Menerapkan pemeliharaan aneka ternak

Pemeliharaan aneka ternak - Setelah selesai pembelajaran peserta didik diharapkan mampu memahami prosedur dan melakukan pemeliharaan aneka ternak sesuai prosedur.
Menerapkan pemeliharaan aneka ternak
Gambar 3.1 ternak lebah
Sumber: https://www.pikist.com/free-photo-sqyyi/id

Usaha peternakan bertujuan memelihara ternak untuk diambil manfaat sebesarbesarnya untuk kesejahteraan manusia dan alam sekitarnya. Konsep yang terbaru berkaitan dengan produksi atau pemeliharaan ternak adalah tidak semata-mata untuk mendapatkan manfaat dan kesejahteraan bagi manusia tetapi hasil atau produk dari ternak harus aman, dan ternaknya sendiri dalam keadaan nyaman. Konsep ini dinamakan Good Management Praktice (GMP)

Menerapkan pemeliharaan aneka ternak

Good Management Praktice (GMP) adalah prosedur untuk membuat suatu produk yang baik, aman dan tidak merusak lingkungan. Menurut organisasi pangan dunia, Food Agriculture Organization (FAO) GMP diadaptasi menjadi praktik pengelolaan pertanian yang baik. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan, sosial dan hasil produk pangan-non pangan yang aman dan berkualitas baik.

Tujuan Good Management Practice (GMP) adalah :
  1. Menjamin produk yang aman dan bermutu baik ;
  2. Meningkatkan penggunaan sumberdaya alam, kesehatan tenaga kerja dan kondisi kerja ;
  3. Menciptakan peluang pasar baru bagi petani dan exportir dari negara berkembang;
  4. Menangkap keuntungan pasar dengan memodufikasi mata rantai suplai ;
Implementasi Good Management Practice (GMP) di lapangan diatur berdasarkan peraturan-peraturan menteri pertanian atau peraturan-peraturan Direktur Jenderal Peternakan. Adapun ruang lingkup dari masing-masing peraturan akan membahas topik-topik bahasan yang sesuai dengan subjek dari peraturan masing-masing.

Dengan demikian, bagi seorang peternak pengetahuan tentang tata laksana pemeliharaan ternak yang baik terutama dalam pemeliharaan aneka ternak mutlak diperlukan. Hal ini sangat beralasan mengingat perlakuan pemeliharaan aneka ternak apabila dilakukan tidak sesuai dengan kaidah yang benar, maka semua itu menjadi tidak ada artinya.

A. Pengertian

Sebelum usaha beternak dimulai seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan).

Ternak dapat berupa binatang apa pun (termasuk serangga dan vertebrata tingkat rendah seperti ikan dan katak). Namun, dalam percakapan sehari-hari orang biasanya merujuk kepada unggas dan mamalia domestik seperti ayam, angsa, kalkun, atau itik untuk unggas, serta babi, sapi, kambing, domba, kuda, atau keledai untuk mamalia.

Sebagai tambahan, di beberapa daerah di dunia juga mengenal hewan ternak yang khas seperti unta, llama, bison, burung unta, dan tikus belanda , mungkin sengaja dipelihara sebagai ternak. Jenis ternak bervariasi di seluruh dunia dan tergantung pada sejumlah faktor seperti iklim, permintaan konsumen, daerah asal, budaya lokal, dan topografi.

Kelompok hewan selain unggas dan mamalia yang dipelihara manusia juga disebut (hewan) ternak, khususnya apabila dipelihara di tempat khusus dan tidak dibiarkan berkeliaran di alam terbuka. Penyebutan “ternak” biasanya dianggap “tepat” apabila hewan yang dipelihara sedikit banyak telah mengalami domestikasi, tidak sekadar diambil dari alam liar kemudian dipelihara.

Dalam kelompok ini termasuk ngengat sutera, berbagai jenis ikan air tawar (seperti ikan mas, gurami, mujair, nila, atau lele), beberapa jenis katak (terutama bullfrog), buaya, dan beberapa jenis ular. Usaha pemeliharaan ikan umumnya disebut sebagai perikanan atau, lebih spesifik, budidaya ikan.

1. Cara Ternak Lebah

Cara ternak lebah - Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di hutan dan lubang-lubang pohon dan tempat-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah juga menghasilkan produk yang yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu royal jelly, pollen, malam (lilin) dan sebagainya. Selanjutnya manusia mulai membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada saat ini dengan sistem stup.

Beternak lebah madu memiliki prospek sangat cerah, karena kebutuhan madu dalam negeri sampai saat ini masih belum mencukupi. Harga produk lebah yang tinggi, biaya produksi yang relatif murah, tata laksana pemeliharaan yang mudah dan kondisi lingkungan yang mendukung merupakan peluang emas yang perlu mendapat perhatian.

Di Indonesia lebah ini mempunyai nama bermacam-macam, di Jawa disebut tawon gung, gambreng, di Sumatera barat disebut labah gadang, gantuang, kabau, jawi dan sebagainya. Di Tapanuli disebut harinuan, di Kalimantan disebut wani dan di tataran Sunda orang menyebutnya tawon odeng.

Sentra perlebahan sampai saat ini masih berada di sekitar Jawa meliputi daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dengan jumlah produksi sekitar 2000–2500 ton untuk lebah budidaya. Kalimantan dan Sumbawa merupakan sentra untuk madu dari perburuan lebah di hutan. Sedang untuk sentra perlebahan dunia ada di CIS (Negara Pecahan Soviet), Jerman, Australia, Jepang dan Italia.

Gambar 3.2 Lebah
Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ternak

Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta famili Apini dan genus Apis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak terdapat di Indonesia adalah A. cerana, A. Dorsata A. Florea. Jenis unggul yang sering dibudidayakan adalah jenis A. mellifera.

Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4 jenis berdasar penyebarannya:
  • a. Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar sampai Afghanistan, Cina maupun Jepang;
  • b. Apis mellifera, banyak dijumpai di daratan Eropa, misalnya Prancis, Yunani dan Italia serta di daerah sekitar Mediterania;
  • c. Apis Dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan daerah penyebaran sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina dan sekitarnya. Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari Sumatera sampai Irian;
  • d. Apis Florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari Timur Tengah, India sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya dengan tawon klanceng.

Produk yang dihasilkan madu adalah:
  • Madu sebagai produk utama berasal dari nektar bunga merupakan makanan yang sangat berguna bagi pemeliharaan kesehatan, kosmetika dan farmasi;
  • Royal jelly dimanfaatkan untuk stamina dan penyembuhan penyakit, sebagai bahan campuran kosmetika, bahan campuran obat-obatan;
  • Pollen (tepung sari) dimanfaatkan untuk campuran bahan obat-obatan/ kepentingan farmasi;
  • Lilin lebah (malam) dimanfaatkan untuk industri farmasi dan kosmetika sebagai pelengkap bahan campuran;
  • Propolis (perekat lebah) untuk penyembuhan luka, penyakit kulit dan membunuh virus influenza;.
Keuntungan lain dari beternak lebah madu adalah membantu dalam proses penyerbukan bunga tanaman sehingga didapat hasil yang lebih maksimal.

a. Lokasi
Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26°C, pada suhu ini lebah dapat beraktivitas normal. Suhu di atas 10°C lebah masih beraktivitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25°C) seperti Malang dan Bandung lebah madu masih ideal dibudidayakan. Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya.

b. Teknik Budidaya
Gambar 3.3. Budidaya Lebah
Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ternak

Dalam pembudidayaan lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu: Lokasi budidaya, kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan. Syarat yang utama yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah adalah ada seekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerja serta lebah jantan. Dalam satu koloni tidak boleh lebih dari satu ratu karena antar ratu akan saling bunuh untuk memimpin koloni.

Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perkandangan

a) Suhu.
Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh karena itu ketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu dalam stup tetap stabil. Yang umum digunakan adalah kayu empuk setebal 2,5 cm.

b) Ketahanan terhadap iklim.
Bahan yang dipakai harus tahan terhadap pengaruh hujan, panas, cuaca yang selalu berubah, kokoh dan tidak mudah hancur atau rusak.

c) Konstruksi.
Konstruksi kandang tradisional dengan menggunakan gelodok dari bambu, secara modern menggunakan stup kotak yang lengkap dengan framenya.

2) Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam budidaya lebah terdiri dari: masker, pakaian kerja dan sarung tangan, pengasap, penyekat ratu, sangkar ratu, sapu dan sikat, tempat makan, pondamen sarang, alat-alat kecil, peralatan berternak ratu dan lain-lain.

Pembibitan

1) Pemilihan bibit dan calon induk.

Bibit lebah unggul yang ada di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satu koloni lebah dapat produksi maksimal. Ratu A. cerana mampu bertelur 500-900 butir per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1.500 butir per hari.

Untuk mendapatkan bibit unggul ini sekarang tersedia tiga paket pembelian bibit lebah:
  • a) Paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah pekerja.
  • b) Paket lebah terdiri dari 1 ratu dengan 10.000 lebah pekerja.
  • c) Paket keluarga inti terdiri dari 1 ratu dan 10.000 lebah pekerja lengkap dengan 3 sisiran sarang.

2) Perawatan bibit dan calon induk

Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6 hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan pemeliharaan rutin.

3) Sistem pemuliabiakan

Pemuliabiakan pada lebah adalah menciptakan ratu baru sebagai upaya pengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah dengan pembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan dalam sisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi buatan pada ratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul. Pemuliabiakan lebah ini telah berhasil dikembangkan oleh KUD Batu Kabupaten Malang.

4) Reproduksi dan perkawinan

Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah masing-masing lebah ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupa kelamin betina yang tidak berkembang sehingga tidak berfungsi, sedangkan alat reproduksi berkembang lebah ratu sempurna dan berfungsi untuk reproduksi.

Proses perkawinan terjadi diawali musim bunga. Ratu lebah terbang keluar sarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya. Perkawinan terjadi di udara, setelah perkawinan pejantan akan mati dan sperma akan disimpan dalam spermatheca (kantung sperma) yang terdapat pada ratu lebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah pekerja menyiapkan sarang untuk ratu bertelur.

5) Proses Penetasan

Setelah kawin, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-sel yang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur diletakkan di dasar sel. Tabung sel yang telah yang berisi telur akan diisi madu dan tepung sari oleh lebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinya dapat ditembus oleh penghuni dewasa. Untuk mengeluarkan sebutir telur diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelah mengeluarkan 30 butir telur, ratu akan istirahat 6 detik untuk makan. Jenis tabung sel dalam sisiran adalah:
  1. a) Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur dan biasanya terletak dipinggir sarang.
  2. b) Sel calon pejantan ditandai dengan tutup menonjol dan terdapat titik hitam di tengahnya.
  3. c) Sel calon pekerja berukuran kecil, tutup rata dan paling banyak jumlahnya.

Lebah madu merupakan serangga dengan 4 tingkatan kehidupan yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Lama dalam setiap tingkatan punya perbedaan waktu yang bervariasi. Rata-rata waktu perkembangan lebah:
  1. Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 1 hari, istirahat 2 hari, perubahan larva jadi pupa 1 hari, pupa/kepompong 3 hari, total waktu jadi lebah 15 hari.
  2. Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 2 hari, iatirahat 3 hari, perubahan larva jadi pupa 1 hari, pupa/ kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 21 hari.
  3. Lebah pejantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk benang penutup 3 hari, iatirahat 4 hari, perubahan larva jadi pupa 1 hari, pupa/ kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 24 hari.

Selama dalam periode larva, larva-larva dalam tabung akan makan madu dan tepung sari sebanyak-banyaknya. Periode ini disebut masa aktif kemudian larva menjadi kepompong (pupa). Pada masa kepompong lebah tidak makan dan minum, di masa ini terjadi perubahan dalam tubuh pupa untuk menjadi lebah sempurna. Setelah sempurna lebah akan keluar sel menjadi lebah muda sesuai asal selnya.

Pemeliharaan

1) Sanitasi, tindakan preventif dan perawatan

Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak harus rajin memeriksa, menjaga dan membersihkan bagianbagian stup seperti membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut/serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu.

2) Pengontrolan penyakit

Pengontrolan ini dilakukan dengan menyingkirkan lebah dan sisiran sarang abnormal serta menjaga kebersihan stup.

3) Pemberian pakan

Cara pemberian pakan lebah dengan menggembalakan lebah ke tempat yang banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang ada. Dalam penggembalaan yang perlu diperhatikan adalah:
  1. Perpindahan lokasi dilakukan malam hari saat lebah tidak aktif.
  2. Bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan).
  3. Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.
  4. Luas areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga.

Tujuan utama dari penggembalaan ini adalah untuk menjaga kesinambungan produksi agar tidak menurun secara drastis. Pemberian pakan tambahan di luar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibat musim paceklik/saat melakukan pemindahan stup saat penggembalaan. Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi hanya berfungsi untuk mempertahankan kehidupan lebah. Pakan tambahan dapat dibuat dari bahan gula dan air dengan perbandingan 1:1 dan adonan tepung dari campuran bahan ragi, tepung kedelai dan susu kering dengan perbandingan 1:3:1 ditambah madu secukupnya.

Hama dan Penyakit

1) Hama
Hama yang sering mengganggu lebah antara lain:
a) Burung, sebagai hewan yang juga pemakan serangga menjadikan lebah sebagai salah satu makanannya.
b) Kadal dan katak gangguan yang ditimbulkan sama dengan yang dilakukan oleh burung.
c) Semut, membangun sarang dalam stup dan merampas makanan lebah.
d) Kupu-kupu, telur kupu-kupu yang menetas dalam sisiran menjadi ulat yang dapat merusak sisiran.
e) Tikus, merampas madu dan merusak sisiran.

2) Penyakit

Di daerah tropis penyakit lebah jarang terjadi dibandingkan dengan daerah sub tropis/daerah beriklim salju. Iklim tropis merupakan penghalang terjalarnya penyakit lebah. Kelalaian kebersihan dapat mendatangkan penyakit. Beberapa penyakit pada lebah dan penyebabnya antara lain:

a) Foul Brood ; ada dua macam penyakit ini yaitu American Foul Brood disebabkan oleh Bacillus larva dan European Foul Brood. Penyebab: Streptococcus pluton. Penyakit ini menyerang sisiran dan tempayak lebah.

b) Chalk Brood
Penyebab: jamur Pericustis Apis. Jamur ini tumbuh pada tempayak dan menutupnya hingga mati.

c) Stone Brood
Penyebab: jamur Aspergillus flavus Link ex Fr dan Aspergillus fumigatus Fress. Tempayak yang diserang berubah menjadi seperti batu yang keras.

d) Addled Brood
Penyebab: telur ratu yang cacat dari dalam dan kesalahan pada ratu.

e) Acarine
Penyebab: kutu Acarapis woodi Rennie yang hidup dalam batang tenggorokkan lebah hingga lebah mengalami kesulitan terbang.

f) Nosema dan Amoeba
Penyebab: Nosema Apis Zander yang hidup dalam perut lebah dan parasit Malpighamoeba mellificae Prell yang hidup dalam pembuluh malpighi lebah dan akan menuju usus.

3) Pencegahan serangan hama dan penyakit

Upaya mencegah serangan penyakit dan hama, tindakan yang perlu adalah:
  • Pembersihan stup setiap hari.
  • Memperhatikan abnormalitas tempayak, sisiran dan kondisi lebah.
  • Kaki-kaki stup harus diberi air untuk mencegah serangan semut.
  • Pintu masuk dibuat seukuran lebah.

Panen
  1. Hasil Utama. Madu merupakan hasil utama dari lebah yang begitu banyak manfaatnya dan bernilai ekonomi tinggi.
  2. Hasil Tambahan. Hasil tambahan yang punya nilai dan manfaat adalah royal jelly (susu ratu), pollen (tepungsari), lilin lebah (malam) dan propolis (perekat lebah).

3) Pengambilan madu

Panen madu dilaksanakan pada 1-2 minggu setelah musim bunga. Ciri-ciri madu siap dipanen adalah sisiran telah tertutup oleh lapisan lilin tipis. Sisiran yang akan dipanen dibersihkan dulu dari lebah yang masih menempel kemudian lapisan penutup sisiran dikupas. Setelah itu sisiran diekstraksi untuk diambil madunya. Urutan proses panen:
a) Mengambil dan mencuci sisiran yang siap panen, lapisan penutup dikupas dengan pisau.
b) Sisiran yang telah dikupas diekstraksi dalam ekstraktor madu.
c) Hasil disaring dan dilakukan penyortiran.
d) Disimpan dalam suhu kamar untuk menghilangkan gelembung udara.
e) Pengemasan madu dalam botol.

2. Cara Ternak Puyuh

Gambar 3.4 Burung Puyuh

Cara ternak puyuh - Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870, dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia. Sentra peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Adapun sistematika umum pembudidayaan adalah :
Kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix Japonica
  1. Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat
  2. Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
  3. Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman
a. Lokasi
  1. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
  2. Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
  3. Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit 4) Bukan merupakan daerah sering banjir
  4. Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.

b. Teknis Budidaya

Sebelum usaha beternak puyuh dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)

Penyiapan Sarana dan Prasarana

1) Perkandangan

Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25° C, kelembaban kandang berkisar 30-80%, penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang.

Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m² dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m² sampai masa bertelur.

Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:

a) Kandang untuk induk pembibitan.

Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 cm².

b) Kandang untuk induk petelur.

Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.

c) Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan).

Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindungi dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh). d) Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu). Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.

2) Peralatan

Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.

Penyiapan Bibit

Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/ pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan.

Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
  • Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit;
  • Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran;
  • Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya, dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.

Pemeliharaan

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif.

Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.

2) Pengontrolan Penyakit.

Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.

3) Pemberian Pakan.

Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil mematuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.

4) Pemberian Vaksinasi dan Obat

Pada umur 4-7 hari puyuh divaksinasi dengan dosis 1/2 dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat lokasi beternak puyuh.

Hama dan Penyakit

1) Radang usus (Quail enteritis)
  • Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
  • Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
  • Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisasahkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.

2) Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
  • Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian:
  • a) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, puyuh yang mati segera dibakar/ dibuang;
  • b) pisahkan puyuh yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang telah disucihamakan/steril serta melakukan vaksinasi NCD dan sampai sekarang belum ada obatnya.

3) Berak putih (Pullorum)
  • Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
  • Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulubulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
  • Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.

4) Berak darah (Coccidiosis)
  • Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulai, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian:
  • a) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;
  • b) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox

5) Cacar Unggas (Fowl Pox)
  • Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
  • Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu,
  • seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
  • Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfeksi.

6) Quail Bronchitis
  • Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
  • Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersin, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
  • Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.

7) Aspergillosis
  • Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
  • Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
  • Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.

8) Cacingan
  • Penyebab: sanitasi yang buruk.
  • Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
  • Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.

Panen
  1. Hasil utama. Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
  2. Hasil tambahan. Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.

3. Cara Memelihara/Ternak Bebek Manila

Cara ternak Bebek manila - Itik manila adalah unggas air yang termasuk dalam keluarga (genus) Cairina (Cairina moschata) berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Selain itu, unggas ini memiliki beberapa nama daerah seperti Indian Duck, Muscovite duck, Guenia duck, Turkish duck, Pato dll. Sedangkan dalam konteks kuliner, unggas ini disebut Bebek Barbary, dan di Pulau Jawa, Indonesia bebek ini dikenal dengan mentok (entok) atau itik Manila.

Menurut Scanes dkk. (2004) klasifikasi itik manila termasuk Klas: Aves, Sub filum: Vertebrata, Ordo: Anseriformes, Super ordo : Carinatae, Genus : Cairina, Spesies: Anas platryhynchos. Itik manila bersifat pemakan segala (omnivorus) yaitu memakan bahan dari tumbuhan dan hewan seperti biji-bijian, rumputrumputan, ikan, bekicot dan keong. Itik manila merupakan unggas yang mempunyai ciri-ciri kaki relatif lebih pendek dibandingkan tubuhnya; jarinya mempunyai selaput renang; paruhnya ditutupi oleh selaput halus yang sensitif; bulu berbentuk cekung, tebal dan berminyak. Itik manila memiliki lapisan lemak di bawah kulit; dagingnya tergolong gelap (dark meat) tulang dada itik manila datar seperti sampan (Suharno dan Setiawan, 1999). Itik manila yang terdapat di Indonesia umumnya tipe pedaging, mengalami dewasa kelamin pada umur 20-22 minggu.

Pertumbuhan itik manila sangat bervariasi diantara itik jantan dan betina, pola pemeliharaan dan keragaman antar individu. Itik manila jantan mempunyai pertumbuhan lebih cepat dibanding itik manila betina. Itik manila jantan dewasa dapat mencapai berat 5,5 kg, sedang pada itik manila betina dewasa hanya mencapai berat 3 kg. Perbedaan dalam cara pemeliharaan pada itik manila juga menghasilkan perbedaan pertumbuhan. Itik manila yang dipelihara secara intensif menggunakan ransum ayam pedaging pada umur 8 minggu dapat mencapai berat badan 1,8 kg (Ermanto, 1986).

Menurut Windhyarti (1999), Bebek dibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe hias (ornamental). Itik tipe pedaging misalnya itik itik manila (Anas moscata,), itik Peking dan itik Rouen. Itik ornamental contohnya itik Blue Swedis. Itik tipe petelur antara lain Indian Runner (Anas javanica) yang terdiri dari itik Karawang, itik Mojosari, itik Tegal, itik Magelang, itik Bali (Anas sp.), itik Alabio (Anas platurynchos borneo), itik khaki Campbell, itik CV 2000-INA serta itik unggul lain yang merupakan hasil persilangan oleh pakar BPT Ciawi-Bogor.

a. Lokasi

Lokasi kandang tidaklah begitu sulit bagi pemeliharaan entok sebab entok dapat hidup dimana saja. Akan tetapi lebih baik jika lokasi kandang dekat parit, sungai dan persawahan sebab entok sifatnya hampir sama dengan itik ataupun angsa yaitu suka mencari pakan di tempat yang basah. Entok dapat dikandangkan di bawah rumah, apabila pemilik mendiami rumah panggung. Hal ini merupakan suatu keuntungan karena dapat mengurangi biaya pembuatan kandang, kita hanya memagar sisian rumah dengan bambu.

Apabila peternak mendiami rumah permanen maka dapat dibuat kandang khusus di belakang rumah dengan biaya tidak usah terlalu mahal. Jadi, cukup dibuat dari kayu dan bambu saja.

b. Teknis Budidaya

Menentukan sistem pemeliharaan

1) Sistem pemeliharaan tradisional,

yaitu beternak itik manila dilakukan dengan cara mengangon tiktok pada hamparan sawah atau menggunakan sistem integrasi. Secara umum persyaratan inovasi teknologi integrasi padi sawah dan tiktok adalah ketersediaan air untuk padi sawah, cara tanam jajar legowo dan pemilihan varietas padi. Varietas padi yang danjurkan adalah kuat dan tahan terhadap rebahan antara lain Gilirang, Fatmawati dan Ciherang. Diharapkan ketiga varietas tersebut cukup kuat dan tahan rebah, sehingga akan beradaptasi dengan adanya tiktok di sekelilingnya. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya tiktok di sawah antara lain membantu pemupukan dari kotoran yang dihasilkan, meningkatkan kadar oksigen dalam tanah karena aktivitasnya dan meminimalkan rumput, gulma maupun hama ( serangga, siput, keong mas) karena dimakan tiktok. Sedang pakan untuk tiktok dapat dikurangi karena sudah mendapat pakan tambahan dari rumput, gulma, serangga, siput, keong mas dari sawah.

2) Sistem pemeliharaan semi intensif,

yaitu dilakukan dengan cara mengagon dan mengandangkan tiktok. Tiktok yang masih muda dipelihara dengan cara diangon selanjutnya setelah siap dipanen tiktok dipelihara dalam kandang dan diberi pakan yang diramu sendiri. Di dalam kandang tiktok tidak begitu banyak melakukan aktivitas sehingga energi yang dihasilkan digunakan untuk menggemukkan daging.

3) Pemeliharaan tiktok secara intensif

Pemeliharaan tiktok secara intensif dilakukan dengan cara mengandangkan tiktok tanpa ada pengangonan selama masa pemeliharaan. Intensif merupakan kesatuan dari penggunaan teknologi, manajemen usaha, dan efisiensi. Teknologi yang digunakan adalah mengandangkan tiktok sehingga pengontrolan kesehatan tiktok dapat dilakukan dengan lebih baik. Manajemen usaha yang dimaksud adalah mengandangkan tiktok dan memberi makan tiktok menjadi lebih terkontrol sehingga biaya yang diperlukan bisa diperhitungkan dengan lebih tepat. Efisiensi tentunya karena menghemat lahan karena kandang bisa dibuat bertingkat.

Pemeliharaan tiktok secara intensif dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase starter dan fase grower-finisher. Tiktok pada masa starter (0-3 minggu), harus mendapatkan asupan pakan dengan nilai nutrisi sesuai dengan kebutuhan ternak. Disamping itu, pada masa ini diperlukan penerangan pada malam hari serta dibuatkan kandang panggung supaya tiktok tidak kedinginan. Kepadatan tiktok per meter persegi sekitar 14-20 ekor.

Umur potong tiktok 10 minggu, maka fase grower-finisher mulai dari 4-10 minggu. Fase ini membutuhkan biosekuritas yang baik, sanitasi dan ventilasi yang memadai, sehingga tiktok dapat tumbuh dengan optimal. Disamping itu, penerangan juga tetap diperlukan. Kandang yang digunakan bukan kandang panggung lagi, melainkan menggunakan kandang liter dengan kepadatan tiktok mulai dari 4-10 ekor per meter persegi.

Pengadaan Bibit

Pengadaan bibit tiktok dilakukan dengan mengawinkan entok jantan dengan itik betina. Perkawinan antara entok jantan (rata-rata berbobot 5 kg) dengan itik betina (rata-rata berbobot 1,5 kg) akan menghasilkan tiktok seberat minimal 3 kg. Sedangkan perkawinan entok betina (rata-rata berbobot 1,5 kg) dengan itik jantan (ratarata berbobot 1 kg) hanya akan menghasilkan bebek salah-salah, begitu istilah yang digunakan masyarakat Tanjung Balai, seberat 1 kg. Perkawinan ini sebenarnya sulit terjadi, mengingat ukuran dan bobot entok jantan yang jauh lebih besar dan berat daripada itik betina.

Oleh karena itu, dilakukan dengan kawin suntik (impossible artificial insemination/ inseminasi buatan). Bebek betina akan bertelur selama tiga hingga empat bulan. Telur-telur yang dihasilkan bebek betina yang telah disuntik sperma entok, tetap dianggap sebagai telur bebek. Karena selama ini bebek selalu diternakkan, maka mereka sudah “lupa” caranya mengerami sehingga harus dibantu dengan mesin tetas.

Uniknya, bila telur bebek menetas setelah 28 hari “dierami” dan telur entok menetas pada hari ke-35, maka tiktok akan menetas pada hari ke-32 (28 hari + 35 hari = 63 hari : 2). Jika diberi makan makanan yang berkualitas, induk tiktok ini mampu berproduksi hingga 70% (120 hari x 70% = 84 butir). Daya tetas telur induk tiktok itu hanya sekitar 33 %. Tiap 3 telur tetas hanya menghasilkan seekor bitib/ DOT (day old tiktok).

Pengadaan bibit merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha pembesaran tiktok. DOT yang baik harus sehat dan baik yang dicirikan oleh : tubuh tegap, gesit dan lincah; kaki kokoh; fisik tidak cacat dan nafsu makan tinggi. Anak tiktok yang baru lahir memiliki bobot badan 26 – 53 gram (rataan 40,03 g). Selain dengan penetasan, bibit tiktok juga dapat diperoleh dari Balitnak Ciawi-Bogor atau tempat pembibitan lainnya.

Penyediaan Pakan

Pada budidaya tiktok secara intensif, penyediaan pakan sering menjadi kendala karena sebagian besar masih mengandalkan pakan pabrik yang menghabiskan 60-70 % biaya produksi. Pakan yang digunakan pada budidaya tiktok hanya dua jenis yaitu starter dan grower/finisher.

Ransum tiktok dapat dibuat dengan cara mencampur beberapa bahan yang berasal dari limbah pertanian, perikanan dan pakan pabrik (konsentrat dan pur). Limbah pertanian dan perikanan sebagai sumber pakan adalah dedak padi, menir, jagung giling, bungkil kelapa, keong mas, ikan rucah segar dan kepala udang. Komposisi ransum tiktok stadia starter adalah pur komersial dan menir dengan perbandingan 2:1.

Pemberian pakan stadia starter sebanyak 20-40 g/ekor/hari dengan frekuensi 3-4 kali, sedangkan stadia grower sebanyak 40-60 g/ekor/ hari dengan frekuensi 2-3 kali.

Penyakit dan Pencegahan

Tiktok relatif tahan terhadap penyakit, karena daya adaptasinya lebih baik terhadap perubahan lingkungan. Penyakit yang timbul pada tiktok, biasanya diakibatkan tidak berfungsinya faktor utama dengan baik, yaitu : sanitasi, biosecurity, manajemen, serta perubahan lingkungan terutama cuaca dan suhu.

Penyakit utama tiktok hampir sama dengan jenis unggas lainnya, yaitu : sallmonellosis yang disebabkan bakteri Salmonella typhimurium dan S. entritidis; botulismus yang disebabkan oleh bakteri Clostridium botulinum; fowl cholera, fowl pox, avian influenza, avian chlamydiasis, coccidiosis, dan lain-lain.

Pencegahan penyakit itik pedaging melalui peningkatan sanitasi kandang, vaksinasi, dan meningkatkan kualitas pakan. Sedangkan yang sudah terserang dapat diberikan antibiotic.

4. Cara Memelihara/Ternak Kelinci

Gambar 3.5 Kelinci Putih
Sumber : https://ternakviterna.blogspot.com/2013/02/panduan-cara-budidayaternak- kelinci

Cara ternak kelinci - Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir semua iklim seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi. Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda. Di Eropa disebut rabbit. Di Indonesia hewani ini disebut kelinci. Sedangkan di Jawa disebut trewelu dan sebagainya.

Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Lepus, Orictolagus
Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.

Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.

a. Lokasi

Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, baubauan, suara bising dan terlindung dari predator. Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.

b. Teknis Budidaya

Penyiapan Sarana dan Perlengkapan

Fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak dengan suhu ideal 21°C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih.

Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70cm tinggi alas 50cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45cm.

Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:
  1. Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda.
  2. Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
  3. Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun piramid). Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang tahan pecah dan mudah dibersihkan.

Pembibitan

Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara.

1) Pemilihan bibit dan calon induk

Bila peternakan bertujuan untuk diambil dagingnya dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak.

2) Perawatan bibit dan calon induk

Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari gangguan luar.

3) Sistem pemuliabiakan.

Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
  1. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik misalnya bulu, proporsi daging.
  2. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul.
  3. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan perpaduan 2 keunggulan bibit.

4) Reproduksi dan perkawinan.

Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan.

5) Proses kelahiran

Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.

6) Pemeliharaan

a) Sanitasi dan tindakan preventif
Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek dan terserang penyakit kulit.

b) Pengontrolan penyakit
Kelinci yang terserang penyakit umumnya mempunyai gejala lesu, nafsu makan turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit.

7) Perawatan ternak

Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/ kandang dan disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasarkan kelamin diperlukan untuk mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat menjelang dewasa dan umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya.

8) Pemberian Pakan

Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi kebutuhan pakan pada ternak kelinci perlu diberikan pakan tambahan berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak.

9) Pemeliharaan Kandang

Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit. Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit dibersihkan dengan kreolin/lisol.

Hama dan Penyakit
  1. Bisul -- Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit. Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya diberi Jodium.
  2. Kudis --Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh. Pengendalian: dengan antibiotik salep.
  3. Eksim --Penyebab: kotoran yang menempel di kulit. Pengendalian: menggunakan salep/bedak Salicyl.
  4. Penyakit telinga --Penyebab: kutu. Pengendalian: meneteskan minyak nabati.
  5. Penyakit kulit kepala --Penyebab: jamur. Gejala: timbul semacam sisik pada kepala. Pengendalian: dengan bubuk belerang.
  6. Penyakit mata. Penyebab: bakteri dan debu. Gejala: mata basah dan berair terus. Pengendalian: dengan salep mata.
  7. Mastitis -- Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar. Gejala: puting mengeras dan panas bila dipegang. Pengendalian: dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak.
  8. Pilek --Penyebab: virus. Gejala: hidung berair terus. Pengendalian: penyemprotan antiseptik pada hidung.
  9. Radang paru-paru -- Penyebab: bakteri pasteurella multocida. Gejala: napas sesak, mata dan telinga kebiruan. Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox.
  10. Berak darah -- Penyebab: protozoa eimeira. Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut membesar dan mencret darah. Pengendalian: diberi minum sulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air.
  11. Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci seperti anjing. Pada umumnya pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit.
Panen
  • Hasil Utama. Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu
  • Hasil Tambahan. Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk

5. Cara memelihara/ternak Jangkrik

Cara ternak jangkrik - Dewasa ini pada masa krisis ekonomi di Indonesia, budidaya jangkrik (Liogryllus Bimaculatus) sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar yang diadakan di berbagai kota. Kegiatan ini banyak dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu ±2-4 minggu. Sedangkan untuk produksi jangkrik untuk pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2 - 3 bulan. Jangkrik betina mempunyai siklus hidup ±3 bulan, sedangkan jantan kurang dari 3 bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi lebih dari 500 butir telur.

Penyebaran jangkrik di Indonesia merata. Untuk kota-kota besar yang banyak penggemar burung dan ikan, pada awalnya sangat tergantung untuk mengonsumsi jangkrik yang berasal dari alam, lama kelamaan dengan berkurangnya jangkrik yang ditangkap dari alam maka mulailah mencoba untuk membudidayakan jangkrik alam dengan menernakkan secara intensif dan usaha ini banyak dilakukan di kota-kota di pulau Jawa.

Ada lebih dari 100 jenis jangkrik yang terdapat di Indonesia. Jenis yang banyak dibudidayakan pada saat ini adalah Gryllus Mitratus dan Gryllus testaclus, untuk pakan ikan dan burung. Kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya; Gryllus Mitratus wipositornya lebih pendek disamping itu Gryllus Mitratus mempunyai garis putih pada pinggir sayap punggung, serta penampilannya yang tenang.

Jangkrik segar dan baik biasanya untuk pakan burung berkicau seperti poksay, kacer dan hwambie serta untuk pakan ikan. Jangkrik baik juga untuk pertumbuhan udang dan lele dalam bentuk tepung.

Gambar 3.6 Jangkrik rumah (Acheta domesticus) jantan sedang mengerik
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Jangkrik

a. Lokasi

Jangkrik adalah salah satu hewan serangga yang masih berkerabat dekat dengan belalang dan merupakan hewan yang aktif pada malam hari, termasuk dalam kategori hewan omnivora dan juga menyukai tempat yang jauh dari keramaian. Oleh karena itu jika kita ingin membudidayakan jangkrik maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :
  1. Lokasi budidaya harus tenang, teduh dan mendapat sirkulasi udara yang baik.
  2. Lokasi jauh dari sumber-sumber kebisingan seperti pasar, jalan raya dan lain sebagainya.
  3. Tidak terkena sinar matahari secara langsung atau berlebihan.

b. Teknis Budidaya

Menurut Farry, 1999, ternak jangkrik merupakan jenis usaha yang jika tidak direncanakan dengan matang, akan sangat merugikan usaha. Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam merencanakan usaha ternak jangkrik, yaitu penyusunan jadwal kegiatan, menentukan struktur organisasi, menentukan spesifikasi pekerjaan, menetapkan fasilitas fisik, merencanakan metoda pendekatan pasar, menyiapkan anggaran, mencari sumber dana dan melaksanakan usaha ternak jangkrik.

Penyiapan Sarana dan Peralatan

Karena jangkrik biasa melakukan kegiatan pada waktu malam hari maka kandang jangkrik jangan diletakkan dibawah sinar matahari, jadi letakkan di tempat yang teduh dan gelap. Sebaiknya hindarkan dari lalu lalang orang lewat terlebih lagi untuk kandang peneluran.

Untuk menjaga kondisi kandang yang mendekati habitatnya maka dinding kandang diolesi dengan lumpur sawah dan diberikan daun-daun kering seperti daun pisang, daun timbul, daun sukun dan daun-daun lainnya untuk tempat persembunyian disamping untuk menghindari dari sifat kanibalisme jangkrik. Dinding atas kandang bagian dalam sebaiknya dilapisi lakban keliling agar jangkrik tidak merayap naik sampai keluar kandang.

Disalah satu sisi dinding kandang dibuat lubang yang ditutup kasa untuk memberikan sirkulasi udara yang baik dan untuk menjaga kelembapan kandang. Tidak ada ukuran yang baku untuk ukuran kotak pemeliharaan jangkrik, yang penting sesuai dengan kebutuhan untuk jumlah populasi jangkrik setiap kandang. Menurut hasil pemantauan di lapangan dan pengalaman peternak, bentuk kandang biasanya berbentuk persegi panjang dengan ketinggian 30-50 cm, lebar 60-100 cm sedangkan panjangnya 120-200 cm.

Kotak (kandang) dapat dibuat dari kayu dengan rangka kaso tetapi untuk menghemat biaya maka dinding kandang dapat dibuat dari triplek. Kandang biasanya dibuat bersusun, dan kandang paling bawah minimal mempunyai empat kaki penyangga. Untuk menghindari gangguan binatang seperti semut, tikus, cecak dan serangga lainnya maka keempat kaki kandang dialasi mangkuk yang berisi air, minyak tanah atau juga vaseline (gemuk) yang dilumurkan di setiap kaki penyangga.

Pembibitan

1) Pemilihan bibit dan calon induk

Bibit yang diperlukan untuk dibesarkan haruslah yang sehat, tidak sakit, tidak cacat (sungut atau kaki patah) dan umurnya sekitar 10-20 hari. Calon induk jangkrik yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan alam bebas karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik.

Kalaupun induk betina tidak dapat dari hasil tangkapan alam bebas maka induk dapat dibeli dari peternakan. Sedangkan induk jantan diusahakan dari alam bebas, karena lebih agresif.

Adapun ciri-ciri indukan, induk betina, dan induk jantan yang adalah sebagai berikut:
  1. Indukan:
    • sungutnya (antena) masih panjang dan lengkap.
    • kedua kaki belakangnya masih lengkap.
    • bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat.
    • badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap.
    • pilihlah induk yang besar.
    • jangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.
  2. Induk jantan:
    • selalu mengeluarkan suara mengerik.
    • permukaan sayap atau punggung kasar dan bergelombang.
    • tidak mempunyai ovipositor di ekor.
  3. Induk betina:
    • tidak mengerik.
    • permukaan punggung atau sayap halus.
    • ada ovipositor di bawah ekor untuk mengeluarkan telur.
2) Perawatan bibit dan calon induk

Jangkrik yang sudah dikeluarkan dari kotak penetasan berumur ±10 hari, makanannya harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol karena pertumbuhannya sangat pesat. sehingga kalau makanannya kurang maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal dan memakan anakan yang lemah. Selain itu perlu juga dikontrol kelembapan udara serta binatang pengganggu, yaitu semut, tikus, cicak, kecoa dan labalaba. Untuk mengurangi sifat kanibal dari jangkrik maka makanan jangan sampai kurang. Makanan yang biasa diberikan antara lain ubi, singkong, sayuran dan dedaunan; diberikan bergantian setiap hari.

3) Sistem pemuliabiakan

Sampai saat ini pembiakan jangkrik yang dikenal adalah dengan mengawinkan induk jantan dan induk betina sedangkan untuk bertelur ada yang alami dan ada juga dengan cara caesar. Risiko dengan cara caesar kemungkinan besar induk betinanya mati dan telur yang diperoleh tidak merata tuanya sehingga daya tetasnya rendah.

4) Reproduksi dan perkawinan

Induk dapat memproduksi telur yang daya tetasnya tinggi ±80- 90 % apabila diberikan makanan yang bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuanramuan yang khusus diberikan pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan item, tepung ikan, kuning telur bebek, kalk dan kadang-kadang ditambah dengan vitamin.

Disamping itu suasana kandang harus mirip dengan habitat alam bebas, dinding kandang diolesi tanah liat, semen putih dan lem kayu, dan diberi daun-daunan kering seperti daun pisang, daun jati, daun tebu dan serutan kayu.

Jangkrik biasanya meletakkan telurnya di pasir atau tanah. Jadi di dalam kandang khusus peneluran disiapkan media pasir yang dimasukkan di piring kecil. Perbandingan antara betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan induknya kemudian kandang bagian dalam disemprot dengan larutan antibiotik (cotrymoxale). Selain peneluran secara alami, dapat juga dilakukan peneluran secara caesar tetapi kekurangannya ialah telur tidak merata matangnya (daya tetas).

5) Proses kelahiran

Sebelum penetasan telur sebaiknya terlebih dahulu disiapkan kandang yang permukaan dalam kandang dilapisi dengan pasir, sekam atau handuk yang lembut. Dalam satu kandang cukup dimasukkan 1-2 sendok teh telur dan satu sendok teh telur diperkirakan berkisar antara 1.500-2.000 butir telur. Selama proses ini berlangsung warna telur akan berubah warna dari bening sampai kelihatan keruh. Kelembaban telur harus dijaga dengan menyemprot telur setiap hari dan telur harus dibulak-balik agar jangan sampai berjamur. Telur akan menetas merata sekitar 4-6 hari.

Pemeliharaan

1) Sanitasi dan tindakan preventif
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dalam pengelolaan peternakan jangkrik ini sanitasi merupakan masalah yang sangat penting. Untuk menghindari adanya zat-zat atau racun yang terdapat pada bahan kandang, maka sebelum jangkrik dimasukkan kedalam kandang, ada baiknya kandang dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi lumpur sawah. Untuk mencegah gangguan hama, maka kandang diberi kaki dan setiap kaki masing-masing dimasukkan kedalam kaleng yang berisi air.

2) Pengontrolan penyakit
Untuk pembesaran jangkrik dipilih jangkrik yang sehat dan dipisahkan dari yang sakit. Pakan ternak harus dijaga agar jangan sampai ada yang berjamur karena dapat menjadi sarang penyakit. Kandang dijaga agar tetap lembab tetapi tidak basah, karena kandang yang basah juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.

3) Perawatan ternak
Perawatan jangkrik disamping mengusahakan kondisi kandang yang sama dengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelap, maka yang tidak kalah pentingnya adalah gizi yang cukup agar tidak saling makan (kanibal).

4) Pemberian pakan
Anakan umur 1-10 hari diberikan voor (makanan ayam) yang dibuat dari kacang kedelai, beras merah dan jagung kering yang dihaluskan. Setelah vase ini, anakan dapat mulai diberi pakan sayursayuran disamping jagung muda dan gambas.

Sedangkan untuk jangkrik yang sedang dijodohkan, diberi pakan antara lain: sawi, wortel, jagung muda, kacang tanah, daun singkong serta ketimun karena kandungan airnya tinggi. Bahkan ada juga yang menambah pakan untuk ternak antara lain: bekatul jagung, tepung ikan, ketan hitam, kuning telur bebek, kalk dan beberapa vitamin yang dihaluskan dan dicampur menjadi satu.

5) Pemeliharaan kandang
Air dalam kaleng yang terdapat dikaki kandang, diganti setiap 2 hari sekali dan kelembapan kandang harus diperhatikan serta diusahakan agar bahaya jangan sampai masuk kedalam kandang.

Hama dan Penyakit

1) Penyakit, hama dan penyebabnya
Sampai sekarang belum ditemukan penyakit yang serius menyerang jangkrik. Biasanya penyakit itu timbul karena jamur yang menempel di daun. Sedangkan hama yang sering mengganggu jangkrik adalah semut atau serangga kecil, tikus, cicak, katak dan ular.

2) Pencegahan serangan hama dan penyakit
Untuk menghindari infeksi oleh jamur, maka makanan dan daun tempat berlindung yang tercemar jamur harus dibuang. Hama pengganggu jangkrik dapat diatasi dengan membuat dengan membuat kaleng yang berisi air, minyak tanah atau mengoleskan gemuk pada kaki kandang.

3) Pemberian vaksinasi dan obat
Untuk saat ini karena hama dan penyakit dapat diatasi secara prefentif, maka penyakit jangkrik dapat ditekan seminimum mungkin. Jadi pemberian obat dan vaksinasi tidak diperlukan.

Panen

1) Hasil Utama
Peternak jangkrik dapat memperoleh 2 (dua) hasil utama yang nilai ekonomisnya sama besar, yaitu: telur yang dapat dijual untuk peternak lainnya dan jangkrik dewasa untuk pakan burung dan ikan serta untuk tepung jangkrik.

2) Penangkapan
Telur yang sudah diletakkan oleh induknya di media pasir atau tanah, disaring dan ditempatkan pada media kain yang basah. Untuk setiap lipatan kain basah dapat ditempatkan 1 sendok teh telur yang kemudian untuk diperjual belikan.

Sedangkan untuk jangkrik dewasa umur 40-55 hari atau 55-70 hari dimana tubuhnya baru mulai tumbuh sayap, ditangkap dengan menggunakan tangan dan dimasukkan ketempat penampungan untuk dijual.

B. Sistem Pemeliharaan

Awalnya, peternakan adalah bagian dari kehidupan petani swasembada, dengan tujuan bukan hanya sumber makanan untuk keluarga petani tetapi juga sumber pupuk, pakaian, sarana transportasi, tenaga untuk dimanfaatkan, serta bahan bakar. Awalnya, hewan dimanfaatkan sebisa mungkin selagi hidup untuk menghasilkan telur, susu, wol, bahkan darah (misalnya, oleh suku Maasai), dan memakan hewan itu sendiri bukanlah tujuan utama. Dalam gaya hidup nomaden yang disebut transhumans, manusia dan hewan ternak berpindah antara beberapa kawasan tinggal musiman. Misalnya, di kawasan montane mereka tinggal di gunung pada musim panas dan di lembah pada musim dingin.

Peternakan dapat dilakukan secara ekstensif (di luar) maupun intensif (di kandang). Dalam peternakan ekstensif, hewan dapat berkeliaran, kadang bebas atau kadang diawasi peternak atau penggembala agar dapat dilindungi dari pemangsa.

Di Amerika Utara terdapat sistem ranch (Bahasa Inggris) atau rancho (Bahasa Spanyol), yaitu lahan besar yang dimiliki umum atau swasta yang menjadi tempat penggembalaan sapi dalam jumlah besar. Terdapat juga tempat penggembalaan serupa di Amerika Selatan, Australia, atau tempat-tempat lain dengan lahan yang luas dan hujan yang sedikit. Selain untuk sapi, sistem ini dapat digunakan untuk domba, rusa, burung unta, llama, dan alpaka.

Di kawasan tinggi Britania Raya, domba-domba dibawa ke atas pegunungan pada musim semi dan dibiarkan bebas makan rumput kemudian dibawa turun mendekati akhir tahun dan diberi makanan tambahan pada musim dingin. Di daerah pedesaan, ternak seperti unggas dan babi dapat hidup dengan mencari sisasisa makanan. Di beberapa komunitas Afrika, ayam dapat hidup berbulan-bulan tanpa diberi makan dan masih menghasilkan satu atau dua telur per pekan.

Di sisi lain, hewan juga sering diternakkan secara intensif terutama di negara-negara maju yang menerapkan peternakan pabrik. Sapi perah dikandangkan dan makanannya dibawakan dari luar, sapi potong digemukkan di kandang-kandang khusus dengan kepadatan tinggi. Babi dipelihara di bangunan yang suhunya dikendalikan, dan selama hidupnya tidak pernah berada di luar ruangan. Hewan unggas dipelihara di kandang dan jeruji di dalam ruangan yang penerangannya dikendalikan.

Di antara dua sisi ini ada juga peternakan semi-intensif, yaitu campuran antara peternakan intensif dan ekstensif. Contohnya adalah peternakan keluarga yang hewannya berganti antara memakan dari alam dan memakan pakan yang disiapkan peternak. Kadang hal ini terjadi secara musiman, hewan ternak dibiarkan makan di luar hampir sepanjang tahun, tetapi saat rumput sudah tidak tumbuh lagi hewan diberi makan jerami, pakan, atau bahan-bahan lain yang dibawa dari luar.

C. Manajemen Pemeliharaan

Yang dimaksud dengan peternakan adalah kegiatan ternak yang lebih bersifat intensif atau terpola dengan terpadu. Teratur dan terukur mulai dari manajemen kandang dan manajemen pakan. Kandang dibuat dengan desain dan ukuran tertentu, begitu pula pakan dengan nutrisi yang kadar gizinya terhitung sesuai dengan kebutuhan ternak. Pada umumnya hewan yang diternakkan adalah ikan, unggas dan ternak hewan ruminansia sepert kambing, sapi termasuk rusa dan lebih spesifik lagi adalah ternak yang bernilai ekonomi.

Tabel 3.2 Jenis-Jenis ternak yang sudah didomestikasi dan sudah dibudidayakan
Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ternak

Setiap hewan yang diternakkan diberi pakan yang kadarnya sudah terpolakan. Nutrisi yang diberikan menggunakan bahan alam yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki kualitas yang tinggi seperti pelet ikan, konsentrat, vour atau pur; untuk unggas dan untuk hewan rumninasia seperti sapi, kambing menggunakan pakan fermentasi

Manajemen pemeliharaan merupakan salah satu fator penting penentu keberhasilan usaha ternak. Tanpa manajemen pemeliharaan yang baik maka risiko peternak mengalami kerugian sangat besar.

Pemeliharaan ternak sebenarnya terbilang sangat mudah karena tidak membutuhkan keterampilan yang khusus, sehingga peternak baru pun mampu secara cepat belajar manajemen pemeliharaan. Namun, untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan dan penanganan hasil produksi.

Lalu pertanyaannya, bagaimanakah manajemen pemeliharaan ternak yang baik? Setidaknya ada beberapa faktor yang perlu kita perhatikan dalam pemeliharan ternak diantaranya:

1. lokasi peternakan.
Lokasi peternakan yang direkomendasikan adalah lokasi yang tidak dekat dengan daerah permukiman penduduk, dan memiliki sumber air yang cukup.

2. Perkandangan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membangun kandang, seperti luas kandang yang sesuai dengan kapasitas populasi ternak, ventilasi yang mengatur sirkulasi udara di dalam kandang, serta pencahayaan yang masuk kedalam kandang.

3. Pakan.
Pakan yang diberikan harus cukup dan memenuhi kebutuhan ternak setiap harinya. Peternak semestinya memperhatikan formulasi pakan yang diberikan sudah memenuhi kebutuhan nutrisi ternak atau tidak.

4. Jenis ternak/bibit yang dibudidayakan.
Apakah ternak yang dibudidayakan bertujuan sebagai pedaging, petelur, penghasil susu, madu atau yang lainnya.

5. Manajemen sanitasi.
Sanitasi sangat penting guna menjamin agar kandang tetap bersih dan mencegah timbulnya penyakit yang berujung pada kematian ternak.

6. Pengontrolan penyakit.
Pengontrolan penyakit dapat dilakukan dengan memisahkan antara ternak yang terjangkit penyakit dengan ternak yang sehat, guna menghindari penyebaran penyakit serta dengan melakukan vaksinasi.

Lembar Praktikum
  • Judul praktik : Menyusun Uraian Kegiatan Mengurus IMB
Tujuan :
  • Melalui praktik menyusun uraian kegiatan mengurus IMB para peserta didik mampu memahami prosedur legalitas kepemilikan lokasi.
Alat dan Bahan :
Tersedia peralatan dan perlengkapan yang meliputi:
  1. Bolpoint
  2. Buku catatan
  3. Gambar bestek
  4. Modul/buku literatur

Sikap Kerja :
  1. Bekerja secara rapi dan bersih
  2. Bekerja secara teliti dan tepat membaca gambar
  3. Mengutamakan produktifitas kerja
  4. Bekerja secara efisien dan optimal
  5. Mengutamakan kualitas pada setiap langkah kerja
  6. Menerima penilaian hasil kerja yang di berikan oleh guru.
Langkah Kerja :
  1. Mempersiapkan alat dan bahan praktik
  2. Mempersiapkan kertas/buku catatan dan alat kerja
  3. Memahami objek gambar
  4. Menyusun uraian prosedur pengurusan IMB untuk non rumah tinggal lebih dari satu lantai
  5. Merperhatikan ketelitian dalam penyusunan sesuai dengan tahapan yang benar.
Aspek-aspek penilaian / Rambu-rambu item penilaian :
  1. Kelengkapan persyaratan IMB non rumah tinggal sesuai yang diatur oleh pemerintah
  2. Tahapan pengurusan IMB non rumah tinggal.
  3. Kelengkapan informasi


CAKRAWALA
Sistem Peternakan Terpadu

Gambar 3.7 Peternakan Terpadu
Sumber : https://gambar sistem peternakan terpadu

Sistem peternakan terpadu merupakan sistem peternakan efektif yang dapat diterapkan di lingkup masyarakat pedesaan sehingga menjadikan kegiatan beternak menjadi lebih efisien dan menguntungkan bagi peternak.

Definisi Sistem Peternakan Terpadu adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Secara harfiah, peternakan dapat diartikan sebagai upaya budidaya hewan ternak demi memenuhi kebutuhan pangan.

Ditinjau dari komoditasnya, apabila ditinjau dari ilmu yang membangunnya, peternakan dibangun dari ilmu-ilmu keras (hard sciences) dan ilmu-ilmu lunak (soft sciences) baik pada kekuatan ilmu-ilmu dasar, terapan dan lanjutan maupun ilmu-ilmu kawinannya.

Konsep peternakanan terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi baik sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA) dan produksi ternak sehingga dapat dipanen secara seimbang dan menguntungkan. (rudinunhalu.2013).
Sumber:https://debsdiscoveridea.wordpress.com/2014/05/16/sistempeternakan- terpadu/

Demikian materi menerapkan pemeliharaan aneka ternak, Cara memelihara/ternak Jangkrik, Cara Memelihara/Ternak Kelinci, Cara Memelihara/Ternak Bebek Manila, Cara Ternak Puyuh Cara Ternak Lebah, dan lainnya. Semoga bisa bermanfaat.