak larut dalam air, tetapi jika kita mereaksikan iodium dengan Kalium Iodida (KI), maka akan terbentuk senyawa kompleks Kalium Triiodida (KI3) yang larut dalam air. I2 + KI KI3

D. Prosedur pembuatan Sediaan Larutan

Pada umumnya larutan dapat terbentuk dengan melarutkan zat terlarut dengan pelarut yang sesuai menggunakan wadah yang cocok seperti erlenmeyer atau mortir dan stamper.

Beberapa metode ini dapat dilakukan untuk mempercepat proses kelarutan suatu zat, yaitu :
  1. Memperkecil ukuran partikel zat terlarut (solute). Ukuran partikel sifatnya berbanding terbalik dengan luas permukaan. Dengan demikian, semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas permukaan zat tersebut yang akan mengakibatkan zat tersebut semakin cepat larut dalam solvent.
  2. Menaikkan temperatur. Kelarutan berbanding lurus dengan temperatur, jika ingin meningkatkan kelarutan suatu zat, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menaikkan suhunya.
  3. Menaikkan kecepatan pengadukan. Apabila kecepatan pengadukan ditingkatkan, maka proses melarutnya suatu zat akan lebih cepat.
Beberapa bahan obat membutuhkan cara yang khusus dalam melarutkannya, antara lain sebagai berikut :

1. Natrium bikarbonat

Teknik melarutkan natrium bikarbonat adalah dengan cara gerus tuang, yaitu natrium bikarbonat dimasukkan ke dalam mortir dan ditambah air, gerus menggunakan stamper kemudian larutan yang terbentuk dipisahkan atau dituang ke wadah lain. Sisa natrium bikarbonat yang belum larut di dalam mortir ditambahkan air lagi kemudian digerus kembali, larutan yang terbentuk dipisahkan. Begitu seterusnya hingga seluruh natrium bikarbonat terlarut seluruhnya dan tidak ada sisa.

2. Kalium permanganat

Kalium permanganat (KMnO4) dilarutkan dengan pemanasan. Namun hati-hati pada proses pemanasan ini biasanya terbentuk senyawa MnO2 yang bentuknya padat berwarna coklat-hitam dan tidak larut dalam air, oleh sebab itu maka sebelum dituangkan ke dalam botol sebaiknya disaring terlebih dahulu menggunakan glasswool.

3. Sublimat

Teknik melarutkan sublimat (HgCl2) adalah dengan pemanasan atau dikocok bersama air panas, kemudian disaring sebelum dimasukkan ke dalam botol. Untuk menaikkan kelarutan sublimat dapat ditambahkan senyawa NaCl, tetapi penambahan ini menyebabkan daya bakterisida dari sublimat akan menurun.

4. Zink klorida

Dalam melarutkan senyawa zink klorida (ZnCl2) harus dengan menambahkan air sekaligus, diaduk cepat dan segera disaring. Apabila air yang ditambahkan sedikit demi sedikit atau waktu pengadukan berlangsung lama, maka akan terbentuk zink oksida klorida (ZnOCl) yang sukar larut dalam air. Jika terdapat asam salisilat, larutkan zink klorida dengan sebagian air, kemudian tambahkan segera asam salisilat dan sisa air, baru kemudian disaring.

5. Kamfer

Kamfer (Camphora) larut dalam 650 bagian air. Oleh karena itu pelarut yang digunakan utk melarutkan kamfer biasanya adalah alkohol atau senyawa non polar lain. Jika dikehendaki senyawa kamfer dalam air maka kamfer dilarutkan terlebih dahulu dengan etanol 95% atau spiritus fortior sebanyak 2 kali berat kamfer di dalam botol kering dan dikocok hingga larut. Kemudian ditambahkan air panas sekaligus dan dikocok lagi hingga homogen.

6. Tanin

Senyawa tanin memiliki sifat mudah larut dalam air dan gliserin. Tanin mengandung hasil oksidasi yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam gliserin, sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring terlebih dahulu menggunakan kapas basah sebelum dimasukkan ke dalam botol. Jika terdapat air dan gliserin, maka tanin dilarutkan terlebih dahulu dengan air, dikocok kemudian baru ditambahkan gliserin.

7. Fenol

Fenol liquifactum atau fenol liquidum merupakan larutan yang terdiri dari 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Oleh karena itu, jika ingin memperoleh fenol maka diambil fenol liquidum sebanyak 1,2 kali jumlah yang diminta. Fenol larut dalam air. Jika fenol dilarutkan dengan air yang cukup maka akan diperoleh larutan yang jernih, sebaliknya jika fenol dilarutkan dengan air yang sedikit maka akan terbentuk larutan yang keruh.

8. Succus liquiritae

Succus liquiritae larut dalam air panas. Dalam jumlah sedikit, succus liquiritae dapat dilarutkan dengan cara gerus tuang. Dalam jumlah banyak, succus liquiritae dilarutkan dengan cara dipanaskan hingga larut.

9. Codein

Codein sukar larut dalam air. Jika ingin diperoleh larutan codein dalam air maka dapat dilakukan hal berikut :
  • Codein dipanaskan dengan air sejumlah 20 kali berat codein hingga larut
  • Codein dilarutkan dengan etanol 95% atau spiritus fortior hingga larut, kemudian diencerkan dengan air.
  • Codein diganti dengan bentuk garamnya yang sifatnya larut dalam air yaitu Codein HCl dengan memperhitungkan bobot molekulnya.

10. Bahan obat berkhasiat keras

Bahan-bahan tersebut dilarutkan masing-masing atau sendiri-sendiri dan dipastikan sudah larut sempurna dan homogen serta dosisnya terjamin merata sebelum dicampurkan dengan bahan lainnya.

11. Bahan-bahan asam basa

Bahan golongan asam contohnya asam tartrat, asam sitrat, dan lainlain. Bahan golongan basa contohnya natrium bikarbonat. Bahan-bahan asam basa ini dimaksudkan untuk pembuatan potio netralisasi, saturasi, atau potio effervescent.

a. Netralisasi
Larutan yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa hingga reaksi selesai dan larutan bersifat netral

b. Saturasi
Sediaan cair yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan sebagian sehingga larutan jenuh dengan CO2.

Teknik pembuatannya adalah sebagai berikut :
  1. Bagian basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air
  2. Bagian asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air sisanya
  3. Sebanyak 2/3 larutan asam dimasukkan ke dalam larutan basa dan gas yang terbentuk dibuang / dikeluarkan seluruhnya 4) Sisanya 1/3 larutan asam dituang secara hati-hati melalui tepi botol dan segera ditutup sehingga gas tertahan.

c. Potio Effervescent

Effervescent merupakan saturasi yang gas CO2 nya lewat jenuh. Teknik pembuatannya adalah sebagai berikut :
  1. Bagian basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air
  2. Bagian asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air sisanya
  3. Seluruh larutan asam dimasukkan ke dalam larutan basa, dituang
dengan hati-hati melalui tepi botol, dan segera ditutup sehingga gas tertahan seluruhnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan potio effervecent adalah sebagai berikut :
  1. Wadah dan bahan
    • Wadah yang digunakan adalah botol tertutup kedap dan kuat
    • Larutan hanya terisi 9/10 bagian dari volume botol
    • Bahan obat harus larut, karena sediaan ini tidak boleh dikocok
  2. Penambahan bahan
Zat yang dilarutkan dalam bagian asam yaitu :
  • Zat netral dalam jumlah kecil, jika zat yang akan dilarutkan dalam jumlah banyak, maka zat tersebut harus dibagi ke bagian asam dan bagian basa sesuai perbandingan jumlah airnya
  • Minyak atsiri atau bahan yang mudah menguap
  • Ekstrak dan alkaloid dalam jumlah kecil
  • Sirup
Zat yang dilarutkan dalam bagian basa yaitu :
  • Garam dari asam yang sukar larut, contohnya natrium benzoat, natriun salisilat
  • Asam tartrat, garam kalium dan amonium harus ditambahkan kedalam bagian basa agar tidak terbentuk endapan 




1. Kelengkapan Resep ........................................................................

2. Obat Tidak Tercampur ........................................................................

3. Dosis Maksimum ........................................................................

4. Penimbangan Bahan

Nama Bahan

Jumlah

ED

 

 

 

 

 

 


5. Cara Kerja ........................................................................

6. Etiket dan Label

ETIKET PUTIH

KOP APOTEK

LABEL

No.               Tanggal

Nama Pasien

 

 

Signa

 


  • R/ Codein 0,06
  • Ammonium Chlorid 3
  • Thymi sirup 20
  • Aqua ad 200
  • S3 dd C I
  • Pro : Yanet
Hitunglah jumlah bahan yang dibutuhkan serta bagaimana cara pembuatan larutan dalam resep tersebut ?

Jawab :
Codein menurut farmakope memiliki sifat sukar larut dalam air, oleh karena itu sebaiknya zat ini diganti dengan bentuk garamnya yaitu Codein HCl sebanyak 1,17 x jumlah Codein

Cara Kerja :
  1. Botol disetarakan
  2. Ambil dan timbang bahan-bahan yang dibutuhkan
  3. Ammonium chlorid dilarutkan dalam 20ml aqua hingga larut sepenuhnya di erlenmeyer kemudian masukkan ke dalam botol
  4. Codein HCl dilarutkan ke dalam 20ml aqua hingga larut sepenuhnya di erlenmeyer, kemudian masukkan ke dalam botol
  5. Sirup Thymi dimasukkan ke dalam botol
  6. Tambahkan air hingga bobot larutan 200 gram
  7. Botol ditutup, kemudian diberi etiket dan label

CAKRAWALA

Sirup Kering

Teman-teman tahu tidak kalau sediaan obat itu ada yang berupa sirup kering lho... iya benar, istilah sirup kering artinya adalah sediaan serbuk yang dikemas di dalam botol dan didistribusikan dari pabrik ke sarana farmasi. Sebelum digunakan, sediaan ini harus dilarutkan terlebih dahulu dengan sejumlah air dan dikocok hingga larut sempurna. Hal ini dapat terjadi karena bahan obat tersebut tidak stabil di dalam larutan jangka waktu lama, sehingga dalam proses pendistribusian hingga sampai ke tangan pasien harus dalam bentuk serbuk kering.

Perlu diingat juga, bahwa setelah sediaan ini dilarutkan dengan air maka larutan tidak boleh disimpan dalam jangka waktu yang lama ya teman-teman. Hal ini karena sifat stabilitas dari zat terlarutnya sangat kecil, sehingga hanya bisa bertahan 7-14 hari.
Sumber : https://www.guesehat.com/cara-tepat-memberikan-sirup-antibiotikpada- anak

RANGKUMAN

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, solutio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Komponen di dalam suatu larutan antara lain zat terlarut (solute), dan zat pelarut (solvent).

Berdasarkan cara pemakaiannya, larutan dapat dibedakan menjadi Larutan oral dan Larutan Topikal. Larutan oral adalah larutan yang penggunaannya melewati saluran cerna, sedangkan larutan topikal adalah larutan yang penggunaannya diluar saluran cerna, biasanya pemakaiannya pada kulit atau bagian mukosa lainnya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan antara lain :
  • Sifat Solute dan Solvent
  • Cosolvensi
  • Derajat Kelarutan
  • Temperatur
  • Salting in
  • Salting out
  • Pembentukan Garam kompleks
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses kelarutan suatu zat antara lain :
  • Memperkecil ukuran partikel zat terlarut (solute).
  • Menaikkan temperatur.
  • Menaikkan kecepatan pengadukan.

Demikian pembahasan pembuatan sediaan obat dalam bentuk larutan, Definisi, Macam Macam Sediaan Larutan Obat, Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Kelarutan, Prosedur pembuatan Sediaan Larutan. Semoga bisa membantu.