Menerapkan Cara Perawatan SISTEM PELUMASAN

Tujuan Pembelajaran Menerapkan Cara Perawatan sistem pelumasan, antara lain:
  1. Siwa Mampu memahami kinerja sistem pelumas
  2. Siswa mampu memahami jenis-jenis pelumas
  3. Siswa mampu melakukan pemeriksaan sistem pelumas
  4. Siswa mampu melakukan perawatan berkala sistem pelumas

Modul ini untuk kompetensi dasar (KD 3.2) Menerapkan Cara Perawatan SISTEM PELUMASAN akan membahas materi-materi berikut, antara lain:
  • Pengertian Sistem pelumas
    • Fungsi Sistem Pelumas
    • Fungsi Pelumas
      Menerapkan Cara Perawatan SISTEM PELUMASAN
  • Jenis-jenis Pelumas
    • Karakteristik Pelumas
    • Peggunaan Pelumas
  • Komponen Sistem Pelumas
  • Prinsip Kerja Sistem Pelumas
  • Pemeriksaan Sistem Pelumas
  • Perawatan Sistem Pelumas

A. Sistem Pelumas

Sistem pelumasan merupakan salah suatu sistem pelengkap pada suatu kendaraan dengan tujuan mengatur serta menyalurkan minyak pelumas ke seluruh bagian mesin. Minyak Pelumas yang digunakan pada suatu mesin kendaraan mobil adalah oli mesin, yang berfungsi untuk mengurangi berbagai efek gesekan antar komponen mesin serta berperan dalam menyerap panas yang ditimbulkan oleh gesekan antara bagian-bagian mesin yang sedang bergerak. Sistem pelumasan yang biasa dikenal ada dua macam yaitu sistem pelumasan kering dan sistem pelumasan basah.

1. Sistem Pelumasan Kering (Dry Pump System)

Sistem pelumasan kering adalah suatu sistem pelumasan di mana pada tangki minyak pelumas di tempatkan di ruang mesin sehingga ruang karter selalu kering. Sistem pelumasan ini minyak pelumas mengalir dari bak minyak pelumas yang berada di luar mesin, kemudian mengalir ke bagian-bagian yang perlu dilumasi dengan perantara pompa minyak pelumas.
Gambar 2.2 Sistem Pelumasan Kering

2. Sistem Pelumasan Basah (Wet Pump System)

Sistem pelumasan basah adalah suatu sistem pelumasan yang menggunakan tangki oli/karter oli pada bak engkol sehingga ruang bak engkol selalu basah. Pada pelumasan ini proses pelumasannya lebih sempurna, karena dalam tangki oli selalu basah oleh oli dan pada bak engkol selalu terkena oli sehingga proses kerja mesin lebih baik. Hampir semua mobill menggunakan sistem ini karena sistem ini dianggap lebih baik proses pelumasannya.
Gambar 2.3 Sistem Pelumasan Basah

Fungsi Sistem Pelumasan

Pelumas pada kendaraan Sumber Daryanto Reparasi Sistem Pelumasan Mobil berfungsi sebagai:

a. Mendinginkan komponen mesin yang bergesekan
Gambar 2.4 Mendinginkan komponen mesin


b. Melindungi komponen dari keausan akibat gesekan
Gambar 2.5 Menjaga keausan komponen mesin


c. Sebagai pembersih komponen mesin dari hasil gesekan antar komponen
Gambar 2.6 Menjaga komponen mesin tetap bersih


d. Melindungi komponen dari karat.
Gambar 2.7 Pelumas melindungi dari karat


e. Mencegah dan meredam terjadinya suara berisik karena gesekan.
Gambar 2.8 Peredam suara dari gesekan


f. Sebagai zat perapat antara poros dan bantalan serta antara cincin torak dan silinder.
Gambar 2.9 Pelumas sebagai zat perapat

Ditinjau dari fungsinya sistem pelumasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua oli/pelumas memiliki fungsi yang sama yaitu :

a. Sebagai fungsi pelumasan

Oli mesin melumasi permukaan dari komponen mesin yang bersinggungan dengan komponen yang lain, dengan cara membentuk lapisan film oil. Lapisan oli ( oil film ) tersebut berfungsi mencegah kontak langsung antara permukaan metal yang bersinggungan dan membatasi keausan dan kehilangan tenaga yang minim akibat gesekan. Sehingga komponen mesin tetap dalam kondisi baik.

b. Sebagai pendingin

Pembakaran menimbulkan panas dan komponen mesin akan menjadi panas sekali. Hal ini akan menyebabkan keausan yang cepat, bila tidak diturunkan temperaturnya. Untuk menghindari hal ini oli harus disirkulasikan di sekeliling komponen agar dapat menyerap panas dan mengeluarkannya dari mesin.

c. Sebagai pencegah terjadinya karat

Fungsi minyak pelumas yang lain adalah pencegah terjadinya karat pada mesin yang diakibatkan oleh terbentuknya asam selama proses pembakaran bahan bakar berlangsung. Karena pada suhu mesin dalam keadaan mesin dihidupkan, asam-asam yang terbentuk berupa gas yang akan dibuang melalui emisi gas buang, tetapi dalam keadaan temperatur mesin rendah asam-asam ini akan berkondensasi dan akibatnya mesin menjadi berkarat dibagian dalam. Bila minyak pelumas yang digunakan mengandung sedikit akkaline, maka asam-asam yang terkandung pada mesin tersebut dapat dinetralisir. Sehingga komponen mesin tetap terjaga.

d. Sebagai pembersih

Kotoran (lumpur) akan mengendap dalam komponen–komponen mesin. Ini menambah pergesekan dan menyumbat saluran oli. Oli akan membersihkan kotoran yang menempel tersebut untuk mencegah pengendapan yang menyebabkan oli tertimbun dalam mesin.

e. Sebagai bahan perapat

Oli mesin membentuk semacam lapisan antara piston dengan blok silinder. Ini berfungsi sebagai perapat (seal) yang dapat mencegah hilangnya tenaga mesin. Sebaliknya bila ada kebocoran maka gas campuran yang dikompresikan atau gas pembakaran akan menekan di sekeliling piston dan masuk ke dalam bak engkol, berarti akan kehilangan tenaga.

f. Sebagai penyerap getaran

Oli mesin menyerap getaran yang terjadi akibat gesekan antar komponen sehingga suara dan getaran yang berisik tidak terdengan keluar mesin kendaraan.

B. Jenis-jenis Pelumas

1. Klasifikasi minyak pelumas

a. Menurut kekentalan (viskositas)

Kekentalan menunjukkan ketebalan atau kemampuan untuk menahan aliran suatu cairan (weight viscosity). Viscosity indeks adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan angka perubahan kepekatan minyak pelumas pada temperatur tertentu.

Minyak pelumas yang kental mempunyai indeks viscosity yang tinggi, sedangkan minyak pelumas yang encer mempunyai indeks viscosity yang rendah. Berdasarkan badan internasional SAE (Society of Automotive Engineers) minyak pelumas/oli dibuat standar kekentalan dengan awalan SAE di depan sebgai indeks kekentalan.

Lembaga ini (SAE) membuat klasifikasi pelumas menurut tingkat kekentalan pada temperatur 400 C, 1000 C dan beberapa temperatur rendah (di bawah 00C). Beberapa pabrikan kendaraan menentukan persyaratan minimal bagi kekentalan pelumas mesin yang dapat digunakan untuk kendaraan yang akan diluncurkan di pasaran.

Viskositas (kekentalan) pelumas yang berbeda-beda dimaksudkan untuk penggunaan yang berbeda-beda pula sesuai konstruksi mesin dan menjadikan salah satu kelebihan dari suatu kendaraan yang akan dipasarkan. Sehingga konsumen dapat lebih memilih produk kendaraan yang di pasarkan. Masalah kekentalan hampir sama pada setiap pelumas, pelumas yang baik akan tetap bertahan kekentalannya dalam jangka waktu pemakaian normal.



Gambar 2.10 Kekentalan pelumas
Dari gambar 2. Terlihat jelas bahwa suhu suatu tempat sangat berpengaruh terhadap pelumas yang harus digunakan oleh suatu kendaraan. Dalam dunia otomotif terdapat dua jenispelumas menurut kekentalannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Minyak pelumas yang berderajat kekentalan tunggal (Single Grade Oil)
2) Minyak pelumas yang berderajat kekentalan ganda (Multi Grade Oil)
Dimana keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain :

1) Minyak pelumas yang berderajat kekentalan tunggal (Single Grade Oil)

Yaitu pelumas yang mempunyai satu sifat kekentalan saja, misal SAE 10, SAE 20, SAE 30 dan masih banyak lagi. Single grade oil adalah penentuan kekentalan pada suhu udara normal yaitu 20°C mempunyai tingkat kekentalan tertentu, maka pada saat di kondisi suhu yang lebih rendah kondisi pelumas akan menjadi lebih pekat atau kental dan pada suhu yang lebih tinggi akan menjadi lebih encer tingkat kekentalannya, sehingga kinerja mesin akan lebih maksimal dan tidak akan mengganggu kinerja mesin.

Kelemahan pelumas tipe ini adalah suatu kinerja mesin akan terganggu jika suhu terus berubah-ubah, karena pelumas ini terpengaruh oleh kondisi disuatu tempat. Semakin lama kendaraan bekerja dan kualitas pelumas menurun maka dapat dipastikan akan mengganggu kinerja mesin. Bayangkan jika menggunakan oli single grade SAE 40W.


Memang di saat mesin bekerja dan temperatur mesin meningkat, oli akan bekerja dengan baik untuk menghindari komponen mesin saling bergesekan. Namun saat mobil ingin dinyalakan di keesokan paginya, kondisi mesin mobil sudah dingin, lalu oli mesin yang digunakan memiliki tingkat kekentalan yang tinggi.

Maka yang terjadi adalah oli tidak akan terpompa sehingga tidak dapat melumasi mesin dengan maksimal. Sehingga perawatan dan pemeriksaan kendaraan yang menggunakan tipe pelumas ini harus berkala dan dalam jangka waktu yang tidak lama.

Gambar 2.11 Pelumas tipe Single Grade Oil

2) Minyak pelumas yang berderajat kekentalan ganda (Multi Grade Oil)
Yaitu pelumas yang mempunyai sifat kekentalan ganda (multi grade oil), biasa disebut oil special. Minyak pelumas multi grade kekentalannya tidak terpengruh oleh adanya perubahan temperatur karena adanya penambahan aditif khusus yang dapat memperbaiki indeks viskositasnya serta akibat bahan dasar pelumasnya sendiri yang relatif kental.

Misalnya SAE 10W/30, SAE 10W/40, SAE 20W/50, dan masih banyak lagi. SAE 10W- 30 maksudnya bahwa oli mesin standar olinya SAE 10 pada -20 oC dan standar oli sampai SAE 30 pada 100 oC. Kode huruf W adalah kependekan dari Winter (musim dingin) yang menunjukkan derajat viskositas pada -17,8 0C / -20 oC yang merupakan patokan pada viskositas mesin untuk start saat keadaan dingin. 

Berarti oli tersebut telah mengalami uji tes pada musim dingin dan memiliki sifat kekentalan SAE 10 dan SAE 30, sehingga dalam keadaan dingin oli tersebut tidak terlalu pekat. Selain itu oli ini akan berubah menjadi lebih encer setelah temperatur menjadi lebih panas. Kelebihannya pelumas ini lebih lama penggantiannya dibanding dengan tipe (Single Grade Oil).

Gambar 2.12 Pelumas tipe Multi Grade Oil

3) Menurut kualitas (API) American Petroleum Institute

Sebuah badan American Petroleum Institute (API) membuat standar minyak pelumas berdasarkan kinerja mesin, kualitas serta berkaitan dengan jenis tugas kendaraan tersebut (beban). Untuk motor bensin dengan kode huruf awal S (Service atau Spark), sedangkan untuk mesin diesel diberi awalan huruf C (Comercial). Sedangkan untuk mesin bensin dengan indeks A, B, C, D, F, G, H, J dan L. Huruf-huruf ini menunjukkan pengelompokan beban minyak pelumas dengan kode:
  1. SA adalah minyak murni tanpa bahan tambahan (aditif).
  2. SB adalah untuk mesin operasi ringan atau jarang digunakan.
  3. SC adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1964 -1967.
  4. SD adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1968 -1790.
  5. SE adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1971 ke atas.
  6. SF adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1980 ke atas.
  7. SG adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1989 keatas.
  8. SH adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1993 ke atas.
  9. SJ adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1997 ke atas.
  10. SL adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 2001 keatas.
Indeks klasifikasi API diatas diambil dari Anonim, 2005. Cara Smart Memahami Pelumas. Jakarta : PT. Pertamina
Gambar 2.13 Contoh Pelumas berdasarkan API

4) Menurut Penggunaan

a) Minyak pelumas mesin

Penggunaan minyak pelumas pada mesin sangat dibutuhkan agar mesin dapat bekerja dengan optimal. yang berfungsi untuk mengurangi seminimal mungkin gesekan dan sebagai penyerapan panas yang ditimbulkan oleh gesekan antara bagian-bagian komponen mesin yang sedang bergerak. Minyak pelumas untuk mesin mempunyai kekentalan yang berbeda- beda supaya dapat disesuaika menurut penggunaan, misalnya untuk minyak pelumas singgle grade SAE 30, SAE 40, SAE 50 dan untuk pelumas multi grade SAE 10W-30, SAE 20W-40, SAE 20W-50 dan masih banyak lagi.
Gambar 2.14 Contoh Pelumas mesin

b) Minyak pelumas roda gigi (Gear Oil)

Pelumas mesin dengan pelumas roda gigi jelas berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada kekentalannya. Untuk melumasi roda gigi seperti transmisi manual dan deferensial digunakan minyak pelumas dengan viskositas yang tinggi (SAE 90-140), agar mampu bertahan terhadap variasi temperatur yang rendah dan daya rekat yang tinggi.

Sedangkan untuk API servisnya diawali dengan huruf GL (Gear Lubricant). Minyak pelumas yang digunakan untuk deferential harus mengandung extreme pressure additives, karena minyak pelumas yang mengandung extreme pressure additives ini akan berguna bila minyak pelumas yang biasa tidak mampu bertahan pada tekanan yang tinggi diantara gigi-gigi pada roda gigi, dan ditambah lagi dengan temperatur yang tinggi akibat adanya gaya bergesek dari roda gigi tersebut.
Gambar 2.15 Contoh pelumas roda gigi

c) Minyak pelumas transmisi otomatis (Automatic Transmission Fluid) 

Minyak pelumas pada transmisi otomatis diperlukan minyak pelumas yang ber kualitas tinggi dan tahan terhadap kenaikan temperatur yang tinggi antara -250 C sampai 1700 C. Sedangkan tipe-tipe ATF adalah Dexkron atau Dextron II biasa digunakan untuk power steering, dan DIA QUEEN ATF SP untuk transmisi otomatis.
Gambar 2.16 Contoh pelumas transmisi otomatis

C. Komponen Sistem Pelumas

Pada kendaraan terdapat komponen yang saling mendukung salah satunya pada sistem pelumas. Apabila salah satu saja komponen mendapat kerusakan maka akan berimbas pula pada kinerja komponen lainya.

Sehingga perawatan pada setiap komponen harus sering dilakukan sesuai jadwal perawatan yang telah ditentukan. Berikut adalah komponen sistem pelumas yang umum terdapat pada kendaraan bermobil:

1. Pompa Oli

Pompa ini adalah bagian dari sistem pelumasan yang berfungsi mengalirkan minyak pelumas dengan cara membuat memberikan tekanan antara saluran dari bak minyak pelumas dengan saluran sistem pelumasan. Pompa minyak pelumas ada yang digerakkan oleh nok (cam shaft), poros engkol, dan timing belt.

Pompa minyak pelumas yang digerakkan oleh sumbu nok, membran yang terdapat dalam pompa minyak pelumas digerakkan dengan bantuan nok melalui semacam lengan, yang kemudian akan mempompa oli masuk dalam sistem pelumasan.


Pompa oli yang digerakkan oleh poros engkol adalah suatu pompa oli yang proses kerjanya dibantu dengan putaran poros engkol, jadi membran yang terdapat pada pompa oli digerakkan dengan bantuan poros engkol. Pompa oli yang digerakkan digerakkan dengan timing belt adalah suatu pompa oli
Gambar 2.17 Pompa oli

2. Alat Pengatur Tekanan Oli (Relief Valve)

Alat pengatur tekanan oli letaknya menjadi satu dengan pompa oli. Alat ini berfungsi untuk mengendalikan jumlah dan tekanan minyak pelumas yang dipompa agar tidak terjadi tekanan yang berlebihan apabila mesin bekerja pada putaran tinggi, karena dapat menyebabkan kerusakan pada filter oli.
Gambar 2.18 Alat pengukur tekanan oli

3. Oil pressure swicth

Berfungsi sebagai penanda volume oli pada mesin. Dimana pengemudi hanya cukup melihat lampu oli pada dasbord yang ada didalam cabin. Pada kondisi normal, lampu oli akan hidup pada saat mesin Off, dan mati pada saat mesin berputar ( On). Jika yang terjadi sebaliknya, maka terjadi malfungsi pada volume oli.
Gambar 2.19 Oil pressure swicth

4. Oil Pan ( Panci Oli )

Berfungsi sebagai wadah oli, dimana pada bagian bawah oil pan ada sebuah baut yang berfungsi sebagai saluran pembuangan pada saat oli diganti.
Gambar 2.20 Oil Pan

5. Oil Strainer ( saringan oli kasar )

Berfungsi sebagai saringan oli kasar yang menyaring oli langsung dari panci oli sebelum disalurkan ke saringan oil filter.
Gambar 2.21 Contoh Oil strainer

6. Oil Stick ( Stick Oli )

Berfungsi sebagai pengontrol volume oli dan kwalitas oli dari luar mesin.
Gambar 2.22 Contoh oil stik

7. Oil Filter ( saringan oli )

Berfungsi menyaring oli yang berasal dari oil strainer yang selanjutnya akan disalurkan ke semua komponen - komponen mesin melalui lubang - lubang oli kecil pada komponen mesin.
Gambar 2.23 Oil filter

D. Prinsip kerja sistem pelumas

Semua komponen memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Demi menunjang sistem agar terus bekerja maka , maka semua komponen harus dalam kondisi bagus. Dalam sistem pelumas pada saat kondisi normal, oli terkumpul pada bak oli atau karter yang terletak pada bagian paling bawah mesin. Sementara itu, pompa oli memiliki input yang digerakan dari engkol mesin. Umumnya pompa ini menggunakan rotary pump.
Gambar 2.24 Prinsip kerja sistem pelumas
  1. Ketika mesin start, poros engkol akan memutar pompa oli akibatnya terjadi sedotan pada bagian inlet hose oil pump.
  2. Oli masuk kedalam pompa melalui inlet valve dan pada sisi lainnya oli ditekan oleh pompa.
  3. Oli bertekanan tersebut mengalir melalui jalur oli masuk kedalam filter oli.
  4. Didalam filter, oli disaring dari berbagai kotoran dan kerak.
  5. Setelah disaring, oli kemudian disalurkan melalui oil feed menuju bagian atas mesin dan ke oil jet,
  6. Sampai diatas mesin, oli secara otomatis akan melumasi poros cam dan rocker arm selanjutnya oli kembali ke carter melalui saluran oli disamping blok silinder.
  7. Sementara itu, oli akan keluar dalam bentuk semprotan dari oil jet dibagian bawah silinder untuk melumasi bagian piston dan connecting rod.
  8. Dibagian poros engkol terdapat komponen weight balance, yang berbentuk seperti sekop. Sehingga ketika poros engkol berputar oli dari karter akan diobrak-abrik oleh weight balance agar tersebar ke seluruh bagian mesin.

E. Pemeriksaan sistem pelumas

Setiap komponen memliki standarisasi tersendiri, semakin seringnya digunakan maka komponen tersebut rentan dalam kondisi menurun, Begitu pula pada komponen sistem pelumas. Berikut adalah pemeriksaan pada komponen sistem pelumas:

1. Pemeriksa pompa oli (drive rotor dan driven rotor)

Jika celah ujung rotor sudah melebihi limit, maka lakukan penggantian terhadap rotor pompa oli baik inner rotor maupun outer.
STD : 0,04-0,16 mm
Limit : 0,2 mm
Gambar 2.25 Pemeriksaan Pompa Oli

2. Pemeriksaan katup relief valve / katup pengatur tekanan minyak pelumas.

Periksa katup relief valve dengan cara lapisi katup dengan oli mesin dan periksa bahwa ia jatuh dengan lembut kedalam lubang katup dengan beratnya sendiri, bila katup tidak jatuh dengan lembut maka ganti katup atau rakitan pompa. Lakukan juga pemeriksaan pada pegas katup pembebas pompa oli kemungkinan pegas sudah lemah, jika pegas lemah ganti pegas dengan yang baru.
Gambar 2.26 Pemeriksaan Katup relief valve / katup pengatur tekanan minyak pelumas

3. Pemeriksaan packing set maupun oil seal pada unit pompa

Packing set pada sambungan-sambungan pompa minyak pelumas harus selalu dalam keadaan baik, karena pengaruh panas dan pelumasan packing set yang terbuat dari kertas dan seal perapat sambungan yang terbuat dari karet lama kelamaan akan mengalami kerusakan. Jika terjadi kerusakan pada komponen tersebut akan menyebabkan kebocoran minyak pelumas.
Gambar 2.27 Pemeriksaan packing/Oil Seal

4. Pemeriksaan kerataan blok silinder

Periksa kerataan blok silinder karena akan berpengaruh terhadap kebocoran minyak pelumas.
Spesifikasi kebengkokan kepala silinder : 0.05 mm
Spesifikasi kebengkokan silinder blok : 0,05 mm
Gambar 2.28 Pemeriksaan Kerataan blok Silinder

5. Pemeriksaan Kwalitas Oli

Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa oli dari berubah warna atau sudah encer sekali. Biasanya oli berubah warna menjadi hitam sekali padahal oli baru, kekentalan oli encer sekali, dan oli bercampur dengan butiran-butiran mengkilap. Bila kualitas oli buruk maka gantilah oli sesuai dengan spesifikasi oli.
Gambar 2.29 Pemeriksaan Kualitas Oli

F. Perawatan sistem pelumas

Perawatan pada sistem pelumas harus sering dilakukan sesuai dengan servis berkala yang tertera pada data servis mobil. Berikut adalah perawatan berkala pada sistem pelumas:

1. Periksa volume minyak pelumas

Mengambil dari informasi buku pedoman pemilik mobil Toyota, caranya sangat mudah. Berikut penjelasannya:
  • Posisikan kendaraan di tempat yang rata. Segera sesudah memanaskan mesin dan mematikannya, tunggu lebih dari lima menit agar oli mengalir kembali ke bagian bawah mesin.
  • Kemudian, pegang kain lap di bawah ujungnya, lalu tarik dipstick (stick pengukur oli) keluar dan bersihkan.
  • Apabila sudah, masukkan kembali dipstick dan pegang kain lap di bawah ujung kain lap, tarik keluar dan periksa level oli. Kalau berada di garis pertama menandakan rendah, baris kedua normal, dan ketiga artinya terlalu banyak.
  • Langkah akhir, bila sudah mengetahui kondisi oli mesin tersebut, tahap selanjutnya membersihkan dipstick dan masukkan kembali seperti posisi semula.
Gambar 2.30 Pemeriksaan volume minyak pelumas

2. Pemeriksa kebocoran baut pembuangan

Cara memeriksa kebocoran baut pembuangan oli (oil drain) sangat mudah. Dibawah ini langkah memeriksanya, antara lain:
  • Posisikan kendaraan pada tempat aman, dan rata.
  • Naikkan kendaraan hingga bisa mengakses bagian bawah kendaraan.
  • Gunakan jack stand untuk mengunci/mengamankan kendaraan yang diangkat
  • Selanjutnya masuk kebagian bawah/kolong mobil untuk memeriksa oli drain
  • Tahap akhir, jika sudah selesai, turunkan kembali kendaraan seperti semula.
Cara pemeriksaan baut oli drain yang paling mudah adalah menggunakan inspection mirror untuk melihat kondisi baut pembuangan oli.

Gambar 2.31 Pemeriksaan baut pembuangan oli
Demikian modul untuk materi PMKR KD 3.2 menerapkan cara perawatan sistem pelumasan ini. Semoga bisa membantu.