Menentukan Indikator Keberhasilan Tahapan Produksi Massal

Menentukan indikator keberhasilan tahapan  produksi massal - Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) dan metode diskusi, peserta didik dapat menganalisis indikator keberhasilan tahapan produksi massal, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tahapan produksi massal.
Serta dapat menjelaskan perbedaan prduksi massal dengan produksi kotumisasi, dan membuat indikator keberhasilan produksi massal untuk produk yang telah dibuat dengan rasa ingin tahu, kreatif, komuikatif, dan mandiri.

Menentukan Indikator Keberhasilan Tahapan  Produksi Massal
Gambar 10-1 Robot untuk Produksi Massal

Menentukan Indikator Keberhasilan Tahapan  Produksi Massal

Perkembangan pesat usaha atau bisnis saat ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi khususnya pada jaringan internet maupun dari bidang alat-alat elektronik dan kendaraan yang semakin hari semakin canggih.

Perkembangan teknologi tersebut bertujuan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Namun, jika kita lihat, tidak semua produk yang ada dipasarkan mendapatkan respon positif dari konsumen, bahkan tidak sedikit perusahaan atau pelaku usaha yang rugi besar karena produknya tidak dapat terjual dalam jumlah yang banyak.

Oleh karena itu, saat ini banyak perusahaan atau pelaku usaha yang sangat berhati-hati dalam memilih apakah produknya akan diproduksi secara massal atau hanya diproduksi sesuai pesanan saja atau gabungan keduanya.

Ada beberapa indikator yang bisa dijadikan gambaran oleh pelaku usaha atau perusahaan apakah produksi massal yang dilakukan berhasil atau tidak, salah satunya adalah produktivitas usaha yang dilakukan.

Pada bab ini akan dijelaskan indikator keberhasilan tahapan produksi massal, hubungan antara keberhasilan produksi massal dengan keberhasilan usaha, faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan tahapan produksi massal, dan perkembangan produksi massal menuju produksi kostumisasi.

1. Indikator Keberhasilan Tahapan Produksi Massal

Keberhasilan tahapan produksi massal dapat juga menggambarkan keberhasilan usaha. Pengukuran keberhasilan tahapan produksi massal, dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya sebagai berikut.

1. Produktivitas

Produktivitas diukur dari tingkat efesiensi input yang digunakan seperti tenaga kerja dan modal baik berupa modal uang maupun modal barang untuk menghasilkan sebuah produk barang atau jasa (output).

Salah stau perhitungan produktivitas yang umum adalah dengan menghitung produksi kotor selama 1 jam kerja, perhitungan ini dapat mengukur efesiensi tenaga kerja yang dipekerjakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Sedangkan rumus perhitungan produktivitas adalah sebagai berikut.
Produktivitas = Output/Input

Hasil perhitungan produktivitas berupa persentase, besar kecilnya persentase dari perhitungan tersebut menunjukkan efesiensi produktivitas, semakin besar dan mencapai 100%, maka sistem produksi massal yang dilakukan berhasil.


Langkah pertama dalam meningkatkan produktivitas adalah pengukuran sedangkan langkah kedua yang harus diperhatikan adalah mengenali faktor yang mempengaruhi produktivitas dan memilih faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pada berbagai situasi tertentu.

Faktor yang mempengaruhi produktivitas dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu sebagai berikut.
  • Faktor Eksternal atau faktor dari luar. Seperti persaingan, permintaan dan sebagainya. Semua hal tersebut tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Apabila faktor luar terlalu kuat, maka kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak akan dapat meningkatkab produktivitas.
  • Faktor Internal atau faktor dari dalam, yang termasuk ke dalam faktor dalam, di antaranya sebagai berikut.
    • Tenaga kerja, seperti, personalia, seleksi penempatan, pengembangan tenaga kerja, dan sebagainya.
    • Proses produksi yang terdiri dari pola produksi, otomatisasi, aliran proses, dan tata letak.
    • Pengembangan produk dan evaluasi produk.
    • Daya tamping produksi, seperti, bahan baku dan perencanaan daya tamping.
    • Kualitas produk ini mengacu pada penyempurnaan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan target pasar.

2. Kaspasitas Produksi

Kapasitas dapat diartikan jumlah total yang dapat ditampung atau diproduksi sedangkan yang dimaksud dengan kapasitas produksi sebagai produksi atau output maksimum, yang dapat diproduksi dalam bisnis dengan bantuan sumber daya yang tersedia.

Kapasitas dihitung selama beberapa hari atau minggu atau bulan. Pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga kami dapat menyesuaikan kapasitas produksi kami sesuai dengan permintaan dari pasar. Dengan memperhitungkan kapasitas produksi, maka seorang wirauasahawan dapat memperkirakan kemungkinan pendapatan atau omset yang diperoleh.

Kapasitas produksi berbanding lurus dengan target produksi. Semakin tinggi target produksi yang ingin dicapai maka kapasitas produksi semakin besar. Apabila target produksi yang di tentukan terlalu tinggi dibandingkan kapasitas produksi itu artinya memaksakan diri, sebaliknya jika target lebih rendah dibandingkan kapasitas produksi maka dianggap tidak efisien.

Oleh karena itu, seorang pelaku uasaha atau wirausaha harus dapat secara cermat dalam memperhitungkan target produksi maupun kapasitas produksi.

Sebagai contoh perhitungan kapasitas produksi sebuah kedai kopi. Jika sebuah kedai kopi di mal yang menjual sebuah kopi susu seharga 20.000. Kedai kopi ini memiliki sebuah outlet di mall dengan seorang pegawai yang melayani pada setiap shift. Pegawai ini dapat membuat kopi dengan waktu mulai dari pelanggan datang, meracik, membayar, dan memberikan kembalian selama total 6 menit.

Dengan demikian, pegawai tersebut dapat membuat kopi satu jam sejumlah 60 menit/6 = 10 kopi perjam. Misal kedai kopi ini membuka outlet pada jam 10.00 dan tutup pada jam 22.00 maka kapasitas produksinya adalah 10 kopi x 12 = 120 kopi.

Kemudian kapasitas produksi outlet itu dalam 1 bulan atau 30 hari adalah 120 x 30 = 3600 kopi. Jika harga setiap kopi adalah 20.000 maka maksimum peluang penghasilan perbulan adalah Rp 20.000 x 3600 = 72.000.000. Kita juga dapat menghitung omset per hari, kemudian dibuat satu bulan.

Jika dalam satu jam bisa menghasilkan 10 kopi, maka dalam satu jam bisa menghasilkan Rp 200.000. Dalam satu hari bisa menghasilkan omset Rp 200.000 x 12 = Rp 2.400.000 atau 2,4 juta per hari. Dalam sebulan maka omset bisa 2,4 juta x 30 = 72 juta.

Selain target produksi, kapasitas produksi juga erat kaitannya dengan jadwal produksi yang direncanakan pada awal akan dilakukan produksi massal. Karena dalam jadwal produksi dapat terlihat apa dan berapa jumlah produk yang harus diproduksi dalam jangka waktu tertentu.\

Jadi indikator keberhasilan produksi masal dapat dilihat dari keseimbangan target produksi dengan kapasitas produksi yang akan diproses sesuai dengan jadwal produksi setiap minggu. Untuk dapat mengontrol target produksi dan kapasitas produksi maka diperlukan evaluasi.

3. Pengelolaan Permintaan

Pengelolaan permintaan erat kaitannya dengan peramalan permintaan terhadap produk barang atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Untuk dapat melakukan pengelolaan permintaan dengan lebih efektif dan efisien adalah dengan melakukan demand management. Demand Management adalah upaya yang dilakukan untuk membuat permintaan agar lebiih mudah dipenuhi oleh supply chain. Proses ini lebih baik dibandingkan degan hanya meramalkan permintaan konsumen.

Mengelola permintaan berarti mengubah pola permintaan, sehingga lebih menguntungkan bagi ketersediaan pasokan produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi pola permintaan, di antaranya sebagai berikut.
  • Promosi
  • Harga
  • Self management atau manajemen diri
  • Deal structure atau pengelolaan manajemen
Jika pengelolaan permintaan stabil dan semua permintaan kosumen dapat dipenuhi, menunjukkan bahwa tahapan produksi massal yang dilakukan sudah cukup baik.

2. Hubungan Keberhasilan Tahapan Produksi Massal dengan keberhasilan usaha 

Bagi seorang wirausaha, usaha yang dijalankannya bertujuan mendapatkan keuntungan. Dalam mengelola usahanya, wirausahawan harus dapat mengorganisasi, memanfaatkan segala faktor sumber daya yang ada untuk dapat bersaing dengan pelaku usaha lain. Selain itu, kemampuan dalam memanfaatkan kesempatan serta berinovasi sangat diperlukan untuk tuk meraih keberhasilan.

Keberhasilan dalam sebuah usaha sangat identik dengan pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu, pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dapat dijadikan salah satu indikator keberhasilan sebuah usaha. Selain itu, keberhasilan suatu usaha dapat diartikan juga sebagai suatu posisi lebih unggul dari pesaing atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Beberapa kriteria penting sebagai indikator keberhasilan usaha, yaitu sebagai berikut.
  1. Kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terus terjadi.
  2. Produktifitas produksi.
  3. Kepuasan kerja, baik untuk para tenaga kerja maupun kepuasan yang dirasakan oleh pelaku usaha itu sendiri.
  4. Kemampuan dalam mendapatkan keuntungan dan kejelian untuk mencari sumber daya, sehingga produksi tidak terhenti.
Untuk mendapatkan keuntungan atau pendapatan sesuai dengan yang diharapkan, seorang pelaku usaha atau wirausaha dapat memilih memproduksi produk barang atau jasa dalam jumlah banyak dan terus-menerus (produksi massal) atau memproduksinya sesuai dengan pesanan khusus (job order), bahkan bisa gabungan dari keduanya.

Pada dasarnya kriteria keberhasilan kedua sistem tersebut dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu usaha. Jadi dapat disimpulkan bahwa keberhasilan produksi massal dapat menunjang keberhasilan usaha yang dijalankan.

Kesuksesan seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya dapat dipengaruhi oleh karakter wirausaha yang menjalankannya. Di mana karakter wirausaha tersebut akan membentuk kerangka berpikir yang dapat menghantarkan usahanya untuk meraih sukses.

Beberapa karakter wirausaha, di antaranya sebagai berikut.
  1. Kemampuan dan ketelitian dalam mencari peluang-peluang baru.
  2. Dapat mengejar dan memanfaatkan peluang usaha yang ada dengan baik.
  3. Fokus pada satu usaha yang ditekuni.
  4. Memiliki motivasi tinggi dalam mencapai tujuan usahanya.
  5. Memiliki tujuan usaha yang jelas dan terukur.
  6. Memiliki kemampuan dalam memotivasi lingkungan sekitar untuk mencapai tujuan bersama.
Adapun indikator keberhasilan usaha baik dengan sistem produksi massal atau produksi sesuai pesanan khusus secara keseluruhan menurut beberapa ahli, di antaranya sebagai berikut.

1. Modal

Modal adalah sekumpulan uang atau barang yang digunakan seorang pelaku usaha atau wirausaha sebagai dasar untuk membangun sebuah usaha. Modal merupakan hal yang sangat penting dalam memulai sebuah usaha. Suatu usaha yang dikatakan berhasil apabila terdapat peningkatan modal yang diterima dalam kurun waktu tertentu dari modal awal yang dikeluarkan.

2. Pendapatan

Indikator yang dapat terlihat secara langsung dalam menentukan keberhasilan suatu usaha adalah peningkatan pendapatan atau omset dalam kurun waktu tertentu. Omset adalah jumlah uang hasil penjualan barang atau jasa tertentu selama suatu masa jual. Peningkatan omset yang siginifikan menunjukkan keberhasilan usaha yang dijalankan.

3. Volume Penjualan

Peningkatan volume penjualan juga dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu usaha, semakin meningkatnya volume penjualan mengindikasikan bahwa produk barang atau jasa yang diproduksi mendapatkan respon positif dari konsumen. Selain itu, peningkatan volume penjualan juga berhubungan dengan peningkatan jumlah pelanggan yang membeli produk barang atau jasa yang diproduksi. Peningkatan volume penjualan sangat dipengaruhi oleh perluasan pemasaran dan perluasan usaha yang dilakukan oleh pelakun usaha.

4. Output Produksi

Output produksi atau jumlah produksi yang meningkat sangat berpengaruh pada peningkatan omset usaha, namun peningkatan jumlah produksi ini harus mendapatkan perhatian lebih, karen harus diikuti dengan perhitungan untuk pengeluaran biaya kirim, pengemasan, dan lain-lain. Sehingga, keuntungan bersih yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.

5. Tenaga Kerja

Peningkatan jumlah tenaga kerja pada sebuah usaha dapat mengindikasikan keberhasilan usaha yang sedang dijalankan. Semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan menunjukkan peningkatan pendapatan usaha yang diterima.

6. Kepuasan Pelaku Usaha

Keberhasilan usaha tidak hanya dapat dilihat dari hasil secara fisik tetapi dapat juga dirasakan oleh pelaku usaha atau wirausahawan berupa kepuasaan batin wirausaha dalam menajalankan usaha tersebut.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Tahapan Produksi

Faktor-faktor yang mampengaruhi keberhasilan usaha, baik pada tahapan sistem produksi massal maupun porduksi sesuai penanan, dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor dalam, di antaranya yaitu, kualitas sumber daya manusia modal dan kewirausahaan atau keahlian menejerial.

Sedangkan faktor luar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor pemerintah dan nonpemerintah. Faktor pemerintah di antaranya, kebijakankebijakan pemerintahan di bidang ekonomi, politik, dan sebaginya. Faktor nonpemerintah, yaitu, sistem perekonomian, sosio-kultur budaya masyarakat, sistem perburuhanm dan konsidisi perburuhan, kondisi infrastrukur, tingkat pendidikan masyarakat, dan lingkungan global.

Terdapat delapan faktor agar usaha atau bisnis yang dijalankan mencapai keberhasilan, di antaranya sebagai berikut.
  1. Dapat memanfaatkan peluang pasar dengan baik.
  2. Memiliki kelebihan dari pesaing.
  3. Memiliki kualitas produk yang baik.
  4. Selalu berinovasi sesuai dengan kebutuhan dan permintaan konsumen.
  5. Dasar budaya perusahaan.
  6. Kekeluargaan yang terjalin dalam perusahaan.
  7. Mutu manajemen yang baik.
  8. Memiliki modal yang kuat.

4. Produksi Massal Menuju Produksi Kostumisasi

Adanya perkembangan teknologi dan persaingan bisnis yang semakin pesat saat ini. Membawa tantangan tersendiri bagi pada pelaku usaha manufaktur maupun pelaku usaha di bidang lainnya, terutama usaha atau bisnis yang berbasis pada produksi massal (mass production) untuk menghasilkan produk baik barang maupun jasa yang fokus pada keinginan dan kebutuhan konsumen (Customer Oriented).

Oleh karena itu, muncullah produksi kostumisasi (mass customization). Produksi kostumisasi berbeda dengan produksi secara massal, perbedaanya adalah pada produksi kostumisasi, produk barang atau jasa diproduksi secara massal namun dapat mengakomodasi kebutuhan dan keinginan konsumen kecepatan proses produksi, flexibilitas, dan integrasi.

Sedangkan jika produksi massal, konsumen dipaksa untuk memilih produk yang terkadang bisa jadi kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka, sehingga tidak dapat mengakomodasi kebutuhan spesifik konsumen. Produksi massal terlalu identik dengan proses yang bersifat birokratis dan hirarki.

Produksi kostumisasi merupakan salah satu solusi bagi pelaku usaha yang berbasis produksi massal untuk dapat bersaing dengan secara kompetitif dalam meraih pangsa pasar. Produksi kostumisasi melibatkan semua aspek pada setiap tahapan produksi sampai pengiriman produk ke tangan konsumen. 

Tantangan ini cukup berat bagi pelaku usaha atau wirausahawan yang berbasis produksi massal, karena ada tahapan-tahapan yang harus didukung oleh adanya perkembangan teknologi informasi.

Tantangan yang lebih berat lagi adalah perkembangan teknologi informasi tersebut mampu menawarkan kepada konsumen untuk mengapresiasi desain sesuai dengan yang mereka inginkan. Sehingga, diperlukan inovasi dan kreartifitas pelaku usaha dalam menghadapi tantangan tersebut dalam hal operasionalnya.

Saat ini, banyak pelaku usaha atau wirausahawan mulai menerapkan produksi kostumisasi. Dalam proses menuju produksi kostumisasi terdapat beberapa faktor yang menentukan keberhasilan sistem tersebut, yaitu sebagai berikut.

1. Customer demand for variety and customization must exist.

Kemampuan suatu perusahaan untuk memproduksi dan mengirimkan produk dalam waktu tertentu dan dengan biaya yang sudah disepakati sebelumnya.

2. Market Conditions must be appropriate. 

Kemampuan perusahaan menjadikan mass customization sebagai suatu keunggulan yang digunakan untuk berkompetisi meraih pangsa pasar.

3. Value Chain should beready.

Keberhasilan mass customization tergantung pada kesiapan pemasok, distributor dan pengecer untuk mendukung pelaku usaha atau wirausaha dalam memasok bahan mentah hingga menjadi produk jadi.

4. Technology must beavailable Implementasi.

Teknologi manufaktur merupakan faktor dasar keberhasilan sistem produksi kostumisasi.

5. Product should be customizable.

Mass customization memerlukan kemampuan untuk membangun produk dengan cepat dan inovasi dengan daur hidup produk yang lebih pendek.

6. Knowledge must be shared

Mass customization adalah suatu strategi yang dinamis dan tergantung pada kemampuan untuk menterjemahkan keinginan konsumen menjadi sebuah produk, untuk mewujudkan hal tersbut dibutuhkan pengetahuan yang baik dalam berbagai aspek, salah satunya perkembangan teknologi saat ini.

Mobil Pertama yang di Produksi Secara Massal

Gambar 10.2 Mobil Model T Sumber: https://www.autominilab.com
Perkembangan di bidang otomotif sangat pesat. Pada awalnya tidak semua orang dapat membeli mobil, namun saat ini harga mobil terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Dalam sejarah otomotif, pada tahun 1908 Ford merupakan tahun bersejarah untuknya. Ford Model T merupakan mobil pertama dengan harga terjangkau bagi masyarakat umum.

Mobil tersebut pertama kali diproduksi pada 12 Agustus 1908 di Pabrik Piquette di Detroit, Michigan dan mulai dijual pada 27 September 1908. Pada tanggal 26 Mei 1927, Henry Ford, sang pendiri Ford Motor Company menyaksikan langsung Model T ke-15 juta yang diproduksi dari pabriknya.

Model T adalah mobil pertama yang diproduksi secara massal dengan menggunakan perakitan modern dengan taerget pasarnya adalah kelas menengah di Amerika. Ford membuat mobil Model T mudah untuk dikemudikan oleh siapapun. Mobil yang diproduksi Ford berbeda dengan mobil saat ini, sekalipun ada 3 pedal di lantai.

Namun cara kerja setirnya sama seperti mobil masa kini, tetapi beberapa komponennya berbeda dengan mobil yang ada saat ini. Sumber:https://www.autominilab.com/2019/08/mobil-produksi-massa-pertama-didunia.html

RANGKUMAN

  1. Pengukuran keberhasilan tahapan produksi massal yang dapat dijadikan indikator keberhasilan, di antaranya, produktivitas, kaspasitas produksi, dan pengelolaan permintaan.
  2. Keberhasilan pada setiap tahapan produksi massal sangat berkaitan dengan keberhasilan usaha, jika tahapan produksi massal dapat dilakukan dengan baik dan optimal, maka akan membawa keberhasilan pada usaha yang sedang dijalankan.
  3. Indikator keberhasilan usaha baik dengan sistem produksi massal atau produksi sesuai pesanan khusus secara keseluruhan, di antaranya, modal, pendapatan, volume penjualan, output produksi, tenaga kerja, dan kepuasan pelaku usaha.
  4. Faktor-faktor yang mampengaruhi keberhasilan usaha, baik pada tahapan sistem produksi massal maupun porduksi sesuai pesanan, dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam di antaranya, yaitu, kualitas tenaga kerja, modal dan keahlian menejerial atau kewirausahaan. Sedangkan faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor pemerintah dan nonpemerintah.
  5. Adanya perkembangan teknologi dan persaingan bisnis yang semakin pesat saat ini. Membawa tantangan tersendiri bagi pada pelaku usaha manufaktur maupun pelaku usaha di bidang lainnya, terutama usaha atau bisnis yang berbasis pada produksi massal (mass production) untuk menghasilkan produk baik barang maupun jasa yang fokus pada keinginan dan kebutuhan konsumen (Customer Oriented).
Demikian materi Menentukan indikator keberhasilan tahapan  produksi massal untuk pelajaran PKK jurusan SMK. Semoga modul PKK ini dapat membantu.