Menerapkan Pemberian Pakan dan Air Minum Aneka Ternak

Setelah selesai pembelajaran peserta didik diharapkan dapat memberi pakan dan air minum ternak sesuai kebutuhan sehingga ternak dapat tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan harapan.
Menerapkan pemberian pakan dan air minum aneka ternak
Gambar 4.1 pemberian air minum pada ayam broiler
Sumber: https://alatternakayam.com/articles/ayam/tips-pengaturan-pakan-dan-minum-yang-tepat-pada peternakanayam- broiler/

Produktivitas ternak tergantung dari kualitas pakan dan air minum yang digunakan. Pakan yang digunakan harus cukup dan sehat, serta berkualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam SNI 01-3930-1995 dan SNI 01-3931- 1995, serta berasal dari pabrik pakan atau membuat sendiri. Sediaan biologi, sediaan parmacetik, sediaan premix, dan sediaan obat alami dapat digunakan pada usaha budidaya ternak ayam buras dan telah mendapatkan nomor pendaftaran.

Menerapkan Pemberian Pakan dan Air Minum Aneka Ternak

Hal yang perlu diperhatikan adalah pakan dan air minum kualitasnya baik, mengontrol kondisi gudang pakan dan mengontrol bahan pakan yang dibeli dari luar farm., dan dijelaskan masing-masing sebagai berikut:
  1. Menjamin pakan dan air kualitasnya baik Pakan dan air yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan fisiologis ternak. Suplai air harus teredia, diperiksa dan dirawat secara reguler. Gunakan peralatan yang berbeda untuk menangani bahan kimia dan bahan pakan. Bahan kimia yang digunakan pada padang rumput dan hijauan untuk ternak ruminansia harus sesuai. Gunakan bahan kimia untuk pakan sesuai dengan yang direkomendasikan.
  2. Mengontrol kondisi tempat penyimpanan pakan Usahakan tidak ada binatang yang masuk ke gudang pakan untuk menghindari kontaminasi pakan. Gudang harus berventilasi baik. Pakan harus dilindungi dari kontaminasi. Simpan dan tangani dengan baik bahan pestisida, biji-bijian, pakan yang diberi obat, dan pupuk. Herbisida harus dipisahkan dari bahan kimia dan pupuk. Jerami dan pakan kering harus dilindungi dari kondisi lembab. Silase dan pakan fermentasi harus disimpan dalam kondisi tertutup. Bahan pakan yang berjamur harus dibuang atau tidak diberikan padaternak.
  3. Bahan baku pakan harus bisa dilacak sumbernya Jika kita membeli bahan pakan, pastikan penjual (supplier), memiliki program penjaminan mutu. Buatlah pembukuan (catatan) bahan pakan dan pakan yang dibeli.

A. Pengertian

Pakan adalah kebutuhan utama pada semua jenis ternak yang berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan kehidupan (hidup pokok), dan reproduksi. Asupan pakan atau konsumsi pakan erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan nutrien ternak agar dapat melaksanakan ketiga fungsi tersebut. Pemenuhan kebutuhan protein adalah tujuan utama penyediaan pakan ternak.

Penyusunan formulasi pakan harus memperhatikan kebutuhan nutrien sesuai dengan bangsa ternak, umur, iklim, serta status fisiologi ternak. Penyusunan formulasi pakan diperhitungkan secara baik agar pakan yang disediakan memenuhi kebutuhan nutrien serta dapat dikonsumsi dengan baik oleh ternak. Dengan kata lain, tingkat konsumsi pakan juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan formulasi.

Walaupun kandungan nutrien dalam pakan telah seimbang atau sesuai dengan kebutuhan ternak, tetapi jika tingkat konsumsi pakan tersebut rendah maka kandungan nutrien dalam pakan tidak akan bermanfaat dengan baik. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang faktor-faktor yang memengaruhi tingkat konsumsi pakan oleh ternak penting untuk diketahui.

1. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi konsumsi pakan yaitu faktor internal, status fisiologi ternak, faktor pakan, serta faktor lingkungan.

Faktor Internal
  • a. Faktor Gastric Distension, yaitu tingkat tekanan yang terjadi pada saluran pencernaan ternak. Jika gastric distension ini meningkat maka tingkat asupan pakan atau feed intake akan menurun.
  • b. Glucostatic theory, apabila kandungan glukosa darah tinggi maka akan menurunkan konsumsi pakan. Hal ini beruhubungan dengan pemanfaatan glukosa darah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Tingkat glukosa darah ini juga memberikan pengaruh ke pusat lapar di otak sehingga konsumsi pakan menurun.
  • c. Thermostatic control. Ternak merupakan hewan berdarah panas yang senantiasa beradaptasi dengan kondisi lingkungan untuk mempertahankan suhu tubuh. Ternak akan meningkatkan konsumsi pakan jika dalam keadaan dingin, begitu pula sebaliknya konsumsi pakan akan menurun jika dalam kondisi panas.
  • d. Lipostatic control, yaitu ketika kandungan asam lemak dalam tubuh tinggi maka akan berpengaruh terhadap menurunnya konsumsi pakan. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan pemanfaatan asam lemak dalam siklus crab.

2. Faktor Status Fisiologi
  • a. Faktor Pertumbuhan. Pertumbuhan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan. Ternak yang sedang dalam masa pertumbuhan akan mengkonsumsi pakan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nutrien bagi tubuh. Karena sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi nutrien dalam pakan adalah untuk keperluan pertumbuhan ternak.
  • b. Adanya penimbunan lemak dalam tubuh (obesity). Lemak pada dasarnya adalah komponen nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh ternak. Kelebihan konsumsi lemak akan disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Ketika penyimpanan lemak dalam tubuh banyak, maka tubuh akan merespon untuk menggunakan cadangan lemak sehingga konsumsi pakan menurun. Kemungkinan juga berhubungan dengan pemanfaatan asamasam lemak bebas dalam darah sehingga menurunkan konsumsi pakan.
  • c. Status reproduksi. Tingkat konsumsi pakan ternak juga dipengaruhi oleh status reproduksi. Pada ternak ruminansia yang sedang mengalami estrus, konsumsi pakannya akan menurun. Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormon-hormon reproduksi yang bekerja selama siklus estrus.

Pada masa kebuntingan ternak konsumsi pakan juga akan meningkat pada pertengahan masa kebuntingan, tetapi akan menurun pada akhir kebuntingan. Peningkatan konsumsi pakan pada pertengahan masa kebuntingan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrienf etusy ang sedang berkembang. sedangkan penurunan nafsu makan pada akhir fase kebuntingan kemungkinan terjadi karena pengaruh hormon estrogen yang bekerja untuk mempersiapkan kelahiran ternak.

Faktor status reproduksi yang ketiga adalah pada masa laktasi. Pada masa laktasi, konsumsi pakan akan meningkat terutama pada masa kering. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan produksi air susu. d. Faktor Penyakit. Penyakit adalah salah satu faktor yang memengaruhi konsumsi pakan. Tidak hanya pada ternak pada manusia yang sedang sakit konsumsi makanan akan menurun. Oleh karena itu kesehatan ternak adalah hal penting untuk dijaga agar konsumsi pakannya tetap normal.

3. Faktor Pakan

Tidak hanya status fisiologi dan faktor internal, pakan ternyata juga dapat memengaruhi tingkat konsumsi pada ternak. Beberapa faktor pakan yang memengaruhi tingkat konsumsi adalah sebagai berikut:
  • a. Tingkat energi pakan. Pakan dengan kandungan energi tinggi akan menyebabkan konsumsi pakan menurun. Hal ini berhubungan dengan status metabolisme tubuh sebab proses metabolisme untuk penguraian nutrien dalam pakan menghasilkan panas sekaligus membutuhkan energi sehingga apabila ternak diberi pakan dengan kandungan energi tinggi konsumsinya cenderung menurun.
  • b. Laju pencernaan atau rate of passage. Jenis pakan yang lebih cepat dalam melewati saluran pencernaan akan berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi, tetapi tingkat kecernaannya rendah. Sebagai contoh, hay yang digiling apabila diberikan ke ternak sapi maka konsumsi pakannya akan meningkat karena pakan lebih cepat meninggalkan saluran pencernaan.
  • c. Warna, bentuk, aroma, dan rasa. Pakan dengan bentuk, warna, aroma, dan rasa yang baik akan disukai ternak dan cenderung akan meningkatkan konsumsi pakan tetapi jika ternak diberi pakan misalnya, yang aromanya busuk maka konsumsi pakannya akan menurun. Hal ini sering dikaitkan dengan tingkat kesukaan ternak terhadap jenis pakan atau disebut palatabilitas.
  • d. Konsumsi air minum atau water intake. Air adalah komponen nutrien yang berfungsi sebagai zat pelarut dalam tubuh. Air juga dibutuhkan untuk mempertahankan suhu tubuh ternak. Konsumsi air minum yang rendah biasanya akan menurunkan konsumsi pakan.

4. Faktor Lingkungan

a. Temperatur dan kelembapan lingkungan.
Suhu atau temperatur lingkungan erat kaitannya dengan konsumsi pakan. Jika kondisi lingkungan panas, maka konsumsi pakan akan menurun, sebaliknya konsumsi air minum akan meningkat. Ini berkaitan dengan upaya tubuh ternak untuk mempertahankan keseimbangan antara suhu tubuh dengan suhu lingkungan. Ternak yang mendapat pengaruh lingkungan utama temperaturnya tinggi, dapat mengalami stres panas yang dapat menurunkan produktivitas. Baca: Hubungan stres panas dengan produktivitas ternak. Hubungan temperatur dan kelembaban lingkungan biasa dikenal sebagai Temeperature Humidyti Index (THI). Nilai THI yang normal adalah 72, jika nilai THI sudah mencapai 80 ke atas maka ternak dapat mengalami stres panas, dan jika terus meningkat d pat menyebabkan kematian.

b. Faktor photoperiod.
Photoperiod adalah lamanya ternak mendapat paparan cahaya, baik yang bersumber dari matahari langsung maupun dari sumber cahaya buatan seperti lampu. Ternak yang mendapat pencahayaan yang normal cenderung konsumsi pakannya normal, tetapi jika kurang mendapat cahaya konsumsi pakannya menurun.

c. Social faktor. 
Ternak biasanya selalu bergerombol dengan kawanannya. Kebiasaan makan ternak dapat meningkat jika melihat kawanannya aktif makan. Artinya, ternak akan mengikuti kebiasaan lingkungan sekitar bersama kawanannya. Faktor sosial ini sebenarnya tidak begitu besar pengaruhnya terhadap konsumsi pakan ternak jika dibandingkan dengan beberapa faktor yang sudah dijelaskan di atas.

B. Jenis-Jenis Pakan

Setiap hewan yang diternakkan secara intensif diberi pakan yang kadarnya sudah terpolakan. Nutrisi yang diberikan menggunakan bahan alam yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki kualitas nutrisi yang baik seperti pellet untuk ikan, konsentrat, vour atau pur untuk unggas dan untuk hewan rumninasia seperti sapi, kambing menggunakan pakan fermentasi.
Gambar 4.2 Pakan silase dan Jerami Amoniasi
Sumber: https://debsdiscoveridea.wordpress.com/2014/05/16/sistem-peternakan-terpadu/

Kebanyakan hewan ternak adalah herbivor atau pemakan tumbuhan dan hewan ternak omnivor diantaranya ayam atau babi. Hewan-hewan herbivora ada yang pemakan rumput (seperti sapi), pemakan bahan bernutrisi tinggi seperti biji, buah, dan daun muda, serta pemakan berbagai macam bagian tumbuhan (seperti kambing). Selain itu, beberapa hewan ternak dapat digolongkan sebagai ruminansia atau pemamah biak, seperti sapi, domba, dan kambing.

Hewan-hewan ini mencerna makanannya dua kali; pertama dengan mengunyah dan menelan normal, lalu memuntahkannya dalam bentuk mamahan untuk dikunyah lagi sehingga dapat memaksimalkan gizi yang diserap. Kebutuhan gizi hewan memamah biak sebagian besar dapat dipenuhi dengan memakan rumput. Rumput dapat tumbuh dari pangkalnya sehingga walaupun banyak dimakan tetap hidup dan tumbuh lagi.

Dalam iklim tertentu, rumput sulit didapati misalnya hanya dalam musim panas (kemarau) atau dalam musim hujan sehingga rumput bisa dipangkas dan disimpan untuk kemudian hari misalnya dalam bentuk jerami (rumput kering) atau silase (rumput terfermentasi). Tanaman hijauan lain juga dapat ditanam dan disimpan sebagai tambahan makanan untuk musim yang minim tumbuhan.

Hewan ternak dalam sistem ekstensif dapat memenuhi nutrisinya hanya dari alam, tetapi hewan ternak intensif biasanya membutuhkan tambahan makanan kaya energi dan protein. Energi biasanya didapat dari serealia seperti padi atau jagung (maupun produk olahannya), lemak, minyak, dan makanan kaya gula. Protein berasal dari pakan berbahan ikan atau daging, produk susu, kacang-kacangan, atau bahan olahan dari tumbuhan.

Hewan yang bukan pemamah biak seperti unggas atau babi tidak dapat mencerna selulosa yang ada di rumput, sehingga harus diberi pakan lain, misalnya dari serealia. Pakan ternak dapat ditanam di tempat peternakan ataupun dibeli dalam bentuk produk yang kadang dikhususkan sesuai jenis hewan, masa pertumbuhan, atau kebutuhan gizi khusus. Vitamin dan mineral dapat ditambahkan agar pakan menjadi seimbang.

C. Kebutuhan Pakan dan Air Minum

1. Standar Kebutuhan Pakan dan Air Minum

Pakan sangat penting dalam usaha peternakan. Sekitar 60-70% biaya usaha diserap oleh pakan ternak. Untuk menjamin kelangsungan usaha, ketersediaan pakan yang cukup dengan kualitas yang baik menjadi sangat penting. Ternak akan menghasilkan daging atau telur jika pakan yang diberikan cukup dan memiliki nilai gizi sesuai kebutuhan ternak.

Kebutuhan pakan untuk setiap jenis ternak masing-masing berbeda. Sebagai contoh kebutuhan pakan ayam ras pedaging berbeda dengan kebutuhan pakan ayam ras petelur. Jumlah pakan yang dibutuhkan ayam ras pedaging relatif lebih banyak dibandingkan dengan ayam ras petelur. Pakan untuk ayam ras petelur biasanya membutuhkan konsentrat buatan pabrik yang dicampur dengan jagung kuning giling dan bekatul dengan perbandingan tertentu. Kebutuhan pakan ternak sapi perah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pakan yang dibutuhkan sapi potong.

Pemberian pakan harus dilakukan secara teratur dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan ternak. Kelebihan atau kekurangan pakan akan berdampak kurang baik bagi ternak. Sapi potong yang mendapatkan porsi pakan yang sedikit dengan kualitas yang terbatas akan menurunkan pertumbuhanberat badannya.

Pakan dan air adalah syarat utama untuk hidup setelah oksigen. Tanpa pakan, ternak tidak mungkin bisa hidup. Pakan mengandung zat-zat makanan yang digunakan ternak untuk beberapa keperluan sesuai dengan fisiologis dari tubuh ternak, yaitu :

a. Untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok

Untuk keperluan hidup pokok, pakan digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup, memelihara bagian-bagian tubuh atau mengganti bagian-bagian tubuh yang rusak, menyesuaikan diri dengan lingkungan (suhu) dan kegiatan fisiologis tubuh serta aktivitas-aktivitas lain seperti gerak.

b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh

Pertumbuhan murni mencakup pertambahan dalam bentuk dan ukuran jaringan pembangun seperti urat daging tulang, jantung dan jaringan tubuh lainnya, kecuali jaringan lemak. Ditinjau dari sudut kimia, pertumbuhan murni berarti penambahan jumlah protein dan zat-zat mineral yang tertimbun dalam tubuh tidak termasuk lemak. Terjadi dua hal dasar dalam pertumbuhan yaitu

(1) Pertambahan bobot badan yang disebut dengan pertumbuhan;
(2) Perubahan bentuk yang disebut dengan perkembangan.

Pertumbuhan adalah peningkatan bobot badan sejalan dengan meningkatnya umur, sambil terjadi perkembangan yaitu perubahan struktur dan fungsi organ tubuh pada ternak yang sedang tumbuh dari adanya perbedaan pertumbuhan relatif komponen tubuh.Pertumbuhan dapat diukur karena mengacu pada perubahan berat badan, tapi perkembangan merupakan phenomena komplek dan sangat sulit untuk dihitung. Perubahan komponen-komponen tubuh ternak berlangsung dengan laju/ kecepatan yang berbeda. Perubahan ukuran komponen menghasilkan perubahan karakteristik individual sel dan organ.

c. Untuk produksi

Pakan selain dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, pakan juga digunakan untuk produksi daging dan lemak serta produksi air susu.

d. Untuk reproduksi

Pakan yang digunakan untuk reproduksi atau perkembangbiakan seperti pembentukan sel telur, perkawinan, dan kebuntingan. Semua produk ternak yang berupa daging, telur dan susu merupakan hasil penimbunan zat-zat makanan yang berasal dari pakan. Dalam suatu usaha peternakan, pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha.

Baik dan tidaknya pemberian pakan akan berpengaruh terhadap hasil akhir dari usaha peternakan tersebut. Kesalahan dalam pemberian pakan menyebabkan ternak dapat mengalami penurunan daya tahan dan kekebalan tubuh, sehingga ternak mudah menderita berbagai macam gangguan penyakit. Ternak yang terganggu kesehatannya, tentu saja tidak akan memberikan hasil yang optimal, bahkan dapat mengakibatkan kematian yang sangat merugikan.

Salah satu hal yang diharapkan oleh peternak adalah dapat menghasilkan ternak yang sehat dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya sehingga mencapai hasil produksi sesuai dengan tujuan usahanya. Keadaan tersebut dapat dicapai apabila ternak yang dipelihara memperoleh pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.

2. Air Minum

Kebutuhan air minum juga merupakan komponen terbesar tubuh ternak yang senantiasa menjaga keseimbangan suhu tubuh. Air juga ikut berperan dalam proses pencernaan (hidrolisis protein, karbohidrat maupun lemak), proses penyerapan zat gizi, proses transport metabolit di dalam tubuh serta proses eksresi sisa metabolis ke luar tubuh. 

Kebutuhan air minum sangat tergantung pada bentuk pakan, kandungan bahan kering pakan, cara makan serta suhu lingkungan. Pada ternak sapi setiap kg bahan kering yang dikonsumsi memerlukan air minum 3 - 5 liter. Pada ternak yang masih menyusu kebutuhan air lebih besar lagi, yaitu dapat berkisar antara 6 - 7 liter air/kg konsumsi bahan kering.

Sapi perah membutuhkan lebih banyak air untuk menjamin produksi susunya. Pemberian air minum secara berlebih (ad libitum) pada sapi perah laktasi dapat meningkatkan produksi susu antara 1 - 2 liter/hari tanpa penambahan pakan suplemen.

Adanya garam dapur (NaCl) atau protein dalam konsentrasi tinggi dalam pakan akan memicu ekskresi urine, sehingga akan menyebabkan peningkatan konsumsi air.

3. Standar Kebutuhan Pakan dan Air Minum Ternak Unggas

a. Kebutuhan nutrisi ternak unggas

Kebutuhan gizi unggas berbeda sesuai dengan jenis unggas, bangsa, umur, fase produksi, dan jenis kelamin. Kebutuhan gizi tersebut mencakup protein, asam amino, energi, Ca, dan P dan kadang-kadang dicantumkan untuk tingkat konsumsi pakan/ekor/hari. Dalam literatur dapat ditemukan estimasi pertambahan bobot badan, konsumsi pakan serta efisiensi penggunaan pakan untuk unggas yang diekspresikan ke dalam Feed Conversion Ratio (FCR). Kebutuhan vitamin dan mineral lainnya umumnya sudah terpenuhi dengan mencampurkan premix (campuran berbagai vitamin dan mineral) ke dalam campuran pakan.

Kecernaan gizi dalam setiap bahan pakan juga berbeda-beda sesuai bahannya sehingga ketersediaan gizi untuk diserap dan dimanfaatkan tubuh juga berbeda dari satu bahan ke bahan lain. Oleh karena itu, kebutuhan gizi ternak sering ditetapkan nilainya termasuk nilai safety margin untuk mengantisipasi perbedaan kecernaan gizi pada berbagai bahan pakan tersebut.

Kebutuhan protein dan asam amino adalah kebutuhan protein kasar dan asam amino total. Kebutuhan asam amino tercerna lebih rendah yaitu sekitar 90 – 92% dari kebutuhan asam amino total. Dengan tersedianya kebutuhan gizi ternak unggas ini, diharapkan para peternak dapat menyusun formula pakan yang memenuhi kandungan gizi pakan sesuai rekomendasi untuk memperoleh produktivitas dan efisiensi produksi ternak yang tinggi.

b. Kebutuhan nutrisi ayam ras pedaging

Kebutuhan gizi ayam ras pedaging (ayam broiler) dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok umur yaitu: umur 0 – 3 minggu (starter), dan 3 – 6 minggu (finisher). Jenis kebutuhan gizi ayam pedaging hanya dibatasi pada yang paling penting saja yaitu : protein, energi, asam amino lisin, metionin, dan asam amino metionin + sistin, kalsium (Ca), dan fosfor (P) tersedia atau P total (Tabel 5).

Kebutuhan protein untuk ayam pedaging umur 0 – 3 minggu adalah 23% dengan minimum 19% dan turun menjadi 20% dengan anjuran minimum 18% pada ayam pedaging yang berumur 3 – 6 minggu. Kebutuhan gizi lainnya seperti lisin, metionin, metionin + sistin, Ca dan P juga menurun seperti kebutuhan protein yaitu menurun sesuai dengan bertambahnya umur ayam pedaging.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, terdapat 12 asam amino esensial untuk ungags tetapi pada umumnya hanya asam amino metionin dan lisin saja yang kurang terutama jika menggunakan formula utama jagung,bungkil, kedelai. Kebutuhan metionin-sistin juga dicantumkan untuk menghindari diubahnya metionin menjadi sistin pada pakan yang defisiensi asam amino sistin sehingga menyebabkan ternak unggas bahkan menjadi defisiensi metionin. Pada formula pakan tertentu, asam amino treonin, triptofan dan asam amino arginin juga defisien.

Kebutuhan energi sama untuk semua umur yaitu 3200  kkal EM/kg pakan dengan kandungan energi minimum 2900 kakl EM/kg. Sebagian P dalam bahan pakan tidak tersedia karena terikat di dalam asam fitat. Ketersediaan P dalam bahan pakan asal hewan (75 – 110%) lebih tinggi dibandingkan dengan ketersediaan P (12 – 50%).

Oleh karena itu, kebutuhan P kadang-kadang dicantumkan dalam dua nilai yaitu kebutuhan P total, dan kebutuhan P tersedia. Kebutuhan protein dan asam amino unggas menurut SNI untuk ayam pedaging selalu lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1994).

Kemungkinan hal ini terjadi karena SNI mencantumkan kebutuhan minimum yang berarti dapat saja lebih dari nilai kebutuhan gizi tersebut atau sama dengan nilai anjuran NRC (1994). Akan tetapi, yang paling penting dipertimbangkan adalah tingkat konsumsi gizi dalam satuan berat/ ekor/hari, bukan konsentrasi gizi seperti % atau g/kg.

Pada konsumsi pakan yang tinggi, konsentrasi gizi dapat diturunkan dan pada tingkat konsumsi pakan yang rendah, konsentrasi gizi harus dinaikkan untuk menjamin terpenuhinya berat gizi yang dikonsumsi/ekor/hari. Penjelasan ini juga berlaku pada kebutuhan gizi yang dianjurkan oleh SNI (2008) untuk unggas lainnya seperti untuk ayam ras petelur, ayam kampung, dan burung puyuh.

c. Kebutuhan Nutrisi Ayam Ras Petelur

Kebutuhan gizi ayam ras petelur dikelompokkan ke dalam empat kelompok umur yaitu: 0 – 6 minggu (starter), 6 – 12 minggu (grower), 12 – 18 minggu (developer), dan > 18 minggu (layer) (Tabel 2). Kadang-kadang kebutuhan gizi untuk ayam petelur yang sudah berproduksi dibagi lagi menjadi dua fase yaitu fase 1 (awal) dan fase 2 (akhir).

Seperti pada ayam ras pedaging, hanya dibubuhkan kebutuhan protein, energi, asam amino lisin, metionin, dan asam amino metionin + sistin, kalsium (Ca), dan fosfor tersedia (P tersedia) atau P total (Tabel 7).

Kebutuhan protein untuk ayam petelur berumur 0 – 6 minggu adalah 18% dan turun menjadi 16% dengan minimum 15% pada ayam petelur yang berumur 6 – 12 minggu dan turun lagi menjadi 15% untuk ayam petelur berumur 12 – 18 minggu, kemudian naik menjadi 17% dengan minimum 16% pada umur > 18 minggu atau pada saat ayam telah mulai bertelur.

Pola kenaikan kebutuhan protein ini juga sama dengan kenaikan kebutuhan, lisin, metionin, asam amino metionin + sistin kalsium (Ca), fosfor (P) tersedia dan P total karena kebutuhan semua gizi tersebut meningkat begitu ayam mulai bertelur. 

Sebaliknya, kebutuhan energi praktis sama yaitu berkisar dari 2850 – 2900 kkal EM/kg pakan untuk seluruh umur. Seperti halnya pada kebutuhan gizi ayam pedaging, kebutuhan protein dan asam amino ayam petelur anjuran SNI (2008) pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1994). Disamping SNI (2008) juga menggunakan nilai minimum, NRC (1994) mencantumkan kebutuhan gizi sesuai konsumsi pakan ayam petelur.

Dengan demikian tingkat konsumsi pakan menentukan persentase gizi dalam pakan. Persentase gizi dalam pakan menurun pada ayam petelur yang tingkat konsumsinya naik. Sebagai contoh: kebutuhan asam amino lisin ayam petelur pada tingkat konsumsi pakan 80 g/ekor/hari = 0,86% dan turun menjadi 0,69% pada tingkat konsumsi pakan sebanyak 100 g/ ekor/hari.

Jika dihitung kebutuhan lisin dalam unit g/ekor/hari, maka nilai kedua tingkat persentase lisin yang berbeda di atas persis sama yaitu0,69 g lisin/ekor/hari (0,86/100 x 80 = 0,69/100 x 100 = 0,69).

Kandungan protein pakan dapat diturunkan sekitar 10% dari rekomendasi NRC (1994) menggunakan asam amino sintetis yang tingkat kecernaannya lebih tinggi dari asam amino dalam pakan. Tingkat protein dalam pakan sebaiknya “cukup”, karena kelebihan kandungan protein dan asam amino dalam pakan unggas menyebabkan harga pakan naik dan juga mengakibatkan polusi lingkungan.

d. Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung

Kebutuhan gizi ayam kampung dikelompokkan dalam tiga kelompok umur yaitu: 0 – 12 minggu (starter), 12 – 22 minggu (grower), dan > 22 minggu (layer) (Tabel 10). Jenis kebutuhan gizi ayam kampung hanya dibatasi yang paling penting saja yaitu: protein, energi, asam amino lisin, asam amino metionin, kalsium (Ca), dan fosfor (P) total. Kebutuhan protein pada umur 0 – 12 minggu sebanyak 15 – 17%, turun menjadi 14% pada umur 12 – 22 minggu dan > 22 minggu.

Pola penurunan ini diikuti oleh kebutuhan fosfor (P) untuk ayam kampung. Sebaliknya, kebutuhan energi, lisin, metionin, dan kalsium (Ca) tinggi pada umur 0 – 12 minggu, turun pada umur 12 – 22 minggu dan naik lagi pada umur > 22 minggu setelah ayam kampung mulai bertelur. Kenaikan kebutuhan Ca pada ayam kampung pada umur > 22 minggu tersebut (juga ternak unggas petelur lainnya), karena dibutuhkan lebih banyak Ca untuk pembentukan kerabang telur.

e. Kebutuhan Nutrisi Itik Petelur Lokal

Telah dilakukan banyak penelitian tentang kebutuhan protein dan energi pada itik petelur lokal. Dari hasil-hasil penelitian tersebut, SINURAT (2000) menyusun rekomendasi kebutuhan gizi itik petelur pada berbagai umur (Tabel 10). National Research Council (NRC, 1994) tidak menyediakan data tentang kebutuhan gizi untuk itik petelur tapi hanya menyediakan informasi untuk itik Pekin putih yang tergolong tipe dwiguna. Oleh karena itu, kebutuhan gizi itik petelur dan terutama itik pedaging untuk Indonesia perlu ditetapkan lebih lanjut melalui penelitian nutrisi terutama untuk melengkapi informasi kebutuhan gizi dalam negeri.

Rekomendasi yang tersedia saat ini dikelompokkan berdasarkan umur yaitu: pakan starter untuk itik berumur 0 – 8 minggu, pakan grower untuk itik berumur 9 – 20 minggu, dan pakan petelur untuk itik berumur lebih dari 20 minggu. Kebutuhan gizi untuk itik petelur pada fase pertumbuhan umur 1 – 16 minggu cenderung lebih rendah yaitu sekitar 85% dari rekomendasi pada Tabel 12. Selanjutnya dilaporkan bahwa kebutuhan gizi untuk itik petelur fase produksi 6 bulan pertama cenderung lebih rendah (± 3%) dibandingkan dengan kebutuhan gizi pada fase produksi 6 bulan kedua.

f. Kebutuhan Nutrisi Itik Pedaging Lokal

Informasi kebutuhan gizi untuk itik pedaging di Indonesia belum tersedia karena itik pedaging juga belum begitu banyak diternakkan. Kebutuhan gizi itik petelur dan itik pedaging hampir sama kecuali kebutuhan protein lebih tinggi untuk itik Peking. itik Serati, yang dikelompokkan sebagai itik pedaging, membutuhkan protein lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan protein untuk itik petelur maupun itik Peking.

Beberapa tahun terakhir ini peternak mulai menggemukkan itik jantan dan itik Serati (= Mule duck : hasil persilangan antara entok dengan itik) selama 2 bulan dan kemudian dijual sebagai itik pedaging/potong. Disamping itu, berbagai restoran menyediakan menu itik Peking yang sebagian masih di impor dalam bentuk karkas.

g. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Kebutuhan gizi burung puyuh hanya dibagi dalam tiga kelompok umur yaitu: starter, grower dan layer. Kebutuhan protein, asam amino lisin, metionin, dan kebutuhan metionin + sistin menurun dengan bertambahnya umur burung puyuh. Sebaliknya, kebutuhan energi tetap dan kebutuhan Ca dan P naik begitu burung puyuh mulai bertelur karena Ca dibutuhkan lebih banyak pada saat burung puyuh mulai bertelur untuk memenuhi kebutuhan Ca untuk pembentukan kerabang telur.

Seperti pada kebutuhan gizi ayam pedaging, dan ayam ras petelur, kebutuhan gizi untuk burung puyuh anjuran SNI (2008) juga lebih rendah dibandingkan dengan anjuran NRC (1994) dengan penjelasan yang sama. Juga konsumsi pakan dalam g/ekor/hari perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan konsentrasi gizi dalam % untuk menjamin kebutuhan gizi tersebut dalam g/ekor/hari.

D. Cara Pemberian Pakan dan Air Minum Pola Pemberian Pakan

Cara pemberian dapat dibedakan menjadi 2 cara yaitu:

1. Ad libitum. Pemberian pakan secara ad libitum merupakan pemberian pakan yang tidak dibatasi jumlahnya dimana pakan selalu tersedia setiap saat di tempat sehingga ternak dapat mengkonsumsi makanan sekenyangnya. Untuk menjaga kebersihan dan kesegaran air minum, maka air minum diganti 2 kali sehari pagi dan sore. Pada saat penggantian air minum sekaligus melakukan pencucian tempat minumnya. Pengisian tempat air minum disarankan tidak terlalu penuh agar tidak mudah tumpah.

2. Penjatahan. Pemberian pakan secara penjatahan (restricted feeding) merupakan pemberian pakan dimana pakan dijatah sesuai kebutuhan ternak.

3. Restrictied ad libitum. Ad libitum tapi diusahakan tidak ada pakan sisa atau tumpah, caranya diberi terus menerus dengan jumlah yang sedikit, demi sedikit.

E. Frekuensi Pemberian Pakan dan Air Minum

Frekuensi pemberian pakan tergantung pada bentuk pakan yang diberikan dan umur ternak. Biasanya dapat dilakukan dengan frekuensi 1 kali/hari, 2 kali/ hari, 3 kali/hari. Pemberian pakan semakin sering akan semakin baik, karena pakan akan selalu segar dan dapat meningkatkan nafsu makan, tetapi kita harus juga mengingat efisien tenaga dan waktu. Khusus untuk ternak ruminansia, monogastrik dan sebagian ternak ungas (itik) cara penyajiannya ada 2 macam, yaitu pakan dalam bentuk kering dan pakan dalam bentuk basah.

Jadwal pemberian pakan pada ternak yang menggunakan pola pemberian pakan dengan pola penjatahan harus stabil. Misalnya pemberian pakan pagi hari jam 7.00, siang jam 12.00 dan sore jam 13.00 itu harus tetap jangan berubah ubah. Ternak yang diberi pakan dengan berubah-ubah biasanya akan berpengaruh terhadap nafsu makan.

Akan tetapi pada pemberian pakan ternak ungags yang masih kecil biasanya jadwal peberian pakan selang 2 jam sekali. Hal ini bertujuan agar pakan tidak banyak terbuang karena kotor tercampur kotoran ternak, karena umunya tempat pakan anak unggas menggunakan tempat pakan feeder tray.

CAKRAWALA

Manajemen Pakan dan Air Minum
Gambar 4.3 pemeberian pakan sapi
Sumber: https://www.ilmuternak.com/2015/05/cara-pemberianpakan-ternak-ruminansia.html

Manajemen pakan dan air minum harus mempertimbangkan ketersediaan pakan yang cukup kuantitas maupun kualitasnya dan berkesinambungan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha pengembangan peternakan (Umiyasih et al., 2003). Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas kebutuhan untuk hidup dan pertumbuhan ternak. Kandungan nutrisi yang mencukupi dapat meningkatkan pertumbuhan bagi ternak, sehingga pertumbuhan ternak tersebut akan normal (Anggraeni et al., 2008). Dengan demikian pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien, palatabel, ekonomis, dan baik untuk kesehatan ternak.

Air merupakan nutrien yang sangat penting bagi ternak. Air yang diperlukan oleh ternak berasal dari air minum dan air yang terkandung dalam bahan pakan atau dari proses metabolisme di dalam tubuh. Kebutuhan air minum untuk ternak harus harus memenuhi baku mutu air yang sehat dan tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Air minum pada ternak diberikan secara ad libitum. Kebutuhan air tergantung pada kondisi iklim, jenis ternak, umur dan jenis pakan yang diberikan.

Konsumsi pakan berhubungan erat dengan penyediaan nutrien bagi ternak. Konsumsi pakan yang rendah akan mengurangi pemanfaatan nutrien oleh tubuh ternak sehingga dapat menghambat pertumbuhan, hidup pokok, dan reproduksi. Tinggi rendahnya konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, status fisiologi, faktor pakan, dan faktor lingkungan. Dengan demikian faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi pakan ini sangat penting untuk diketahui agar dalam penyusunan formulasi pakan atau ransum ternak sebisa mungkin menghindari penyebab rendahnya konsumsi pakan.

RANGKUMAN

1. Pakan adalah kebutuhan utama pada semua jenis ternak yang berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan kehidupan (hidup pokok), dan reproduksi. Asupan pakan atau konsumsi pakan erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan nutrien ternak agar dapat melaksanakan ketiga fungsi tersebut.

2. Jenis jenis pakan tergantung pada ternak yang di kembangkan, seperti pellet pada ikan, vour atau pur pada ungags, dan fermentasi untuk hewan rumninasia.

Demikian cara menerapkan pemberian pakan dan air minum aneka ternak yang bisa kami ulas untuk sobat. Semoga saja uraian tersebut bermanfaat.